Part 30

2.9K 318 73
                                    

"Apa yang kau lakukan di Manchester?"

Zayn lamat-lamat menatap ke mug berisi cokelatnya yang belum tersentuh. Pikirannya kosong, tidak menemukan alasan bagus untuk menyangkal. Satu-satunya cara adalah dengan memberitahu yang sebenarnya. Tapi terlalu beresiko.

Mungkin Katya berhak tahu, sebagian diri Zayn berpendapat. Setidaknya Katya berhak tahu kalau mereka memang saling mengenal. Tetapi hanya sebatas itu. Hanya saling mengenal. Mungkin dengan itu, Katya tidak akan bertanya-tanya lagi.

Zayn mengangkat mug, lalu menyesap cokelat panasnya.

"Bertemu denganmu," sahut Zayn kemudian. Awalnya Katya pasti menganggap Zayn bercanda, tetapi wajah serius Zayn mutlak. "Aku ke Manchester untuk bertemu denganmu."

Katya menatapnya nanar. "Kenapa?"

Lagi, Zayn sibuk memperhatikan mugnya. Sibuk bergulat dengan pikirannya. Sibuk menimbang-nimbang kalimat penjelasan yang mana yang akan ia katakan berikutnya. Sibuk memikirkan bagaimana cara mengatakannya tanpa membuat segalanya semakin rumit.

Tanpa membuatnya kehilangan Katya lagi.

"Aku berbohong," Zayn memutuskan untuk memulai dari sana. "Aku berbohong tentang 'kita tidak pernah bertemu.' Kita pernah bertemu sebelumnya. Saling kenal, bahkan."

Katya tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia terkejut. Zayn rasa Katya memang sudah sangat yakin bahwa mereka saling kenal sebelumnya.

"Kenapa kau berbohong?"

"Karena menyakitkan," sahut Zayn, bingung kenapa tiba-tiba mulutnya berkata seperti itu. "Karena menyakitkan buatku saat aku sangat mengenalmu tetapi kau bahkan tidak ingat siapa aku. Jadi kuputuskan untuk mengulang semuanya dari awal lagi saja."

Wajah Katya terlihat menyesal. "Maafkan—"

"Tidak, jangan minta maaf," sela Zayn. "Lagipula, tidak apa-apa."

Sekarang gantian Katya yang diam. Ia sibuk memperhatikan dinding di depannya dengan tatapan menerawang.

"Seberapa baik kau mengenalku?"

"Sangat baik," Zayn tersenyum kecil.

Katya menatap Zayn dengan kikuk. "Hubungan kita...." ia menghentikan kata-katanya. "Bagaimana hubungan kita?"

Itu membuat Zayn terdiam. Zayn tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Ia tidak bisa mengatakan kepada Katya bahwa mereka menikah. Kenapa tidak bisa?

Karena Katya yang sekarang bahkan tidak mengenalnya. Apalagi mencintainya. Kalau Zayn mengatakan kepada Katya bahwa mereka sudah menikah, secara tidak langsung Zayn mengatakan kepada Katya bahwa Katya mencintainya.

Sedangkan Katya belum tentu mencintainya sekarang.

Zayn tidak bisa mengalami penolakan lagi. Ia tidak bisa melihat Katya menolak mengakui bahwa mereka pernah menikah. Ia tidak bisa melihat Katya berkata bahwa ia bahkan tidak merasakan apa-apa kepada Zayn lagi sekarang.

"Hubungan kita......baik," suara Zayn yang serak memecah keheningan. "Kau sering memasak untukku, aku sering membayar makan siangmu. Aku sering menjemputmu kuliah kalau sedang tidak ada latihan atau pertandingan. Kau menonton pertandinganku beberapa kali," Zayn berhenti. "Kira-kira sebatas itu."

Pipi Katya bersemu merah. "Hanya sebatas itu?" ia bertanya, tapi cepat-cepat meralatnya. "Maksudku, tidak ada yang serius? Tidak lebih?"

Zayn menggeleng pelan.

Lalu, Katya tersenyum simpul. "Nah, kalau begitu kan jadi lebih mudah. Aku jadi tidak perlu menerka-nerka lagi kau sebenarnya siapa," katanya. "Yang aku tidak mengerti adalah, kenapa kau rela terbang jauh-jauh dari Manchester ke London.....hanya untukku?"

For him, She was.Where stories live. Discover now