55. Prom Night Romantis

13.2K 771 35
                                    

Selamat membaca guyss!!!

---

"Kita tidak sempat bertemu setelah sekian lama ini." Adam membuka percakapan.

"Maaf saya belum menemui anda secara formal sama sekali." Sesal Levin.

Adam dan Levin saat ini tengah berada di sebuah restoran. Levin hampir mendelik tidak percaya saat tadi siang Adam berdiri di depan sekolahnya saat dirinya sudah selesai berkonsultasi dengan kepala guru BK dan kepala sekolahnya terkait ijazah beserta kepindahannya.

Di depan pagar sekolahnya Adam berdiri dan mengatakan ingin berbicara empat mata kepadanya.

Dan disinilah mereka berada, tepatnya di sebuah restoran bintang lima. Levin bersyukur dirinya sudah tidak dalam mengenakan seragam sekolahnya lagi.

"Yeah, tak masalah. Lagipula aku cukup sibuk beberapa bulan ini mengurus berbagai tuntutan bersama kakek mu." Santai Adam meminum wine di gelasnya.

Pandangan Adam kini teralihkan pada gerakan tangan Levin saat memotong steak yang sedikit kesusahan. Rasa bersalah menyeruak di rongga dadanya. Bagaimana bisa dirinya melupakan hal ini.

"Aku lupa jika kolestrol ku naik, apakah kau tidak keberatan kita menganti menu makan siang ini? Aku sedang ingin sup asparagus."

Levin mendongak, ia langsung menggelengkan kepalanya tidak masalah.

Akhirnya steak yang menyiksa tangannya itu pergi dari hadapannya. Levin sedikit bersyukur melihatnya, ia bahkan lega saat pisau dan garpu di tangannya tidak lepas dari nya sejak tadi.

"Aku sudah mendengarnya, kau akan membawa kabur putriku ke Amerika setelah ini." Ungkap Adam blak-blakan.

Uhukk uhukk

Levin batuk tersedak mendengarnya, dirinya buru-buru mengelap sopan mulutnya dengan serbet. Tidak percaya jika konsonan kata ayah Anya sangat sefrontal ini. Membuat kata-kata yang tersusun di kepala Levin langsung amburadul.

"Maaf, Sa-saya-"

"Benar, kau perlu minta maaf terlebih dahulu karena itu yang ingin ku dengar." Potong Adam dengan lirikn mata tajam sekilas.

Sup di hadapannya terasa menjadi daging alot saja. Levin kesulitan untuk menelannya. Dirinya meletakkan peralatan makannya.

Ia langsung duduk dengan tegap menatap Adam.

"Saya butuh Anya dan anak kami. Apalagi setelah semua masalah ini, nggak mungkin saya pisah sama Anya Pak. Saya membutuhkan Anya dan Anya juga membutuhkan saya. Dia nggak bakal biarin saya sendirian begitupun sebaliknya."

Adam mengelap mulutnya dengan serbet, "Levin dengar, aku sangat berterima kasih padamu yang sudah melindungi Anya bahkan menderita untuknya."

Kedua mata mereka saling menatap dengan serius. Adam sangat menghargai semua perbuatan Levin. Pemuda di depannya ini sudah sangat menunjukan kelayakan untuk menjadi menantunya. Namun selain faktor kelayakan tentunya harus ada kesiapan yang matang.

Ia ragu dengan jarak umur terbentang Levin dan Anya putrinya. Apakah hubungan ini bisa bertahan dalam jangka lama? Levin terlalu muda. Ia takut di masa mendatang Levin akan mengalami bosan berhubungan dengan Anya.

"Tapi kau terlalu muda Levin, kau dan kedua cucu ku yang lain bahkan masih lebih tua mereka. Kau sepantaran Gabriella. Umur mu dan Anya terbentang dua belas tahun. Kebahagiaan seperti apa yang bisa kau janjikan pada putri bungsuku nak?"

Dari satu sisi Adam menantikan jawaban dari pertanyaan yang akan ia lontarkan pada Levin setelah ini. Karena Adam membutuhkan kepastian agar dirinya tidak akan menyesal lagi melepaskan tangan putrinya kepada pria lain.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESWhere stories live. Discover now