EKSTRA PART 1

23.3K 1.1K 73
                                    

Selamat membaca guyss...

---

Empat tahun kemudian~

Levin baru saja keluar dari kelas paginya. Hari ini dirinya sudah tidak memiliki kelas karena kelasnya hanya satu di hari Selasa. Dan sudah tiga tahun juga Levin menjalani kuliahnya di Amerika. Yup, Levin sempat terlambat satu tahun untuk mengejar kuliahnya.

Sebenarnya Levin tidak perlu kuliah karena ia sudah diajari banyak hal mengenai bisnis dari istrinya maupun kakeknya David. Tapi tetap saja, Levin merasa kecil jika dirinya yang pemilik perusahaan namun justru hanya tamatan SMA. Di saat seluruh pegawai nya adalah orang-orang tamatan sarjana luar biasa.

Lantas apa saja yang dilakukan oleh Levin saat satu tahun luang waktu itu? Jawabannya ia menyembuhkan tangannya. Dan belajar merintis bisnis dari nol dengan pengetahuan nya. Banyak yang terjadi termasuk berurusan dengan seluruh Stefandy lainnya.

Lalu apakah ia pernah pulang ke Indonesia? Jawabannya belum. Levin tentu merindukan mereka semua. Ibu pengurus panti, bapa August dan teman-temannya. Meskipun pernah Nathan, Reggan dan Arcas kemari. Namun tetap saja Navigasi masih belum pernah berkumpul dengan formasi bersama berempat.

"Hai Levin!" Sapa seorang perempuan malu-malu.

"Oh, hai Camila."

"Emm Levin, anak-anak angkatan mau kumpul bareng buat pesta minum."

Dari dekat tangga depan loby fakultas teman-teman Camila mendukung aksi perempuan itu. Beberapa dari teman-teman dekat Levin mendengus jijik melihatnya. Pasalnya satu jurusan ini tahu jika Kalevin sudah menikah. Meskipun beberapa dari mereka tidak percaya termasuk Camila. Mereka merasa Levin berbohong hanya karena menghindari budaya bebas dan intim mereka.

Dan banyak yang menyebut-nyebut Levin hanya berpura-pura mengenakan cincin pasangan. Mungkin ini karena mereka belum pernah melihat Anya dan para tuan putri nya saja.

"Sorry, aku punya janji sama istriku, kita ma-"

"Ughh! Levin stop it! kenapa kamu selalu bohong gituh sama kita?" Camila merengek manja memotong bualan Levin lagi.

Rengekan itu justru memuat memutar bola matanya malas, ia memperlihatkan jemari tangan kirinya. Di sana sudah tersemat cincin emas pernikahanya.

"Aku udah nikah." Setiap hari Levin rasanya selalu mengulang penekanan tiga kata pada ucapannya ini.

Dalam tiga tahun ini entah sudah berapa kali Levin harus mengatakan bahwa ia menikah. Apakah kurang besar cincin yang dikenakan di jemarinya?

Ck, mungkin setelah ini Levin akan mempercepat kuliahnya. Ia ingin cepat cepat lulus dari sibu. Sepertinya ia akan konsultasi dengan dosen walinya dan segera mengajukan penelitiannya.

Tidak hanya Camilla, bahkan tak jarang gadis lainnya mengejar-ngejar Levin bak kutu menggelikan. Yang bikin Levin merinding dan sering menepis kasar tangan-tangan mereka semakin tidak sopan.

"Come on Levin, kita cuman bakal seneng seneng doang. Mungkin kalau kamu mau.. nanti malem bisa nginep aja di rumah ku." Goda perempuan pirang itu dengan mengedipkan sebelah kelopak matanya.

Levin sungguh ingin muntah mendengar nya. Bahkan Fikri teman karib jurusannya yang sejak tadi diam berdiri disebelah nya saja ikut merasa mual.

Omong-omong Fikri adalah teman satu negara dengannya di jurusan bisnis. Pemuda berperawakan bak arabian itu sempat kaget saat diperkenalkan istri teman nya ini. Istri Levin yang tidak pernah diperlihatkan pria itu pada siapapun. Fikri bahkan merasa itu adalah rahasia negara.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESWhere stories live. Discover now