41. Pitutur dari ibu

55.2K 6.9K 534
                                    

Damar menimang putranya yang menangis tak nyaman di dalam gendongannya. Hari ini laki-laki itu memutuskan untuk tidak ke bengkel, lantaran sang istri merasa tidak enak badan, sedangkan ibunya dan Ratih tengah sibuk menyiapkan acara aqiqah si bayi besok sore. Hingga, Mayang tidak ada yang menemani hari ini.

Bermula saat pagi tadi, Mayang mengeluh meriang dan payudaranya terasa penuh dan sakit. Bahkan, wanita itu sampai meringis dan menangis merasakan sakit yang dirasa. Dengan sigap, Damar segera menghubungi asisten bidan yang biasa diminta untuk membantu memandikan Krishna setiap pagi dan sore, dan siang tadi asisten bidan itu memberi obat yang aman untuk ibu menyusui.

Kata Bu Tejo, hal ini wajar terjadi pada ibu pasca melahirkan. Apalagi mengingat jam tidur Mayang tiga hari ini sangat berantakan, karena Krishna yang sedikit rewel akibat mau lepas tali pusarnya.

"Mas, sini anaknya tak nenenin dulu." Panggil Mayang sedikit berteriak pada suaminya yang ada di ruang keluarga. Ibu baru itu sedikit kasihan pada putranya yang sejak pagi terpaksa harus minum dengan botol bayi, karena dia tidak sanggup menahan sakit saat menyusui langsung.

Berkat saran dari asisten bidan dan searching di internet, Mayang mengompres payudaranya dengan kain yang dibasahi dengan air hangat dan ternyata dirinya dianjurkan untuk tetap menyusui bayinya secara langsung. Hingga, siang menjelang sore ini wanita itu mulai sedikit membaik.

Tak lama langkah kaki diiringi tangisan si bayi, terdengar menyapa telinga Mayang. Wanita itu berusaha untuk bangun dari berbaringnya dan duduk bersandar kepala ranjang.

"Dikompres lagi nggak?" Tanya Damar sebelum memindahkan Krishna ke dalam pelukan sang bunda.

"Nggak usah, barusan udah tak kompres."

Dengan perlahan Mayang menerima tubuh mungil yang memerah karena menangis. Namun, karena tangan wanita itu masih lemas tiba-tiba tubuh mungil Krishna sedikit limbung, beruntung Damar dengan sigap memasang tangannya membantu menompang tubuh putranya.

"Pelan-pelan, sayang." Reflek Damar berucap, dia paham kondisi istrinya saat ini belum benar-benar pulih.

"Ya Allah, maafkan bunda ya le." Ujar Mayang sendu, menatap putranya dengan rasa bersalah.

"Udah jangan nangis, kasihan anaknya nanti ikut nangis." Kata Damar saat melihat mata istrinya berkaca-kaca. Laki-laki itu dengan sabar membantu Mayang, tatapannya haru melihat keadaan istrinya.

Perlahan Mayang mulai menyusui Krishna dan disambut hangat oleh bayi laki-laki itu.

"Kakak bobok, Mas?"

"Iya, ketiduran di kasur depan tv." Jawab Damar.

"Nggak dipindahin sini? Kasihan sendirian," pinta Mayang, lalu menunjuk bantal yang ada di sebelahnya, "ambilin bantalnya, Mas. Buat nyangga tubuh adik."

"Gapapa? Kuat nggak?"

"Gapapa. Kan pakai bantal." Ujar Mayang meyakinkan suaminya yang tengah menatapnya khawatir. Damar pun mengiyakan lalu pria itu beranjak keluar kamar untuk memindahkan putri sulungnya.

oOo

"Le, Mar? Sini ibu mau ngomong sebentar." Panggil Bu Tejo saat melihat putranya datang ke rumah untuk menanyakan persiapan acara syukuran dan aqiqah Krishna yang disiapkan oleh ibu dan Ratih, kakak perempuannya.

Damar pun mengikuti ibunya, memasuki kamar sang ibu. Laki-laki itu menempatkan dirinya duduk di ranjang tua, setelah ibunya mengode untuk duduk di sana.

"Ibu tak ngomong ya? Jangan tersinggung."

"Ngomong apa, Bu?"

Nikahi Aku, Mas! Where stories live. Discover now