BAB (6) KITA KENAL

981 182 4
                                    


'Kalau ada yang ngajak bicara itu lihat wajahnya, bukan ke hp. Belajar menghargai orang dari hal-hal kecil'

●○●

Marvel masih mendekam di markas bersama Abyasa. Mata keduanya masih fokus ke layar laptop di depan. Abyasa masih sibuk mengotak-ngatik laptop nya entah sedang apa. Hari ini Marvel harus menyusut lebih rinci lagi masalah penyerangan pada Stevan waktu itu. Apakah benar anak Baksada atau hanya tukang adu domba yang menyamar menjadi sekutu Cakravela dalam balutan nama Baksada?

"Nah kan---coba kita zoom lagi. Lo percaya sekarang?" Tanya Abyasa.

Kini layar monitor menampilkan plat motor yang sudah dia zoom sedekat mungkin. Mata Marvel menajam meneliti logo kecil yang ada di plat tersebut. Dia membandingkan logonya dengan logo di layar hp nya sekarang. Memang benar, logo itu sangat mirip dengan logo Baksada.

"Kalau lo masih belum percaya gue udah selidiki plat nomornya ke kantor polisi. Dan ya dari data yang gue cari emang pemilik motor itu anak Baksada kelas sebelas."

Abyasa menjelaskan lagi dengan tangan yang membuka beberapa kertas dalam dokumen.

Marvel mengambil beberapa kertas tersebut. Dia membaca dengan teliti setiap data yang ada disana. Jadi, kurang lebih orang yang ngeroyok Stevan itu dipimpin salah satu anak Baksada yang sekarang duduk di bangku kelas sebelas.

"Thanks Yas, malam ini gue jenguk Stevan sambil nanyain dia kenal nggak nya sama orang ini."

Marvel berterima kasih atas kerja keras temannya ini dalam menyelidikki sesuatu. Dia melipat kertas yang berisi foto pelaku lalu memasukkannya kedalam saku baju.

Abyasa mengangguk sambil membereskan lagi berkas-berkas tadi. Jangan tanya kenapa dia seberani itu meminta data ke polisi. Kebetulan kakak sepupunya itu polisi. Abyasa memutar otak sebaik mungkin untuk mendapatkan informasi tanpa dicurigai oleh sepupunya. Meskipun dia termasuk orang begajulan tapi otaknya lumayan encer jika berhubungan dengan masalah seperti ini.

"Kalau terbukti benar kita mau ngambil langkah gimana Vel? Selama ini hubungan Cakrabuana sama Baksada adem ayem aja." Tanya Abyasa sambil mematikan laptopnya.

Marvel mengambil satu teh gelas dari atas meja. Dia menyedotnya dengan tatapan kosong. Musuh dalam selimut memang sudah tak asing lagi untuk zaman sekarang. Tapi dia tidak menyangka jika Baksada yang selama ini sudah seperti saudara berkhianat semudah itu.

"Kita selidiki dulu, siapa tau ini cuman masalah internal mereka berdua," balas Marvel sambil menggoyang-goyangkan teh gelas namun otaknya berpikir keras.

Abyasa merebahkan dirinya di sofa, matanya ngantuk berat karena semalam sepulang dari markas, dia langsung bergegas ke rumah sepupunya demi informasi ini.

"Mars bilang anak Pertiwi lagi nyusun rencana buat nyerang kita lagi," kata Abyasa dengan mata terpejam.

Marvel yang duduk di sofa pun meremas teh gelas yang sudah kosong di tangannya. Matanya memancarkan sorot tajam yang cukup dingin. Hawa disekitarnya mulai tak enak.

"Mereka gede juga nyalinya. Gak masalah, gue selalu welcome buat mereka yang mau nyari gara-gara sama kita," katanya sambil tersenyum evil.

Abyasa tak menanggapi ucapan Marvel, dia sudah masuk ke dalam mimpi di siang bolong seperti ini. Serius, dia sangat membutuhkan waktu untuk tidur mumpung sekarang masih jam kosong. Matanya terasa perih apalagi semalaman menatap layar laptop.

STM vs SMEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang