BAB (18) PENJELASAN

746 163 21
                                    


Sebaiknya hal ini didasari rasa penasaran bukan perasaan!

●○●


Raden dengan telaten mengompres tangan Kinara. Mereka tak banyak berbicara, mungkin Raden juga mengerti jika Kinara masih shock atas kejadian tadi. Melihat keadaan Kinara sekarang saja bisa Raden simpulkan jika gadis ini benar-benar ketakutan.

Raden menyelipkan rambut Kinara agar tak menghalangi pipinya yang sekarang akan di kompres. Kinara sendiri hanya diam saat Raden mengobatinya. Pantas saja Stella tergila-gila dengan Putra Diningrat, toh perlakuannya benar-benar baik.

Jangan sampai Stella tahu jika Raden mengobatinya saat ini, Kinara takut Stella marah. Padahal situasi nya memang mengharuskan Raden melakukannya, tapi tetap saja Kinara tak enak pada Stella. Dia takut temannya salah paham dan berujung hubungan mereka merenggang. Ya ampun Kinara bisa-bisa nya berpikiran jauh sampai kesana.

"Lo gak usah takut. Mereka gak bakalan kenapa-napa." Raden memberitahu Kinara agar gadis itu tak berpikiran yang macam-macam.

"Serius? Tapi tadi mereka ada yang bawa senjata." Cicit Kinara.

Raden mengangguk sambil mengompres pipi kanan nya Kinara. Untung saja gadis di sampingnya ini Ketos bukan Waketos, jadi Raden biasa saja dan tak risih sama sekali. Coba kalau Stella, mungkin Raden memilh angkat kaki duluan alias kabur.

"Mereka gak bakalan mati, ada Marvel sama Mars. Paling babak belur atau ke Puskesmas. Yang penting lo tenangin diri dulu."

Kinara menghela nafasnya berusaha menenangkan dirinya seperti kata Raden. Kinara mengambil ikat rambutnya dari tas. Memudahkan Raden saat mengompresnya dengan cara mengikat rambutnya yang sudah berantakan.

"Raden makasih, lo baik banget." Kinara berterimakasih setelah Raden selesai mengompresnya.

Raden mengangguk lalu menyimpan baskom tadi ke bawah meja. "Sama-sama, lagian lo gak dengar tadi Marvel bilang apa? Dia nyuruh gue jagain lo, jadi udah seharusnya gue baik sama lo tanpa Marvel suruh pun."

Mereka kembali diam dan Raden sibuk menyelesaikan gambarannya di atas lantai. Kinara diam menatap kosong ke depan. Padahal isi kepalanya melayang jauh kemana-mana. Termasuk dengan sikapnya yang berbeda kepada Marvel. Padahal dulu dia sangat menghindari Leader STM itu. Tetapi sekarang Kinara ingin mengenal dengan baik kehidupan seorang Marvela Cakrabuana.

Ditengah keinginannya itu terlintas pula tentang Venus yang memiliki rasa kepada Marvel. Lalu sekarang Kinara harus bagaimana? Mundur sebelum mencoba atau terus maju meski resiko di depan sana cukup besar?

'Venus cinta sama Marvel, sedangkan lo cuman penasaran sama kehidupannya doang Nar.'

Berkali-kali Kinara meyakinkan dalam hatinya jika sikapnya ini hanya didasari rasa penasaran, bukan karena sebuah perasaan.

Lagipula baru kali ini Kinara mendengar langsung jika Venus mencintai seseorang. Selama enam tahun berteman dengan Venus, dia tak pernah bercerita apapun masalah perasaannya. Dan baru kali ini Venus mengatakan jika dia menyukai seseorang yang sudah seharusnya Kinara dukung.

Sebelum basah kuyup dan jatuh terlalu dalam sebaiknya Kinara mundur perlahan dari rasa 'penasarannya'.

"Lo mau makan atau minum apa gitu?" Tanya Raden menawarkan takut Kinara kelaparan.

Kinara menggeleng seraya menyandarkan bahunya di sofa. Matanya menerawang saat-saat bersama Venus. Susah senang mereka hadapi bersama dari SMP. Kenangan saat masuk SMEA sampai sekarang berhasil menjadi pemimpin SMEA terlintas dalam otaknya.

STM vs SMEAWhere stories live. Discover now