45. Haters

9.9K 854 65
                                    

Selamat membaca guyss!!

---

Anya menatap sebuah kalung yang melingkar di leher nya. Ia tersenyum lebar. Setelah menunggu Levin mengatakan itu akhirnya dirinya mendengarkannya.

Levin melamarnya kemarin, suasana hati Anya bak kupu-kupu berterbangan di perutnya. Ia merasa dirinya akan terbang ke langit.

"Levin!"

Pintu terbuka menampilkan Levin yang baru saja pulang. Dirinya melihat Levin masuk masih dengan seragam sekolahnya.

"I'm home." Sapa Levin.

Anya berdiri lalu Levin dengan tanggap memeluk nya.

Cup

Levin mencium pucuk kepala Anya sayang. Kemudian mengendong nya menuju kasur. Levin membaringkan Anya di ranjang mereka. Yah, mereka satu kamar sejak Levin pulang kemari.

Anya mengalungkan kedua tangannya, wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.

"Bagaimana keadaan mu sayang?" Tanya Levin mengelus perut Anya.

"Yeah, dia merindukanmu."

"Benarkah? Kau atau our beby hm?" Goda Levin.

Anya memutar bola matanya malas, ia menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Levin.

Levin mengelus pucuk kepala Anya, "Aku sudah mengepulkan permintaan mu, kami berbaikan." Singkat Levin.

Kepala Anya menyembul dari dada bidang Levin, dirinya tersenyum lebar mendengar ucapan pria itu barusan, "Sungguh? Kalian berbaikan? Levin ku mohon ceritakan padaku."

"Tidak ada cerita bagus sayang." Enteng Levin.

Anya memproutkan bibirnya, "Ayolah, setidaknya katakan bagaimana perasaan mu."

Levin tertawa kecil, ia menunduk untuk mencium bibir Anya.

Cup

"Nothing spesial."

"Bohong, kau pasti bahagia."

"Aku bahagia sejak bersama mu Anya."

Anya mendengus kesal, ia memeluk tubuh Levin erat-erat.
"Katakan kepadaku rahasia mu, aku tidak akan melihat ekspresi wajahmu." Bisik Anya.

Well, apakah Anya mengajaknya bermain sembuyi-sembuyian? Ia terkekeh pelan lalu membalas pelukan wanita itu. Ia mengusap punggung Anya sendu.

Perasaan Levin tidak menentu, dendam yang dimilikinya seakan tidak tahu kabarnya. Grandpa nya yakni David baru saja memberikannya selembar foto pernikahan kedua orang tuanya. Kini Levin mengingat wajah mereka. Senyuman cantik ibunya dan raut wajah tegas ayahnya.

Levin mengingat mereka berdua, tentu saja ia bahagia. Sangat bahagia bisa mengingat wajah mereka setelah bertahun-tahun.

"Aku bahagia Anya, senyum ibu ku masih sama cantiknya, ayahku yang jarang tersenyum tapi aku tahu ia sangat menyayangiku dan ibu. Aku sangat bahagia bisa mengingat wajah mereka sekarang." Bisik Levin menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Anya.

Anya mengusap belakang kepala Levin. Pasti sangat berat, melangkah tidak menentu tanpa tujuan arah untuk hidup. Levin hidup dengan melupakan wajah kedua orang tuanya.

Air mata Anya menetes, ia jadi menangis. Karena Levin pasti sudah tidak menangis karen anak itu sudah berjanji akan jadi kuat untuk dirinya. Maka dari itu Anya ingin menggantikan pria itu untuk menangis.

"Aku bahagia kalo kamu bahagia Levin."

Kali ini Anya akan berdoa lagi kepada Tuhan. Untuk kebahagiaan nya dan Levin serta bayi mereka. Jadi kali ini tolong dengarkan doa nya.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESOnde histórias criam vida. Descubra agora