Part 47

2.9K 328 120
                                    

"Ada kabar?"

Aaron menyesap kopinya yang disediakan oleh seorang office boy di kantornya. Hari itu, seperti biasa, ia tetap harus ke pangkalan. Pekerjaannya aslinya tidak banyak, tetapi ada banyak hal yang harus dilakukan.

Mencari pesawat yang hilang, misalnya.

"Belum ada kabar, Sir. Kami sudah berpatroli mengelilingi Laut Utara sebanyak 3 kali sejak 3 hari lalu. Dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda. Kami sudah menemukan beberapa puing, tetapi hanya sebatas itu."

Aaron menghela napas. "Tidak ada tanda-tanda korban? Mayat?"

"Tidak, Sir."

"Kau sudah mencoba mencari ke pulau terdekat?"

"Sudah, Sir. Battalion dari korps marinir sudah ditugaskan untuk mencari korban ke pulau-pulau di daerah barat Sunderland, karena disanalah pesawat terakhir kali kehilangan kontak."

Aaron mengangguk. "Apa kemungkinan terburuknya?"

"Kemungkinan terburuknya, pesawat jatuh lalu menimpa karang hingga terbelah dua. Karena perairan di dekat Sunderland terdapat banyak karang besar. Tapi sisi baiknya, disana terdapat banyak pulau. Jadi kalau korban beruntung, korban bisa berenang atau terbawa arus sampai ke pulau terdekat."

Kalau korban beruntung.

"Terima kasih, Mark."

Mark mengangguk. "Kau terlihat uring-uringan, Aaron."

"Adikku ada dalam pesawat itu," Aaron tertawa getir. "Ini sudah 3 hari. Aku sudah tidak bisa memikirkan kemungkinan baik lagi. Maksudku.....3 hari. 3 hari terombang-ambing di lautan. 3 hari tidak makan, tidak minum, tidak tidur. Kemungkinannya kecil sekali."

"Dia akan baik-baik saja."

"Kita sama-sama tidak yakin. Tapi, terima kasih."

Mark mengangguk lagi, sebelum pergi dari meja Aaron.

Aaron menunggu kabar selanjutnya sampai siang, tetapi mereka belum dapat apa-apa. 3 helikopter dikirimkan siang itu, tetapi tetap tidak ada jawaban. Negara-negara terdekat seperti Jerman, Belanda, Belgia, dan Spanyol sendiri sudah mengirimkan bala bantuan.

Tetapi hasilnya masih nihil.

Karena tidak ada lagi yang bisa ia kerjakan di kantor, Aaron memutuskan untuk pulang. Karena tampaknya, adiknya lebih membutuhkannya.

***

Peter Franklin memerintahkan 100 orang dari 700 pasukan battalion-nya untuk mencari orang yang disebutkan oleh Perwira Tinggi Maguire. Dalam 3 hari itu, hasilnya nol.

Ia sudah mencari, menyisir pulau-pulau kecil yang jauhnya beberapa mil dari lepas pantai Sunderland, tapi hasilnya tetap nol. Para tim sar juga sudah dikerahkan. Bahkan Negara lain pun ikut membantu pencarian pesawat itu.

Tapi pesawat itu seolah tidak mau ditemukan.

"Bagaimana?" Commodore Jacob bertanya dengan penuh harap.

"Tidak ada tanda-tanda pesawat ditemukan, Sir," gumamnya. "Kurasa Perwira Maguire tidak akan suka ini."

"Apa kau tahu siapa yang dia cari?"

Peter menggeleng. "Kerabat, sepertinya."

Commodore Jacob hanya diam sembari menghela napas. Mata sepuhnya menatap lepas ke arah lautan dengan mimik sedih. Kemudian, Commodore Jacob menatapnya dengan tatapan serupa.

"Katakan pada Perwira Maguire, aku turut berduka."

Peter mengangguk. "Akan kusampaikan."

***

For him, She was.Where stories live. Discover now