53. Ayo Terbuka dan Bangkit!

10.4K 785 22
                                    

Selamat membaca guyss...

---

Sudah lama sejak Levin melihat loker nya tidak penuh sesak. Kertas-kertas yang biasanya berisikan ujaran kebencian kepadanya lambat laun semakin berkurang. Mungkin anak-anak sudah lebih sibuk dengan kertas ujian akhir dan nasional sekarang.

Kedua tangan Levin masih di lapisi oleh perban. Dirinya menatap dingin sekilas pemandangan itu.

"Udah Vin? cuman ini doang?" Tanya Arcas barang bawaan yang dibutuhkan sahabatnya itu.

Hanya ada kotak pensil Levin dan satu buku catatan yang dibutuhkan dirinya untuk ujian ini.

"Yeah, kotak pensil gue sama catetan doang." Angguk Levin dengan cepat merubah raut wajahnya.

"Okee."

Arcas menutupkan pintu loker Levin dan membantu menguncinya. Kunci pintu itu lalu diberikan kepadanya dan ia simpan di saku seragamnya.

Setidaknya Levin bersyukur teman-temannya selalu bergantian membantunya membawakan buku atau membuka lokernya. Bahkan Nathan menyuapinya setiap makan siang. Meskipun berujung Levin merasa malu sendiri karena mereka menjadi pemandangan aneh di kantin.

"Ayo Vin, ini pesawat sendok dateng... ngengg.. buka mulut utu..utuu anaknya siapa~"

Itu adalah kata-kata menggelikan Nathan yang sukses membuat Levin kenyang duluan sebelum makan. Reggan dan Arcas hanya bisa tertawa terpingkal-pinkal. Lebih malu lagi jika melihat Gabriella dan Diana yang menahan tawa mati-matian saat berada satu meja makan kantin yang sama.

Untung saja kegiatan itu sudah berakhir. Dan ucapkan selamat tinggal makan siang mengerikan itu karena hari ini merupakan hari terakhir ujiannya.

Benar, ini adalah hari terakhir Ujian miliknya. Matematika adalah mata pelajaran yang paling di hindari semua orang. Dan Levin juga ingin menghindari pelajaran yang dulunya disukai nya itu untuk sekarang. Levin sudah tidak mengharapkan nilai bagus dengan kedua tangannya ini. Dirinya semakin tahu mana batasannya dengan kedua tangannya.

"Kalo Lu mau ngawur, entar bakal lu jawab apaan bro?" Bisik Arcas penasaran.

Levin mengerutkan dahinya sesaat, "Mungkin gue ambil B."

"Okee, gue tiruin Lo."

Mereka tiba di depan ruang guru, Levin diperkenankan ujian di sini. Karena ia akan di bantu pengawas saat menghitamkan kertas jawabannya. Seperti yang pernah ia katakan pada Gellen jika Pak Radit kepala sekolahnya akan memberikan sedikit bantuan saat ia mengerjakan ujian.

Levin duduk di kursi meja yang di sediakan, Arcas meletakkan buku coretan nya dan kotak pensilnya.

"Thanks bro." Levin berterima kasih pada sahabatnya itu.

"Nyantai elahh, kalo gitu gue cabut kelas cuy." Arcas menepuk bahu Levin sebagai ucapan semangat.

Sepeninggalan Arcas barusan, tidak butuh waktu lama sampai bel berbunyi dan soal mulai di bagikan.

Pengawas ada di depannya, Levin menahan ringisan nya saat baru beberapa menit memegang pensilnya untuk menghitung. Ia melepaskan pensilnya dan memilih mengunakan isi kepalanya lebih maksimal. Ia menghitungnya dengan mencebikan bibirnya berguman bak komat kamit.

"Kalo gue bagi min dua x sama.." Guman Levin memejamkan matanya sesaat sebelum ia berhasil menemukan jawabannya.

"Kau temukan jawabannya nak?" Pengawas yang duduk di hadapan Levin sekilas menatap kedua tangannya.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang