20. Cerita Anya

19.4K 987 52
                                    

Yuhuu sesuai janji nihc, Winnie up lagi buat hari ini:"") happy 2000 vote buat cerita Levin dan Anya🎉

Selamat membaca jomblomersss💋

---

Levin memasuki mobil Anya setelah berhasil melompat dari pager beton belakang sekolah. Dirinya melihat kanan kiri yang sepi. Ia tersenyum sekilas melihat mobil BMW hitam di sebrang jalan. Levin menyebrang kemudian mengetok kaca pintu mobil Anya.

Pintu langsung terbuka untuknya, Levin masuk dengan Anya duduk kursi kemudi.

Di sebelahnya Anya melepaskan kaca mata yang membingkai matanya sejak tadi. Levin tersenyum menyapa Anya dengan mencium pipi wanita itu sekilas.

Cup

Mereka saling melempar senyum sesaat.

"Maaf lama." Ungkap Levin.

"No problem sayang, now kamu mau kita kemana?"

Anya mulai menjalankan mobilnya setelah melepaskan kaca mata dan topi penyamaran miliknya.

"Gereja Santa Maria kawasan panti ku dulu."

Cittt!

Detik itu juga Anya menghentikan mobilnya mendadak. Syukurnya jalanan sepi saat ia menengok ke belakang.

Anya menatap Levin, serius apakah anak ini bercanda.

"Aku nggak bercanda, aku beneran mau ke gereja hari ini. Mau kasih piring hitam yang waktu itu ke bapa."

Anya menggeleng tidak percaya, "Levin.." lirih Anya menutup mulutnya.

"Jalan Anya." Kesal Levin karena tatapan menyebalkan Anya.

HAHAHA

Detik berikutnya Anya tawa Anya pecah seketika namun masih menjalankan mobilnya. Dirinya lupa dengan siapa ia berhadapan.

Kalevin Stefandy, anak dengan segudang kebaikan di dalamnya. Jika Levin segudang kebaikan lantas apa dirinya? Pembawa keburukan untuk anak itu hahahaha.

"Emang cocok kamu di panggil mereka anak Tuhan." Gelak tawa Anya.

Levin mendengus kesal, "Jangan ikut memanggilku seperti itu Anya."

"Why? Itu sesuai sama wajah imut kamu."

"Kau pasti sangat senang." Cemberut Levin.

Tidak ada percakapan sampai mobil nya masuk ke dalam pekarangan gereja.

Levin melepas sabuk pengamannya, sedangkan Anya masih setia tidak bergerak sama sekali sampai Levin membuka pintu.

"Ayo keluar."

"Aku di sini saja."

"Kenapa?"

"Aku sudah tidak percaya karena mereka tidak pernah mengabulkan doa ku. Jadi untuk apa aku masuk?" Malas Anya.

Anya mengangkat bahu nya cuek, ia bermain ponsel tanpa memperdulikan raut wajah Levin melongo tidak percaya. Pasalnya baru kali ini Levin bertemu dengan manusia terutama perempuan antik seperti Anya.

Levin yakin tidak bisa berdebat dengan Anya jika wanita itu sudah jadi kepala batu.

"Okey, tunggu sini." Pinta Levin lalu mendekati Anya, mencium sekilas pelipis wanita itu sayang.

Cup

Anya tersenyum sesaat sebelum menoleh lalu menarik kerah baju Levin mendekat. Ia mengecup bibir Levin sekilas.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESWhere stories live. Discover now