BAB (20) MESIN vs OTOMOTIF

738 158 17
                                    

Jika kamu menyukai seseorang, cukup fokus pada satu titik. Jangan sampai titik lain merasa ada peluang karena dipatahkan harapan itu sangat menyakitkan!

●○●

Lapangan STM di isi penuh muridnya yang sengaja di kumpulkan pagi ini. Bukan berkumpul untuk upacara bendera seperti hari senin. Mereka tahu penyebab dikumpulkan sekarang, pasti tak lain dan tak bukan karena masalah tawuran kemarin. Seharusnya jam 8 pagi acara final PORSTM sudah dimulai, namun melihat situasi saat ini sepertinya jadwal akan diundur.

Hanya anak-anak STM yang masih bisa santai dan sibuk becanda satu sama lain ditengah hukuman yang sudah menanti. Justru suara gaduh diiringi dengan beberapa ejekan dan umpatan pada anak Pertiwi pun terdengar jelas. Mereka belum puas dengan tawuran kemarin. Seharusnya Pertiwi di pukul mundur tanpa ampun agar anak SMA itu tidak berani macam-macam lagi pada Cakrabuana dan Cakravela.

Tetapi mau bagaimana lagi, Marvel sudah mengeluarkan titah untuk berhenti dan membiarkan lawan pergi dengan nyawa yang utuh. Mereka tak bisa melawan perintah ataupun keputusan Marvel. Intinya apapun yang Marvel perintahkan pasti ada dampak baiknya. Berbeda dengan Mars, dia tipe orang yang akan menghabisi sampai titik akhir. Sulit mengontrol emosi dan logikanya saat tawuran.

Maka dari itu Mars jarang memimpin selagi masih ada Marvel. Jika situasi nya seperti kemarin, baru dia yang turun tangan menggantikan. Dan juga hanya Marvel yang bisa mengatur Mars saat cowok itu dikuasai nafsu untuk menghabisi lawan.

"Pak Asep kemana sih? Kalau mau ngasih hukuman harusnya buruan. PORSTM jadi ngaret nih." Gerutu Naufal yang kesal menunggu terlalu lama apalagi posisinya berdiri. Giliran menunggu Lista semangat nya tiada tara meski ditolak hampir limah puluh kali.

Faresta yang posisinya sedang berjongkok pun menarik ujung celana Naufal. "Duduk dulu makanya. Udah tahu pak Asep kayak perawan, persiapan segala macamnya seabad."

"Mungkin lagi nyiapin mental sama fisik dulu buat ngadepin kita." Timpal Abyasa yang kini memilih duduk di atas lapangan.

"Masih nyidang Mars sama Marvel di ruang BK. Pasti habis ini mereka berdua di skors." Raden mengeluarkan pendapatnya yang mungkin benar atau tidak, tapi biasanya memang seperti itu.

"Gue masih greget sama anak Pertiwi. Mereka yang suka nyerang duluan, kita yang selalu kena hukuman." Azriel memaki sambil selonjoran, badannya masih terasa sakit dan pegal-pegal. Dia tak kuat kalau hukuman kali ini disuruh push up atau jenis olahraga yang lain.

"Dimana letak Pancasila yang kelima ini kawan? Citra anak STM goreng wae di mata masyarakat. Lah anak SMA onoh dibela netizen karena masih banyak pemikiran salah ngira kalau STM yang suka cari keributan duluan." Haidar mengeluarkan semua kekesalan dalam hatinya.

Raden mengangguk menyetujui ucapan Haidar kali ini. Ada benarnya juga, resiko menjadi pentolan STM juga membuat mereka selalu mendapat hukuman paling berat diantara murid lain.

"Orang yang masih ngira STM gak bener berarti main nya belum jauh. Nongkinya masih di warung depan sekolahnya aja. Coba kalau jalan-jalan sampai Cakravela. Gak bakalan berani tuh cocotnya asal ngomong."

Raden mengeluarkan kalimat terpanjangnya masalah tawuran. Biasanya cowok itu hanya menanggapi dengan gaya biasa saja. Tetapi berbeda dengan sekarang, raut wajah nya menggambarkan jika seorang anak bangsawan pun bisa gedek sama tingkah anak Pertiwi.

Tak lama orang yang mereka tunggu datang, siapa lagi jika bukan pak Asep yang rambutnya sudah kelimis di tambah wajah galaknya yang justru terlihat lucu di mata Naufal, Faresta, Haidar dan Azriel. Keempat murid paling minus ahlak nya itu justru terkikik menatap kedatangan sang guru BK.

STM vs SMEAWhere stories live. Discover now