Part 12

3.3K 308 68
                                    

Iris ada di rumahnya ketika Zayn sampai di London sore hari berikutnya. Cewek itu sedang berbicang-bincang di atas kursi piano bersama Alaska.

Ketika Zayn datang, Alaska tersenyum senang lalu berlari kecil untuk menghampirinya—kebiasaan Alaska setiap Zayn pulang tanding—sedangkan Zayn berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan Alaska.

“Dad kalah,” gumam Alaska. “Kenapa dad dibawa keluar lapangan?”

Zayn tersenyum kecil. “Ya, dad kalah,” ujarnya. “Dad dibawa keluar lapangan karena cedera ringan. Bagaimana sekolah Alaska?”

“Miss Tomlinson mengajari Alaska cara memainkan lagu Fur Elise.”

Zayn melirik ke arah Iris yang sedang sibuk berkutat dengan ponselnya, kemudian tersenyum lagi ketika menatap Alaska. “Oke. Alaska belajar lagi dengan Miss Tomlinson, ya. Dad mau mandi.”

Alaska dengan ceria berlari ke arah piano untuk menghampiri Iris. Mereka kembali berbincang—entah berbincang tentang apa—sementara Zayn meletakkan barang-barangnya di dalam kamar lalu mandi.

Setelah mandi, Zayn memutuskan untuk berdiam diri di kamar.

Zayn kembali ingat pertemuannya dengan seseorang mirip Katya di mini market kemarin. Perempuan itu bukan hanya mirip Katya. Perempuan itu adalah Katya, hanya saja terlihat lebih tua dan dewasa.

Apakah Zayn terlalu merindukan Katya sampai-sampai ia berhalusinasi separah itu? Jika iya, mungkin Zayn akan berakhir mengunjungi psikeater untuk mengecek keadaan jiwanya.

Satu-satunya yang tersisa dari entah-mimpi-entah-bukan itu adalah secarik kertas yang kini sudah lusush yang masih tersimpan rapi di kantong celana jins Zayn.

Dengan hati-hati, Zayn mengeluarkan secarik kertas itu. Kalau ia tidak salah, itu jelas adalah tulisan tangan Katya. Mungkinkah....

Tidak, benaknya berkata dengan tegas.

Mungkin?

Bagaimanapun, ini mustahil. Katya sudah meninggal. Zayn mungkin memang sulit menerima kenyataan itu, tetapi Katya memang sudah meninggal.

Zayn melihat Katya untuk terakhir kali di rumah sakit, ketika cewek itu sudah tidak bernapas. Zayn mengubur mayat Katya di pemakaman. Zayn tidak pernah melihat Katya lagi sejak saat itu.

Katya sudah meninggal.

Lantas, siapa perempuan yang ditemuinya itu?

***

Travis sedang membuat cocktail ketika seseorang berjalan masuk dari pintu depan bar, membuat semua mata memandang ke arahnya.

Zayn Malik.

Sudah lebih dari 5 tahun Travis tidak pernah melihat temannya itu. Sejak pernikahannya dengan seorang cewek bernama Katya, Zayn hampir tidak pernah mengunjungi Travis lagi. Ralat, memang tidak pernah.

Travis sendiri masih menjadi bartender setelah bertahun-tahun. Awalnya ia berniat untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain, lalu ia sadar kalau ini adalah sesuatu yang diinginkannya. Ia pun mengurungkan niatnya.

Zayn tampak seperti Zayn, hanya saja terlihat lebih tua. Rambut hitam pekatnya sudah tumbuh agak panjang, disertai rambut-rambut hitam tipis di sepanjang rahang kokohnya. Zayn memakai kemeja putih dan jins hitam, yang menurut Travis agak terlalu rapi untuk style cowok itu.

“Zayn!” Travis berteriak, membuat setengah penghuni bar termasuk Zayn sendiri menoleh ke arahnya. Saat Travis melambai penuh semangat, Zayn hanya membalasnya dengan senyum lesu, lalu cowok itu berjalan ke tempat duduk tinggi. “Pesan apa?”

For him, She was.Where stories live. Discover now