BAB (24) UN-OFFICIAL

789 145 40
                                    

Status official itu untuk dua orang yang sama-sama punya rasa!
-Marvel

●○●

Bengkel Cakravela didirikan Marvel dengan uangnya sendiri sebagai modal usaha demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan sekarang pendapatan dari bengkel ini menjadi sumber Marvel membayar biaya Rumah Sakit Yunita. Bengkel Cakravela dibangun saat Marvel kelas X atau lebih tepatnya lagi setelah kejadian kelam mama nya terjadi. Marvel memberanikan diri mengambil resiko saat dia keluar dari rumah Cakrabuana. Dengan modal uang tabungan dari masa anak-anak yang selalu Yunita ajarkan padanya, akhirnya terwujud sudah bengkel yang sekarang tak pernah sepi pengunjung.

Bengkel itu terletak di sisi jalan raya utama dan terlihat ramai sore ini. Kebetulan banyak anak STM yang datang meramaikan hanya untuk memodif atau mengotak-atik kendaraan mereka. Katanya gak klop kalau anak STM motornya gak di modif, apalagi anak Mesin atau Otomotif, jiwa anak tekniknya meronta-ronta. Orang yang datang beragam dari kelas X sampai kelas XII itu berkumpul dan berbaur satu sama lain seolah tak ada dinding pembatas senioritas. Mereka senang saling berbagi cerita, pengalaman atau hal baru sesama anak Cakravela.

Ada empat pekerja tetap di bengkel ini yang kebetulan alumni STM. Marvel senang bisa membuka lapangan pekerjaan meskipun bisa dibilang tidak seberapa. Tetapi abang-abang yang bekerja disana sudah nyaman apalagi Marvel memberi gaji yang diluar batas cukup. Namun sepertinya ada satu pekerja baru yang terhitung sudah satu minggu bekerja di bengkel Cakravela. Bukan alumni atau teman sepantaran, tapi adik kelas yang baru saja kelas X. Namanya January yang lebih sering disapa Januar---anak jurusan otomotif. Latar belakang anak itu membuat Marvel memperkerjakannya di bengkel karena alasan tertentu meskipun Januar di tempatkan di bagian pembayaran saja karena keahliannya masih belum terasah.

Setiap ada keramaian tak lengkap rasanya jika tanpa Haidar, Naufal, Faresta dan sekawan lainnya. Enam orang penting Cakravela berkumpul sore ini kecuali sang leader dan kapten angkatan 20 yang tak ada disana. Marvel--entah kemana cowok itu menghilang begitu saja sedari bubar sekolah. Sedangkan Mars harus melatih basket adik kelasnya yang akan bertanding minggu depan.

"Den---Marvel ngasih tahu gak dia kemana?" Tanya Faresta yang ikut terjun mengotak-atik motor selagi yang dia bisa.

Salah satu ciri khas Raden yaitu dimanapun dan kapanpun dia berada, buku tak pernah hilang dari tangannya. Cowok itu masih asik membaca buku novel series Kisah Tanah Jawa sambil duduk di kursi panjang ditemani kopi buatan Januar.

"Gak!"

Haidar yang wajahnya mulai dilumuri oli dan kusam bekas knalpot tertawa ke arah Faresta. "Lo ngapain nanya mbah Raden? Emang dia ayang nya Marvel!"

"Ya siapa tahu aja kan Raden beralih jadi cenayang. Tiap hari baca buku gak ngebul tuh otak?"

"Dia mah mana mungkin ngebul, emangnya otak lo yang dikit-dikit bisa meledak." Ledek Naufal yang kini mulai mencoba hasil kerjanya di salah satu motor.

"Tanya Haidar tuh! Dia kan beberapa hari ini jadi benalu di kosnya Marvel." Kata Abyasa yang duduk di sebelah Raden sambil bermain game.

Haidar yang sedang mempilox salah satu body motor menolehkan pandangannya. "Gue gak tahu anjir. Emangnya kalau numpang bakalan 24/7 sama Marvel? Nggak kan! Pagi juga gue ditinggalin."

"Lo emang gak penting! Makanya ditinggalin." Ucap Raden yang dibalas acungan jempol Faresta.

"Buku tuh yang gak penting! Makanya tinggalin." Sahut Haidar.

"Lagian ya Den lo gak mual baca buku terus? Gak capek jadi orang pintar yang mainannya buku terus sampai jadi kutu buku? Kuno yang ada baca buku terus, lama-lama lo jadi mbah Google beneran---nggak deh jatohnya nanti jadi orang pinter yang pasien nya di sembur." Lanjutnya dengan nada meledek ke arah Raden, tipikal memancing keributan.

STM vs SMEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang