Part 41

2.9K 323 83
                                    

Zayn tidak berhasil membangunkan Alaska, jadi ia memutuskan untuk menelpon tempat jasa baby sitter-nya yang biasa. Untung saja mereka memiliki layanan baby sitter 24 jam, jadi Zayn tidak peru khawatir karena baby sitter-nya akan tiba dalam waktu 10 menit.

Katya sudah mengganti piyamanya dengan jins dan kaus. Sekarang ia tengah membuat kopi untuk mereka berdua di dapur, sementara Zayn duduk di kursi tinggi, memperhatikan.

"Aaron bilang untuk cepat datang?" tanyanya.

Zayn mengangguk. "Ya."

"Dia panik?"

Zayn mengangguk lagi. "Terdengar begitu."

"Pasti dia lucu kalau panik."

"Kau benar."

Katya meletakkan dua cangkir kopi di atas counter. Zayn mengambil satu, sementara Katya meminum yang satunya lagi.

"Apakah kau begitu?"

"Apa?"

"Ketika Alaska lahir," Katya menatap cangkirnya, kemudian menyesapnya sedikit. "Apakah kau sepanik Aaron?"

Zaynhampir tersedak kopinya yang masih panas.

Apakah Zayn panik ketika Alaska lahir? Tidak, Zayn tidak ingat kalau dia merasa panik. Yang dia rasakan hanya kecewa karena Alaska lahir. Karena artinya, Zayn kehilangan Katya. Zayn tidak ingin Alaska—dia hanya ingin Katya. Pada saat itu.

Zayn tidak ingin menjawab. Ia tidak perlu menjawab. Untungnya, ia memang tidak perlu karena tiba-tiba pintu rumahnya diketuk.

"Pasti baby sitternya. Biar aku yang buka."

Zayn langsung bangkit dan berjalan pergi, menyisakan Katya yang masih berdiri di balik counter, terheran-heran.

***

Harry menyukai musim semi.

Cuaca di luar cerah, tetapi tidak panas. Cuaca yang seperti itulah yang membuatnya jadi semangat untuk keluar dari bengkel dan berjalan-jalan di taman kota. Lagipula, sudah tidak banyak kerjaan yang menunggunya di bengkel. Ia bahkan membolehkan Jamie dan Arthur pulang lebih awal.

Harry mengajak ayahnya makan di restoran Meksiko favorit ayahnya. Sudah lama mereka tidak jalan-jalan berdua seperti ini. Harry hanya ingin mendapat teman makan yang bisa diajak mengobrol mengenai hal-hal yang disukainya.

Bukan berarti Iris tidak bisa. Iris mungkin memang tidak mengerti mengenai mobil dan yang lainnya, tetapi setidaknya mereka punya selera yang sama dalam banyak hal. Musik, contohnya. Harry akan dengan senang hati menghabiskan harinya dengan membicarakan lagu baru dari Avenged Sevenfold atau My Chemical Romance bersama Iris.

Alasan utama Harry tidak mengajak Iris adalah karena Harry tidak bisa membicarakan soal Iris kepada Iris. Karena kakaknya baru melahirkan beberapa hari lalu, kakaknya juga tidak bisa. Pilihannya hanya ayahnya, atau Jamie dan Arthur. Harry lebih memilih ayahnya.

Ayahnya tiga senti lebih pendek dari Harry. Rambut cokelatnya sudah ditumbuhi beberpa helai uban, akibat usianya yang sudah memasuki pertengahan 50. Walau begitu, tubuhnya masih bugar. Ia mampu berlari marathon, kalau diperlukan.

Harry menyetir selama 10 menit, barulah mereka sampai di restoran itu. Mereka memilih dua kursi dekat jendela. Begitu mereka duduk, seorang pelayan datang sembari membawakan dua buku menu. Harry membiarkan ayahnya memesan semuanya, karena ia tidak tahu apa-apa tentang makanan Meksiko.

"Kalian anak muda tidak punya selera bagus dalam memilih makanan," ayahnya mendengus. "Yang kalian makan hanyalah makanan cepat saji bodoh itu. Mau jadi apa nanti saat tua? Lihat aku. Masih sehat seperti kuda."

For him, She was.Where stories live. Discover now