4. Wawancara

25.6K 1.6K 41
                                    

Selamat membaca yorobeun❣️

---

"Nyonya Anya!"

Levin berdiri di depan Anya, Anya mengernyitkan dahi bingung. Anak ini mengenalnya?

Lihat ini, Apakah seterkenal itu sekarang dirinya di kalangan anak remaja?

Tapi rasanya tidak mungkin.

"Kau mengenal ku?"

"Sa-saya salah satu bagian dari Panti Pelita Harapan."

Anya memiringkan kepalanya lalu mengangguk, "Lalu? Apa urusannya dengan ku?"

Pemuda di depannya ini seakan takut untuk menatapnya. Apakah benar Anya semenakutkan itu? Entah kenapa Anya menjadi jengkel. Bahkan untuk orang yang baru dikenalnya menatapnya takut.

"Katakan, aku tidak punya banyak waktu." Decak Anya jengkel.

Levin mengepalkan masing-masing tangan di samping pinggangnya.

"Proyek pembangunan mall serta penggusuran di kawasan Panti Asuhan Pelita Harapan, ap-apakah tidak bisa dipikirkan ulang nyonya Anya?" Mohon Levin.

Anya menatap Levin dari atas sampai bawah. Kemudian dirinya menahan nafas, Anya gatal untuk tidak menjelajahi bahu lebar milik Levin. Pikiran-pikiran itu membuat kepala Anya semakin panas rasanya.

"Jawaban ku tidak nak." dingin Anya.

Anya melanjutkan jalannya melewati Levin begitu saja namun dirinya merasakan genggaman tangan kekar.

Oh tidak jangan, jangan sentuh nyonya Anya nak, kau tidak tahu bagaimana seluruh pikiran kotor berkecamuk mengenai halusinasi tubuh mu sekarang.

Anya berniat membentak marah namun tidak jadi karena melihat Levin memohon dengan lutut di atas tanah.

Ia melirik kanan kiri sekitar mereka untungnya sepi, hampir saja Anya berteriak memaki melihat Levin berlutut di depannya. Apa anak ini gila? Bisa-bisa orang-orang menangkap basah mereka, paling buruk jika ada paparazi memfoto mereka.

"Kau gila cepat berdiri-"

"Saya mohon nyonya Anya, selama ini bagi kami anda adalah malaikat penolong Panti Asuhan kami. Saya mohon, saya akan melakukan apapun yang anda mau. Saya mohon tolong keluarga saya."

Melakukan apapun?

Anak ini tidak mengajaknya bercanda bukan? Kalau begitu Anya dengan senang hati akan melakukan apapun loh.

Ini bukan salah Anya loh, ingat ini. Levin menawarkan akan melakukan apapun kepada dirinya.

Anya sontak menarik sudut bibir nya ke atas. Smirk iblis terbit di bibirnya, dirinya lantas merogoh dompet nya mengambil kartu nama miliknya. Ia berjongkok di depan Levin seraya tersenyum manis.

"Jam berapa kamu pulang sekolah?"

"Karena besok Sabtu, ja-jadi jam sebelas."

"Ambil ini dan temuin aku besok setelah kamu pulang sekolah Levin."

"An-anda setuju?"

"Hmm let see apa kamu bisa jawab pertanyaan sesuai kriteria aku atau nggak besok."

Setelah mengatakannya Anya berdiri meninggalkan Levin yang tidak berhenti mengucapkan terima kasih kepadanya.

Sampai di dalam mobil Anya tidak bisa untuk tidak tertawa jahat.

"Well, let see how tomorrow coming."

***

Kaki Levin bergoyang sejak dari tadi di bawah meja, menunggu bell berbunyi. Sudah puluhan peringatan dan umpatan kasar dari Arcas kepadanya karena anak itu tidak bisa tidur di kelas berkat kaki Levin yang tidak bisa diam.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESWhere stories live. Discover now