49

6.3K 478 278
                                    

"hee? mamah boleh masuk?"

heeseung menoleh ke arah mamah yang sedang berdiri di ambang pintu. heeseung pun mengangguk pelan tanda mempersilahkan mamahnya masuk. mamah pun berjalan dan duduk di sofa kamar heeseung sambil membawa sebuah album foto kecil.

"mau liat foto-foto lawas gak sama mamah?"

heeseung yang daritadi hanya melamun di balkon langsung berjalan dan ikut duduk di samping mamah. mamah langsung membuka lembar pertama dari album foto tersebut dan menunjukan foto dirinya dengan papah heeseung saat masih muda dulu.

"nih, waktu selesai ospek kampus. dulu, ada tuh kegiatan kita disuruh makan nasi campur di atas tanah. mamah udah nangis banget ga bisa makan, tiba-tiba papah kamu datengin mamah dan bantuin abisin secara diem-diem. eh ketauan deh sama kaka pembina gitu, akhirnya kita berdua di hukum bareng."

heeseung mengulas tipis senyumnya.

"sampai akhir ospek, tiba-tiba papah kamu datengin mamah lagi dan ngajak foto bareng. terus ngajak tukeran nomor ponsel. tapi waktu itu mamah ga punya, karena dulu masih dikit banget orang yang punya ponsel."

"akhirnya gimana mah?"

"kita tukeran alamat rumah dan surat-suratan. ternyata lebih seru loh saling kirim surat."

"mamah masih nyimpen ga surat-surat dari papah?" tanya heeseung penasaran.

mamah kemudian membalikan album foto dan membuka halaman terakhir. disana ada tumpukan surat yang sudah usang dan membuat heeseung melotot. mamah pun menyodorkan tumpukan surat tersebut, dan heeseung menerimanya. ia melihat satu-satu surat tersebut yang sudah rapuh.

"wow... mamah nyimpen semuanya selama ini?"

"iya, kadang mamah juga masih suka baca ulang suratnya kok. dari awal masih terbaca tulisannya, sampai sekarang udah pada memudar." jawab mamah lembut.

heeseung membulatkan matanya dan beneran terkagum-kagum dengernya.

"biasanya, yang di tulis tangan itu kelihatan tulusnya. gatau sih, mamah ngerasanya gitu aja."

heeseung mengangguk setuju dan matanya masih setia melihat-lihat tumpukan surat tersebut.

"mah, waktu akhirnya harus pisah sama papah karena papah dijodohin, mamah gimana? terus gimana bisa ketemu lagi?"

"mamah ikhlasin, pasrahin. karena, mamah percaya kalau emang jodoh bakal dipertemuin, kalau bukan ya berarti sebenernya papah kamu bukan yang terbaik buat mamah." jawab mamah sambil tersenyum.

"tapi, berat kan mah?"

"ga bisa di ungkapin pake kata-kata lagi sih hee.. haha.." tawa mamah dan membuat heeseung menyunggingkan senyumannya.

ini kali pertama heeseung tersenyum lagi setelah hampir sebulan lebih kepergian papahnya, karena selama itu heeseung terus murung dan menyendiri.

"tapi pada akhirnya kita di pertemukan lagi. meskipun harus nunggu waktu yang lama banget, dan kita akhirnya ketemu di waktu yang tepat." mamah melihat sekilas ke arah heeseung yang mengulum bibirnya.

"eh ternyata ga tepat banget yah, hee? soalnya ternyata kalian malah lagi pacaran-"

"ah, mamah..."

mamah tertawa melihat raut heeseung berubah drastis karena terlihat muka betenya. mamah pun mengelus rambut heeseung dengan lembut.

"kalau kamu emang sayang sama gadis, yaudah lanjutin aja-"

tok tok

mamah dan heeseung langsung menoleh ke arah pintu bersamaan.

unexpected sin ; lee heeseungWhere stories live. Discover now