CHAPTER 6 : MANTAN YANG KEMBALI

56 9 0
                                    


~AOZORA~

Aku merokok lagi. Setelah beberapa hari berhenti merokok karena Virgo membenci bau rokok yang menguar dari tubuhku, aku jadi sedikit menjauhi rokok. Aku membuka jendela kamarku lebar-lebar untuk menikmati angin malam. Memiliki kamar kos di lantai lima—lantai paling atas memang sedikit melelahkan, tapi aku jadi punya akses tercepat ke rooftop dan pemandangan yang berbeda ketika malam.

Ini sudah pukul sebelas malam, aku sama sekali tidak mengantuk dan sudah tiga puntung rokok tergeletak di asbak berbentuk tengkorak transparan seperti gelas. Asbak itu hadiah dari salah satu cewek yang kukencani sebelum ini, dia membelikannya dari luar negeri—aku lupa negaranya. Aku bahkan lupa siapa nama cewek itu.

Aku membuka ponsel, melewatkan chat dari orang kantor yang menyebalkan dan beberapa chat dari cewek-cewek yang kukencani sebelum ini. Uh, uh, mereka minta ketemuan? Yang benar saja. Aku bahkan sudah kehilangan minat. Sebenarnya aku penasaran apa yang ada di pikiran Virgo ketika aku mengatakan aku ini playboy, secara terang-terangan. Pasti dia menyumpahiku, mengingat sifatnya yang begitu lurus dan polos. Sungguh menggemaskan.

Tiba-tiba ponselku bergetar dalam mode senyap. Nomor tak dikenal. Biasanya aku akan melempar ponsel itu ke kolong sofa untuk meredam suaranya yang menyebalkan. Tapi aku sedang bosan malam ini dan aku berjanji pada Virgo untuk tidak melompat sampai besok, jadi aku memilih mengangkat telepon itu.

"Halo? Ao?"

Suara di seberang terdengar tidak asing, tapi sepertinya otakku berusaha keras untuk tidak mengingatnya.

"Ao lo masih di sana? Kok diem aja?"

"Ya, I'm here..."

"OMG, finally telepon gue direspon juga!" jeritnya, membuatku menjauhkan ponsel dari telinga. "Wait, jangan bilang lo nggak inget siapa gue?"

Yeah, aku tidak pernah melupakan suara ini.

"Sorry, ponselku rusak jadi semua nomor hilang," ujarku asal, mulai menyesali keputusan mengangkat telepon ini. "Who's this?"

"Saskia! Remember?"

Aku tertegun. Meski berharap pemilik suara ini adalah orang lain, tapi rupanya skenario terburuk sedang berlangsung sekarang. Pemilik suara ini adalah sosok yang pernah singgah begitu lama di kehidupanku, sebelum digantikan cewek-cewek centil yang kukencani seminggu sekali itu.

Uh, uh, tiba-tiba aku merasa sesak napas. Cepat-cepat aku menyalakan kipas angin butut di kamarku untuk membuat aliran udara yang lebih baik.

"Ao, are you still there?"

"Yeah ...." Suaraku serak, seperti orang baru bangun tidur.

"I'm back. Gue di Jakarta sekarang. Gue udah berusaha ngehubungin lo dari beberapa hari yang lalu tapi lo nggak bales chat atau telepon gue. Gue sempet khawatir lo ganti nomor. How's life? Are you okay?"

Aku masih terdiam. Sulit sekali bernapas seakan-akan oksigen di ruangan ini lenyap seketika. Malam yang masih sedikit ramai di Senayan, tiba-tiba terasa sepi. Suara-suara di sekelilingku terasa menjauh dan kesunyian yang aneh menyergap—membuatku mual.

"Hei, Ao? Are you okay?"

"Yeah ..." ujarku, berhasil mengerahkan kekuatan terakhir untuk berbicara.

Hening menyergap kemudian. Lututku melemas dan aku sudah jatuh terduduk di bawah kusen jendela dengan pandangan kosong menatap pintu kamar.

"Ao, ayo meet up! Gue jemput di mana besok? Lunch, okay?"

Rooftop Secret [TAMAT]Where stories live. Discover now