17. Official

31.9K 1.3K 45
                                    

Selamat membaca guyss 💋

---

Anya menggarap sisa dokumen di meja nya. Wina meletakkan secangkir teh hitam yang diinginkannya.  Menunduk hormat pada Nyonya Anya, apakah perasaan Winna saja jika Nyonya Anya tampak lebih muda sekarang.

Minggu ini susana di kantor sangat tenang. Semua orang yang bertemu dengan Wina banyak bertanya apa yang terjadi pada Iblis Anyaline? Kemanakah iblis wanita tanpa air mata itu pergi?

"Wina."

"Iya nyonya?"

"Apa malam ini ada pertemuan atau rapat yang kemarin-kemarin sempat ku tunda?"

"Tidak ada nyonya, semua lancar akhir-akhir ini sesuai jadwal." Lapor Wina.

Anya melepaskan kaca matanya, ia meminum cangkir teh nya setelah menandatangani dokumen terakhir.

Ia memeriksa jam tangannya sesaat, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Wina, bagaimana pengeluaran black card yang ku suruh buat beberapa waktu lalu?"

Wina dengan cepat membuka tablet yang dibawa nya kemanapun. Mencari data yang bos nya minta dengan cepat.

"Menurut laporan, nol pengeluaran nyonya. Tidak ada pengeluaran sama sekali pada kartu yang nyonya minta untuk buatkan."

Anya mengernyitkan dahinya, "Jadi Levin tidak memakai uang ku sama sekali?"

Wina mengernyitkan dahi, Levin? Itu nama pencarian informasi anak SMA yang pekan lalu nyonya minta bukan? Jadi kartu itu untuk anak itu?

Waww, Wina jadi tahu sekarang hubungan mereka seperti apa. Ternyata matanya tidak salah lihat saat melihat anak itu berada di istana kediaman nyonya Anya. Gosip dari para pelayan ternyata bukan omong kosong.

Jadi benar jika Levin adalah sugar baby seorang Anyaline Clarissa?

"Maaf nyonya saya ijin bertanya jadi kartu tersebut untuk Levin anak yang anda suruh saya mencari tau."

"Yeah." Balas Anya kecut. Ia tidak peduli dengan pandangan Wina.

Berbanding terbalik dengan Wina. Tidak, Wina tidak menghardik ataupun mengeryit jijik. Melainkan dirinya iri, enak sekali pasti menjadi sugar baby kesayangan nyonya Anya.

Secara Nyonya Anya bisa mengabulkan apapun. Bahkan sekalipun Levin ingin membeli gedung atau uang satu miliar.

"Apakah saya boleh saran nyonya?"

Anya mengernyit, "Saran?"

"Biasanya untuk anak remaja seperti tuan muda Levin, mungkin anda bisa membelikannya mobil atau sepeda motor ah ku dengar akhir-akhir ini kebanyakan anak-anak muda mengikuti perkembangan iPhone."

Saran Wina tidak bagus di mata Anya, pasalnya ia sudah bertanya apakah Levin menginginkan semua itu. Namun nihil Levin tidak menginginkan semua itu.

"Dia tipe anak dewasa, pintar, sederhana. Itu semua bukan gaya dia."

Wina mengganggukan kepalanya faham.

"Bagaimana dengan liburan?"

Anya mengernyitkan dahi nya, "Liburan?"

"Yeah sekalian nyonya tidak pernah berlibur selama ini bukan? Dan untuk tipe anak pintar seperti tuan muda Levin pasti ia punya daya ambisi untuk pergi ke suatu tempat!" Seru Wina mendadak jadi semangat sendiri.

Anya memutar pulpen miliknya seraya berfikir. Benar juga, kenapa ia tidak pernah kepikiran.

Anak pintar seperti Levin tidak mungkin tidak ingin pergi ke tempat yang diimpikannya.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESWhere stories live. Discover now