BAB (10) MASALALU

829 155 14
                                    


'Manusia tidak bisa lepas dari tiga hal penting dalam hidupnya. Yang pertama masalalu, masa kini dan masa depan'

●○●

Marvel pulang ke kosan yang sudah di tempati satu tahun belakangan ini. Hidup sendiri, tanpa sepeserpun uang atau perhatian dari orang tua, apalagi sosok seorang ayah. Marvel memilih pergi dari rumah yang menjadi saksi bisu jika dia pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga.

Sepulang sekolah Marvel tertidur sampai sekarang terdengar adzan maghrib. Pemuda tampan itu terbangun dengan mata sayu nya. Bergerak masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuh sekaligus mengambil wudhu.

Setelah selesai menunaikan kewajiban lima waktunya, Marvel hanya terdiam sambil melipat sejadah. Tangannya membuka peci hitam lalu menyugar rambut coklat nya.

Marvel melirik foto kecil yang terpajang di atas meja samping kasur kecil tanpa ranjang. Tangannya bergerak meraih bingkai foto tersebut.

Bibir tipis cerah alami itu tersenyum menatap foto masa kecilnya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Bibir tipis cerah alami itu tersenyum menatap foto masa kecilnya. Ingin rasanya Marvel kembali ke masa itu. Masa dimana semuanya masih berjalan dengan baik. Marvel sangat merindukan Marvin, kakak kandungnya yang sekarang pergi meninggalkannya sendiri.

Beralih dari bingkai kecil itu, Marvel pun meraih satu bingkai foto yang ukurannya lebih besar dari yang tadi. Seorang wanita cantik yang sangat Marvel rindukan. Orang yang menjadi alasannya bertahan selama ini.

Yunita Cakrabuana yang sudah terbaring di Rumah Sakit sampai satu tahun lebih lamanya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


Yunita Cakrabuana yang sudah terbaring di Rumah Sakit sampai satu tahun lebih lamanya. Jika bukan karena mama nya, mungkin Marvel juga akan memilih pergi seperti Marvin. Tapi dia tak bisa, Marvel tak mungkin meninggalkan sang ibu sendiri disini.

Marvel masih menatap lamat foto mama nya sebelum atensi dia teralihkan saat hp di atas kasur itu berdering. Marvel segera meraih benda pipih tersebut. Matanya menatap malas ke arah nama pemanggil saat ini.

Papa

Marvel hanya mendiamkan panggilan itu tanpa berniat untuk menjawab. Namun hp nya terus berdering, di panggilan kelima nya Marvel pun menggeser tombol hijau di panggilan itu.

STM vs SMEAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt