BAB (29) YOU and MY FAMILY

745 145 18
                                    

Setidaknya kamu harus memiliki alasan menyukai sesorang agar disaat hatimu goyah kamu masih bisa bertahan dengan satu alasan!

●●○●●

Apa yang paling menyebalkan di malam minggu? Gagal apel? Sumpek dengan tugas yang terus mengalir seperti dosa? Atau si dia yang terlalu sibuk sampai lupa mengabari walau hanya sebatas pesan singkat saja? Sepertinya ketiga option di atas menjadi perusak mood Luke malam ini. Bagaimana tidak jika dia harus di hadapkan dengan tumpukkan tugas sampai gagal apel di malam minggu. Ditambah sang kekasih yang kebetulan anak Farmasi itu sibuk dengan tugas dan penelitiannya sampai lupa tak mengabari selama lima hari ini.

Semester lima memang menjadi semester yang cukup horor bagi mahasiswa. Semester dimana maju tak kuat, mundur udah kepalang. Biasanya para mahasiswi bisa melampiaskan rasa kesalnya di semester ini dengan kalimat 'gak kuat semester lima, pengen nikah aja' . Kalau mahasiswa bisa apa selain istighfar beberapa kali dan meratapi nasib sendiri yang mulai merasa salah jurusan. Problematika anak Arsitektur apalagi semester lima itu cukup membuat Luke kelimpungan dan rasa ingin menyerah bertambah kuat.

Contohnya saja malam minggu ini dia disibukkan dengan beberapa tugas yang deadline nya mepet-mepet. Luke masih mengerjakan maket nya dibantu oleh sang ayah yang kebetulan seorang Arsitek. Karena melihat sang ayah, Luke menjadi terinspirasi masuk ke dalam dunia Teknik Arsitektur. Tidak tahunya sekarang dia kelimpungan dan rasa salah masuk jurusan terus mengerogoti hatinya.

"Abang kalau buat maket itu yang niat! Jangan asal-asalan, nanti kalau gak laku di pasaran gimana? Zaman sekarang persaingan di dunia kerja itu udah gila."

Nasihat sang ayah membuat Luke mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah melewati beberapa semester di Arsitektur, Luke menjadi sadar jika jurusan ini bisa dibilang jurusan penuh penyiksaan lahir dan batin. Apalagi seperti mahasiswa di bawah rata-rata sepertinya, lebih baik kalian berpikir dua kali dalam memilih jurusan agar beberapa tahun ke depan tak akan muncul rasa salah pilih jurusan di tengah jalan.

"Ayah dulu pernah pengen nyerah aja gak sih di Arsi? Apalagi ayah dulu di ITB? Sumpah Luke rasanya pengen out aja dari jurusan ini tapi gimana, ini udah jadi pilihan Luke dulu."

Curhat Luke pada ayahnya yang kebetulan baru saja pulang dari luar kota tadi siang. Pekerjaannya sebagai arsitek membuat sang ayah sering pergi ke luar kota. Ayah tersenyum mendengar keluhan anak sulungnya, dari dulu dia sudah mewanti-wanti agar Luke memilih jurusan yang benar-benar dia minati. Namun anaknya itu memilih Arsitektur dan takdir sepertinya berpihak pada Luke yang lolos di jurusan itu.

"Ya jelas kalau itu mah bang, dulu ayah sampai pengen ambil cuti aja saking pusingnya. Tapi setiap lihat ibu dan bapak di rumah yang selalu semangat cari uang buat biayain kuliah disitu ayah jadi mikir. Ayah harus bertahan dan tuntasin pilihan ayah dulu di arsitektur agar ibu dan bapak bangga. Ayah juga gak mau buang tenaga dan kerja keras mereka cari uang buat ayah yang justru mau nyerah gitu aja."

Nasihat-nasihat dan komunikasi yang terjalin ayah kepada anak-anaknya memanglah sebagus itu. Bisa dibilang Kinara dan Luke terlahir dari keluarga yang sempurna. Orang tua yang begitu perhatian dan selalu mengerti perasaan anaknya. Kasih sayang yang tak pernah kurang mereka limpahkan pada keduanya. Serta ekonomi yang bisa dibilang cukup baik dan terpenuhi.

Di ruang tengah yang terisi anak dan ayah itu datanglah si bungsu yang ikut menimbrung arstiek dan calon arsitek. Kinara duduk di atas sofa melihat Luke dan ayah yang masih sibuk membuat maket. Dia sama sekali tak mengerti dunia teknik, sama seperti bunda juga yang waktu kuliah mengambil jurusan sastra.

"Abang kata Stella stock kopinya masih ada gak? Atau dia open PO dulu aja?"

Kinara bertanya saat Stella mengirimnya chat untuk menanyakan masalah kopi pada Luke. Harus kalian tahu, Luke membuka bisnis kopi yang sudah dia tekuni dari semester tiga. Awal mulanya karena Luke penikmat kopi yang bisa menghabiskan beberapa cangkir setiap hari, akhirnya dia memberanikan diri untuk meracik kopi sendiri. Bisnis ini dia jalani di sela-sela tugas kuliahnya. Namun sepertinya usaha kecil-kecilan itu berdampak positif karena sampai sekarang banyak peminat pada kopinya itu sampai Luke tak ragu untuk menjualnya ke publik.

STM vs SMEAWhere stories live. Discover now