16. Malam Panas

58.7K 1.4K 28
                                    

WARNING LAPAK ++
DAH LAH WINNIE CAPEK NGINGETIN, UDAH ADA LABEL DEWASA JUGA KAN YAA:~)))

Hadiah dari Winnie karena cerita ini udah jebol 1000 vote✨

Selamat membaca💋

---

"Ahhh..Levin."

"Mom.."

Levin menatap Anya yang berada di atas tubuhnya. Mereka sedang bertelanjang bulat malam ini. Anya yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Levin dua puluh menit lalu saat Levin baru saja selesai mengerjakan Pr PPKN miliknya.

Anya mengajak anak itu bercinta. Ah tunggu sepertinya konotasi bercinta itu aneh karena tidak ada cinta di sini. Benar bukan?

Dengan posisi Anya yang berada di atas Levin memompa anak itu. Posisi yang sangat menggairahkan di mata Levin.

"Sayang, remas dada ku." Pinta Anya.

Levin melakukannya ia meletakkan kedua tangannya pada dua gundukan payudara Anya. Memutar bagian puting wanita itu.

Padahal Levin bisa saja berada di atas namun Anya mengatakan ia ingin merajai posisi mereka malam ini. Ia tidak bertanya lebih lanjut bahkan saat Anya memasukan miliknya kedalam milik wanita itu tanpa pengaman.

Sepertinya Anya meminum pil itu lagi. Levin berharap tidak.

"Sayang fokus lah kepada ku." Desah Anya tersengal. Kedua tangan Anya berada di pipi Levin.

Membuat Levin memandang fokus wajah Anya yang tersenggal-senggal.

"Aku fokus mom..ahh!"

Tangan Anya menangkup wajah Levin meraup bibir anak itu keras-keras. Susana hatinya sangat buruk sejak sejak sore tadi. Bukan, bukan karena tidak senang bertemu dengan Gabriel keponakan kesayangannya.

Melainkan adalah tatapan mata memuja milik Gabriel kepada Levin. Belum lagi wajah Levin yang tidak berhenti tersenyum mengobrol bersama Gabriel. Apakah selama ini Levin sebegitu ramah nya dengan seluruh perempuan.

Anya tidak suka, Levin miliknya bukan? Anak itu melayaninya. Dan Anya tidak suka berbagi.

"Levin, bantu aku." Bisik Anya di telinga Levin.

Levin langsung memegang dua gudukan bokong sintal milik Anya. Ia membantu Anya yang mulai tidak kuat. Hentakan keras dari nya menopang bokong Anya.

Ruangan kamar Levin yang serba putih sepeti warna favoritnya itu semakin dipenuhi desahan mereka. Levin sempat khawatir bila mana ada beberapa maid lain mendengar mereka. Namun Anya mengatakan jika ruangan kamar nya kedap suara.

Entah kenapa Levin merasa bersyukur dan lebih leluasa.

"Akhhh.." Desah Anya, ia keluar duluan.

Tapi itu tidak membuat Levin berhenti memompa milik Anya.

"Levin kau masih belum?" Tanya Anya.

"Hm, apakah mom keberatan?"

Anya menggeleng, "Lakukan sesuka mu sayang."

Raut wajah Levin masih datar, ia membalik posisi mereka. Levin berada di atas Anya. Melihat wajah sayu wanita itu masih naik turun akibat ulahnya yang menusuk lebih dalam.

Mereka bertatapan dalam diam, Anya mengelus rahang Levin.

"Kau menyukainya?"

Levin menangkap tangan Anya, "Bukan kah ini tugas ku?"

Anya terkekeh, hatinya berdesir nyeri mendengarnya. Benar, ini tugas Levin memuaskan nya bukan? Anak itu pasti jijik pada dirinya.

Tunggu kenapa Anya jadi memikirkan hal itu sekarang? Hey, ia adalah seorang iblis Anyaline, para pegawai kantor, pengawal serta para pelayan rumah ini menyebutnya wanita tanpa air mata.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESWhere stories live. Discover now