Chapter 62 Pelatihan Pilar (4)

289 42 7
                                    

"SUNGAINYA SANGAT MENGERIKAN DI MUSIM DINGIN, AKU AKAN MATII!! APA-APAAN AIR SUNGAI DI GUNUNG INI!! AKU AKAN MATII!! AKU MAU KELUAR!!"teriak Zenitsu.

"Zenitsu-kun"ucap Tanjirou.

"Daratan... Da-daratan.."ucap Zenitsu.

"AAAHH.. RASANYA... BAGIAN DALAM TUBUH KU MEMBUSUK!! ORGAN DALAM KU MENJERIT KESAKITAN!!"teriak Zenitsu.

"HAA... HAAAHH..!! SIAL, SIALAN. SEKALIPUN AKU SUDAH KELUAR.. TETAP SAJA SUDAH TERLAMBAT!! AKU MEMBEKU!!"teriak Zenitsu lagi dengan tubuh menggigil.

Zenitsu langsung melihat anggota pemburu iblis lain yang sedang memeluk batu.

"Peluk... Batunya.. Rasanya.. Hangat..."ucap Murata sambil memeluk batu tapi dengan tubuh yang masih menggigil.

Zenitsu pun langsung memeluk batunya dengan air mata yang membasahi pipinya. Batu yang hangat di peluknya mengingatkan pelukan ibunya. Tiba-tiba saja Zenitsu menangis sambil mengucapkan kata ibu beberapa kali.

Himeko yang melihat nya hanya memasang ekspresi wajah datar kepada Zenitsu, dia langsung menengok ke arah Gyomei yang masih mengangkat kayu besar di bahunya.

"A-anu Himejima-san, bagaimana denganku? Apakah aku harus membuka bajuku dan ikut bersama mereka?"ucap Himeko.

"Pergilah ke belakang gunung ini, ada sebuah air terjun di dalam gua disana."ucap Gyomei yang akhirnya membuka suara dengan kedua tangan yang masih mengatup dan aliran mata yang keluar dari matanya.

Himeko mengangguk lalu berpisah dengan ketiga temannya. Dia langsung mengatifkan mata putihnya untuk mengetahui dimana letak gua yang di bicarakan oleh Gyomei, memang cukup jauh dari lokasi dia saat ini ke gua tersebut. Setelah itu, Himeko menggunakan portal untuk sampai ke gua tersebut, kalau ada yang mudah kenapa mengambil yang susah itulah yang dipikirkan oleh Himeko.

Pemandangan di dalam gua tersebut benar-benar menakjubkan dan cantik tentunya, air terjun tersebut benar-benar jernih, walaupun di dalam gua air terjun tersebut tetaplah dingin.

Himeko mengganti pakaiannya dengan yukata yang dia bawa sebelumnya. Karena rambutnya yang sudah memanjang, dia mengikat rambutnya dengan tinggi kemudian menyelupkan kakinya pada air.

"Ishh.. dinginnya."ucap Himeko.

"Haish, terpaksa deh."ucapnya lagi.

Dia langsung berjalan menuju batu besar yang ada di dekat air terjun tersebut, setelah itu Himeko pun duduk sambil mengatupkan kedua tangannya dan kedua matanya yang tertutup, sambil membiarkan air terjun jatuh ke kepala nya.

Skip

"A-astaga a-airnya ma-makin kesini makin di-dingin. Haachuu~"ucap Himeko.

"Latihan air terjun saja sudah sulit sekali, air yang jatuh dari ketinggian rasanya berat sekali... Kalau aku melemaskan tubuhku, leher ku bisa patah."ucap Himeko lagi.

Himeko merasakan air yang semakin dingin. Ketika keluar dari air, mata Himeko melihat ke arah luar gua, langit yang tadinya terang berganti menjadi gelap. Tapi di gua tersebut yang seharusnya gelap malahan terang karena sinar bulan yang muncul dari atas air terjun membuat pemandangan di dalam gua tersebut menjadi semakin bagus dan cantik.

Himeko membuat api unggun dengan batang kayu dan dedaunan yang ada, setelah itu, ia menyalakan api nya dengan menggunakan korek. Karena ia sudah lapar, Himeko mengambil kotak makan dan membuka nya, terlihat beberapa onigiri disana. Dia mengambil satu onigiri dan langsung memakan nya sampai onigiri yang ada di kotak makan tersebut habis.

Skip

Selama lima hari, Himeko sudah selesai dengan latihan air terjun dan angkat kayu, kini yang tersisa hanya latihan mendorong batu besar. Selama lima hari kemarin tidak semua lolos dari latihan tersebut karena latihan tersebut cukup berat, banyak sekali yang tidak sanggup dan akhirnya menyerah dan berhenti.

Kimetsu No Yaiba : Ishimoto no bōkenWhere stories live. Discover now