32. Kebenaran

12.8K 994 69
                                    

Selamat membaca jomblomerss....

---

David terdiam menatap perusahaan besar di depannya. Perusahaan yang di gandang-gandang sebagai perusahaan inti mall A-little milik Nyonya Clarissa Anyaline dari keluarga Raharja.

Marga Raharja adalah marga yang sudah tidak asing di telinga nya. Karena David mengenal salah seorang Raharja saat ia duduk di bangku kuliah. Dan percaya atau tidak dirinya enggan berurusan dengan keluarga kolot itu.

Namun kini lain ceritanya, ini menyangkut cucu nya Levin. Ia terbang ke Indonesia mencari keberadaan Levin. Yah, dirinya sudah tau perempuan yang dibawa Levin ke pemakaman putra sulung dan menantunya.

"Tapi bukan kah wanita itu sudah menikah dengan seorang anggota dewan katamu?" Kernyit David pada sekertaris di sampingnya.

Sekertaris David yaitu Malik menatap ponsel nya menatap berita, "Menurut kabar mereka bercerai sekitar enam bulan yang lalu tuan."

"Astaga, bagaimana Levin bisa berurusan dengan keluarga ini." Geleng David menolak untuk percaya.

Mereka melangkah masuk ke dalam perusahaan milik Anya. Sedikit kesal karena resepsionis di depannya terlalu banyak bicara untuk ijin bertemu dengan CEO ini di saat dirinya sudah mengeluarkan kartu namanya.

Jika ini bukan Melbourne maka sudah habis anak ingusan ini. Malik menatap ngeri bosnya. Sampai hampir setengah jam berlalu akhirnya David mengerang kesal.

"Katakan jika aku keluarga Levin!" Berang David.

Si resepsionis langsung mengganggukan kepalanya. Nama Levin sudah tidak asing di tempat ini. Ada yang mengatakan jika Levin adik sekertaris Anya yaitu Wina. Tapi ada yang mengatakan jika CEO mereka memberikan bantuan pada anak Panti Asuhan itu. Sampai rumor Anya memiliki sugar baby.

Tenang saja karena rumor itu tidak sampai ke luar perusahaan karena Anya bisa murka. Hampir saja mereka lupa kapan terakhir kali iblis Anyaline tanpa air mata itu keluar. Orang-orang perusahaan lebih memilih tutup mulut untuk kedamaian suasana kantor.

Pada akhirnya David dipersilahkan menuju ruangan Anya. David memandang dingin saat lift berada di lantai paling atas.

Sampai di sana dirinya di sambut oleh sekertaris Anya. David meminta Malik sekertaris nya menunggu di luar. Ia masuk dengan wajah aristokrat nya.

Di sana Anya duduk di kursi kebesarannya menatap siapa yang datang dengan raut wajah dingin.

Mereka saling membungkukkan badan sekedar sapaan basa-basi.

"Kau pasti mengingat ku bukan?" Tanya David meneliti ruangan kerja Anya.

Anya mengganggukan kepala, "Yeah, tuan David Evans Stefandy, salah satu pemasok furnitur dan pemilik agen real estate Saint West di Melbourne. Ada kunjungan apakah anda kemari? Saya tidak mengingat jika kita pernah menjadi kolega bisnis."

David tertawa kecil seketika mendengar ucapan halus yang menusuk tersebut.

"Bukan bisnis yang ku bicarakan nyonya, kau harusnya tau bukan setelah aku mengatakan nama Levin, baru kalian memberikanku ijin masuk."

Anya menarik sudut bibirnya tipis, dalam benaknya sudah menduga akan ini. Sejak melihat nama orang tua Levin di pemakaman, Anya merasa nama itu tidak lah umum.

Baru sekembalinya di Indonesia ia menyuruh Sekertaris nya Wina mencari data-data lengkap orang tua Levin, Wina memberikan informasi terkait data orang tua Levin. Dan dirinya hampir memaki saat tau siapa mereka. Maka dari itu Anya merasa tinggal hitungan jari saja menunggu kedatangan pria paruh baya ini.

The Keyboardist And Sugar Mommy | NAVIGASI SERIESWhere stories live. Discover now