14. Perasaan Nyaman?

29.1K 1.1K 57
                                    

Sebelumnya maap keun kalo nggak tepatin buat up kemaren lusa:"") tugas berjibun guyss, rencana mau up Minggu depan aja tp Winnie terlanjur seneng liat part kemarin tembus 50 vote✨ lope u deh buat kalian semua❣️

Selamat membaca jomblomersss💋

---

Anya mengamati cat kukunya yang sudah berganti warna. Warna merah gelap menantang. Entah kenapa ia memilih warna ini? Apa karena suasana hatinya sedang panas-panas nya bersama dengan Levin?

Sebelum mendarat di cafe, rengekan Naomi ingin pergi ke salon.

Tapi itu tidak penting, yang jadi fokus permasalahan Anya adalah siswa berseragam batik hijau khas sekolah anak itu kini sudah berdiri di depannya.

"Kamu berantem?" Anya menatap datar Levin.

"Cuman masalah biasa, mereka mau pakek lapangan waktu aku sama yang lain lagi kena hukuman bersihin lapangan." Gugup Levin tidak percaya diri menatap Anya.

Seakan dirinya bisa menebak apa yang dikatakan oleh mommy nya. Ia sangat kekanakan.

"Kekanakan." Dengus Anya kesal.

"Maaf."

"Kamu nggak perlu minta maaf kalo nggak salah, mereka yang kekanakan." Anya berdecak kesal.

Tangan Anya mengusap dagu Levin, ia menghela nafas melihat sudut bibir anak itu terdapat noda darah bengkak.

"Masih sakit?"

Levin menggeleng, "Aku cuman kena satu kali pukul mom."

Ucapan Levin tidak menenangkan Anya sama sekali, "Tetep aja sakit, mau ke rumah sakit?"

"Nggak perlu, aku udah kompres es batu sama ke UKS waktu istirahat."

Anya mengganggukan kepalanya pasrah, "Siapa yang mukul kamu?"

Bukannya menjawab Levin malah menggenggam balik telapak tangan Anya yang berada di dagunya.

"Nggak usah pikirin, beasiswa aku bisa kena cabut kalo mom ikutan macem-macem." Santai Levin.

Mata Anya melotot berang, siapa yang berani main-main dengannya? Sebelum Levin di tendang mungkin Anya sudah menendang anak-anak itu duluan.

Levin mengusap-usap punggung tangan Anya dengan jempol nya. Rasanya menyenangkan diperhatikan seperti ini. Hati nya menghangat, Anya tidak lah sedingin itu. Wanita ini sangat hangat. Membuat Levin ingin menggenggam tangannya terus.

Suasana hati nya sangat buruk seharian ini akibat pertengkaran konyol pagi tadi, belum lagi peringatan dari sekolahnya yang mengatakan akan mencabut beasiswa nya jika ia membuat masalah dengan anak-anak manja itu. Tapi yang paling menyebalkan adalah berita mengenai Anya akan rujuk dengan mantan suaminya seharian ini menguar di telinganya.

Semua masalah hari ini membuat dirinya hampir menangis. Jujur saja meskipun Levin sangat dewasa dan mandiri. Anak itu sering menyendiri untuk menangis sesekali.

"Levin." Panggil Anya menyadarkan Levin dari lamunannya.

"Hm?"

"Thanks."

Levin mendongak menatap senyuman manis mommynya, "Buat?"

Anya mengalungkan kedua tangannya di leher Levin. Levin spontan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Anya menyudutkan wanita itu di dinding.

Lorong cafe belakang ini sangat sepi, karena mereka berada di dekat gudang belakang. Tepat di bawah tangga menuju lantai dua, yang mana di lantai dua dijadikan Nathan sebagai tempat latihan sekaligus kamar santai anak itu.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang