Part 7

2.9K 312 20
                                    

Alaska jadi jarang di rumah.

Setiap Zayn sedang berada di jalan pulang setelah latihan, Alaska pasti menelponnya dan bilang kalau ia mau main ke flat Iris sekalian mengerjakan pr. Zayn sih oke-oke saja. Sekarang ia jadi tahu letak flat baru Iris karena Alaska selalu meminta Zayn untuk menjemputnya.

Sampai-sampai disaat Zayn harus keluar kota untuk pertandingan away-nya, Alaska lebih memilih untuk menginap dirumah Iris daripada menginap di rumah Cassie atau dirumah saja berdua dengan baby sitternya. Zayn jadi penasaran apa saja yang mereka lakukan di flat Iris.

Omong-omong soal pertandingan away, hari ini Zayn akan pergi ke Merseyside untuk melawan klub lamanya, Everton. Tadi pagi Zayn sudah mengantar Alaska ke flat Iris.

Walaupun Iris tidak keberatan kalau Alaska berada di sana sampai besok, tetap saja Zayn jadi merasa tidak enak.

Zayn sekarang sudah berada di dalam bus. Ia mendengarkan lagu dari iPod-nya, sementara teman-temannya yang lain sibuk membicarakan game FIFA terbaru yang baru saja keluar.

Saat sedang asyik mendengarkan lagu, ponsel Zayn berbunyi. Zayn mengorek kantong celana trainingnya untuk mengambil benda itu. Ia kemudian menatap layar poselnya selama beberapa detik.

Incoming Call, Petr Cech.

Zayn tersenyum. “Ya, Petr?”

***

Pertandingannya berjalan lancar.

Mudah saja buat Zayn untuk mencetak sebuah gol dan memberi 2 assist, alhasil mereka menang 3-0. Zayn sengaja tidak mencetak 3 gol penuh, karena ia tidak ingin.....entahlah, tidak ingin mempermalukan mantan klubnya ini.

Jadwal yang padat membuat Zayn jadi tidak bisa berjalan-jalan di Merseyside dulu. Padahal ia sangat ingin mengunjungi rumah lama Katya disini. Zayn tidak tahu apakah rumah itu masih kosong sampai sekarang, atau sudah ada penghuni barunya.

Mengingat saat-saat di Merseyside membuat Zayn merasa sedikit bahagia. Tempat ini adalah dimana Zayn dan Katya dipertemukan. Banyak hal yang terjadi selama Zayn dan Katya berada di Merseyside.

Seperti contohnya kencan pertama mereka, saat Zayn mengajak Katya makan malam di malam natal, Sehabis itu mereka nonton teater dan ice-skating. Zayn juga ingat ia selalu ke rumah Katya setiap pagi untuk meminta sarapan karena Katya selalu masak makanan enak.

Sweet old times.

Zayn sampai di London sekitar jam 9 malam. Ia memang cukup capek malam itu, tetapi ia memutuskan sebaiknya ia menjemput Alaska di flat Iris.

Sekitar jam setengah 10 Zayn mengetuk pintu flat Iris, dan Iris tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membukakan pintu. Malam itu Iris memakai baju tidur panjang. Rambut cokelatnya tergerai dan sedikit berantakan.

Selama beberapa detik mereka saling memandang sampai akhirnya Iris mempersilahkan Zayn masuk lalu menutup pintu.

“Alaska sudah tidur,” gumamnya. “Dia tertidur di sofa tadi, lalu aku pindahkan ke atas kasur. Kau masih mau membawanya pulang?”

Iris bersandar pada dinding di sampingnya, kedua tangannya terlipat di dadanya. Zayn hanya duduk di atas sofa kecil sementara kedua tangannya yang bertautan berada di atas lutut.

Sekarang, entah kenapa, Zayn jadi merasa seperti pasangan suami-istri yang sudah bercerai, yang sedang memperebutkan hak asuh anak.

“Memangnya tidak apa-apa kalau dia menginap?” tanya Zayn.

Iris tersenyum kecil. “Bukannya dari awal kau menitipkan Alaska disini sampai besok?” tanya Iris. “Tidak apa-apa, Mr. Malik. Biarkan—“

“Zayn,” gerutu Zayn. “Berhenti memanggilku Mr. Malik. Kau sudah biasa memanggilku Zayn, jadi panggil aku Zayn.”

For him, She was.Where stories live. Discover now