BAB (40) KITA PERNAH BAHAGIA

768 120 12
                                    

Diantara ribuan memori tentang kita, setidaknya harus ada kenangan bahwa kita pernah bahagia bersama

●●○●●

Seperti tak pernah ada yang terjadi, Marvel berkunjung ke rumah Kinara atas permintaan gadis itu. Baginya rasa kecewa semalam tak apa-apa selagi bisa melihat Kinara baik-baik saja dan tersenyum seperti sekarang. Sekitar jam dua siang ini Marvel berkunjung ke rumah Kinara. Mumpung hari jum'at dia ingin mengajak Kinara ziarah ke makam mama nya.

Ternyata kedatangannya disambut hangat oleh ayah Kinara yang sekarang mengajaknya duduk di teras sambil mengobrol santai. Marvel senang bertukar pikiran dengan ayah, apalagi membicarakan masalah dunia teknik. Walaupun sepertinya kecintaannya pada teknik akan berkahir sampai disini.

"Kamu rencananya lanjut kuliah atau kerja?" Tanya Ayah sambil menyeruput kopinya di siang hari.

"Masih bingung om," balas Marvel.

"Kinara gagal SNMPTN, awalnya dia mau berhenti dulu setahun tapi Luke nyemangatin dia buat ikut SBMPTN. Kinara mau ikut UTBK gelombang kedua, kamu tahu?"

Marvel menggeleng samar, dia sama sekali tidak tahu. Kinara tak pernah membicarakan hal itu dengannya.

"Dia belum cerita, mungkin belum siap. Kinara mau ke PTN mana?"

"UGM, dia mau lanjut Akuntansi disana. Makanya dari kemarin dia belajar keras buat UTBK. Tapi ayah gak suka lihatnya, dia jadi lupa segalanya," curhat ayah.

Belajar keras untuk UTBK tapi tadi malam Marvel melihat Kinara nongkrong dikafe bersama Kenzie sampai jam sebelas malam. Tiga puluh menit dia menunggu gadis itu pulang. Positif thinking saja mungkin Kinara butuh healing bersama mantan.

"Mungkin Kinara gak mau gagal yang kedua kalinya om. Semoga harapannya tercapai," balas Marvel berusaha bijak.

"Kamu tidak apa-apa? Kalau seandainya Kinara lanjut studi di Jogja?"

"Jelas gakpapa om, saya gak bakalan menghalangi mimpi-mimpinya. Lagipula saya ikut senang kalau Kinara berhasil meraih cita-citanya."

Ayah tersenyum sambil menepuk pundak Marvel. Mungkin ayah bangga sekaligus senang dengan respon Marvel yang cukup bijak di usianya yang masih remaja.

"Kamu dewasa sekali, om suka dengan pemikiran-pemikiran kamu ini."

"Saya gak punya hak ngatur hidup Kinara om, untuk sekarang biarkan mengalir saja."

Anggukkan dari ayah pertanda bahwa dia sangat menyukai anak laki-laki di sampingnya ini. Baru kali ini ayah bertemu remaja seperti Marvel. Rasanya ayah cukup lega Kinara dekat dengan laki-laki yang baik.

"Ayah, Kinara pergi dulu."

Marvel dan ayah tentunya menatap kedatangan Kinara yang terlihat sudah siap. Cukup lama tapi tidak terasa karena Marvel ditemani ayah menunggu Kinara bersiap.

"Kalian mau kemana jam segini? Matahari masih panas."

Marvel menatap kembali ke arah ayah, "Saya mau ajak Kinara ziarah om."

Ucapan Marvel membuat ayah terkejut sekaligus merasa bersalah. "Yasudah hati-hati, maafin ayah ya Marvel. Mungkin ayah gak sengaja nyinggung perasaan kamu."

Marvel tersenyum melihat ayah Kinara yang terlihat tak enak padanya. "Gakpapa om, saya sekalian izin mungkin Kinara pulangnya sore."

"Iya gakpapa, eh tunggu sebentar!!"

Ayah berdiri dan berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Marvel dan Kinara saling berpandangan heran.

"Ini! Kunci vespa ayah, kalian pakai aja. Kinara udah lama gak naik vespa, kalau bisa bawa dia ke Braga juga."

STM vs SMEAМесто, где живут истории. Откройте их для себя