44. Misi Menghapus Jejak

11.2K 933 82
                                    

Selamat membaca guys...

Penuh akan typo:)

---

Kedua orang dengan marga Stefandy itu duduk saling berhadapan di sebuah restoran mahal berbintang lima. Mereka berdua yakni cucu dan kakek dari keluarga Stefandy. Suasana dingin mencekik seakan mendominasi meja mereka.

Sang kakek berinisiatif memesan seluruh makanan terbaik restoran ini untuk disajikan

Berbeda lagi pemuda berseragam SMA di depannya, anak itu masih betah bergeming dengan tatapan tanpa ekspresinya.

"Kenapa kau ada di sekolah ku?" Akhirnya Levin membuka percakapan, sayangnya tatapan datarnya tidak luput dari lawan bicaranya.

"Ekmm, mengawasi mu." Jujur David sedikit berdehem.

Levin terdiam sesaat, ia masih belum mengangkat alat makannya.

"Anya mengatakannya kepadaku, kau terkena serangan jantung saat itu."

David menghentikan kegiatan makannya, ia menatap sendu Levin. Raut dingin yang biasa ditunjukkan kepada publik kini berubah lembut. Tentu hal itu hanya ditampakkan kepada keluarganya saja.

Apalagi yang ada di hadapannya itu adalah Levin, cucu nya yang sudah lama menghilang. Sebuah keajaiban Levin menerima ajakan makan siang dengannya setelah mereka tadi disuruh pulang. Yah meskipun pengalaman pertama menjadi wali Levin justru harus berhadapan dengan masalah menyebalkan itu.

"Hm, maafkan aku." Ujar pelan David.

Levin memegang peralatan makan nya, ia mulai memakan makanan di depannya.

"Bagaimana caranya agar semua milikku kembali?" Tanya Levin tanpa mengalihkan pandangannya pada makanan di piringnya.

David mengangkat kepalanya menatap Levin, "Ka-kau mau ke..kembali nak?"

"Aku memberikan Anya cincin mama." Balas Levin.

Mata David melebar, "Cincin itu masih ada? Ka..kau melamarnya?"

"Aku ingin menikah dengan Anya, bantu aku mengembalikkan identitas ku. Aku mau dia dan anakku tidak kesulitan."

Yah, Levin sebenarnya mau mengabulkan permintaan Anya saja. Jika bukan karena Anya menerima lamarannya, mungkin Levin enggan kemari. Hm ditambah lagi, ia melirik sesekali David. Wajah pria paruh baya itu tersenyum menatapnya. Bongkahan es di dadanya bisa luluh begitu saja jika melihat David memasang ekspresi seperti itu, lantas bagaimana perjalanan bertahan hidupnya selama ini? Bukankah terlalu baik harus ada batasnya seharusnya.

David tersenyum lebar, dirinya mengganggukan kepala. Permintaan Levin tentu akan dirinya kabulkan. Kesempatan seperti ini tidak akan ia sia-sia kan.

"Kau tidak keberatan?" Tanya Levin sedikit tidak enak.

"Tentu tidak, kau boleh memilih wanita mu. Ini hidup mu nak."

"Anya hamil karena ku, citra mu akan jatuh." Levin mendadak merasa bersalah.

David tertawa seketika, "Setidaknya aku bisa menggendong anakmu sebelum aku pergi."

"Kau masih sehat." Sindir Levin halus setelah menscan David dari atas hingga bawah.

Wajah sombong milik kakek nya dengan penampilan stelan putih seperti mafia saja. Levin rasanya ingin mengatakan pada David untuk tidak berkeliaran di sekolahnya ataupun ibu kota ini dengan menggunakan pakaian seperti itu.

"Tapi ini sangat lucu, wanita itu satu-satunya dalam sejarah yang berhasil menginjak keluarga kita. Bagaimana bisa kau mengikuti wanita itu."

Levin tidak tersinggung sama sekali, ia hanya menarik sudut bibirnya, "Karena aku memperbolehkannya dan menikmatinya."

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESМесто, где живут истории. Откройте их для себя