CHAPTER 25 : SIAPA YANG TERPENTING

23 7 0
                                    


~VIRGO~

Aozora menghilang. Atau setidaknya itu yang sempat melintas di pikiranku ketika aku tak mendapat balasan chat maupun sosoknya yang tidak kutemui di rooftop tadi siang. Maksudku, tidak apa-apa sih dia pergi tanpa memberi tahuku, toh kami tidak terikat perjanjian apapun. Masalahnya, pikiranku tidak berhenti memikirkan skenario terburuk yaitu Ao mencoba bunuh diri lagi. Dia memang sudah berjanji, tapi dia bisa saja mengakhiri hidupnya tanpa persetujuanku, kan?

"Virgo, kalau kerja jangan banyakan ngelamun!"

Kepalaku baru saja dihantam dengan credit file oleh Bram. Lelaki sialan itu menyodorkan dua credit file padaku dengan wajah malasnya. "Ditunggu Ediana sore ini untuk update. Kita harus masukkin proposal dua debitur ini Senin depan. Berarti dua hari ke depan lo harus lembur, kecuali lo bisa selesaiin dalam satu kedipan mata," jelas Bram cepat.

"Sebentar, sebentar, kok gue yang lembur? Lo ngapain?" sahutku, mulai curiga.

Bram mengangkat bahunya. "Gue ada acara keluarga."

"Ya terus? Terus gue yang ngerjain sendirian? Jangan gila dong!"

Bram berdecak kesal. "Jangan manja deh, kayak nggak pernah lembur aja lo. Itu kan ada Tiffany sama Langga, suruh aja mereka kerjain juga."

"Terus gue diem aja gitu ngebiarin lo kabur dari kerjaan?" Aku menyipitkan mata. "Ups lupa, selama ini emang gitu ya cara kerja seorang Bramantyo Perdana?"

"Lo bisa nggak sih nyekolahin mulut lo! Dasar cewek ganjen!"

"Heh! Lo bisa nggak nyekolahin lidah lo, biar nggak kerjaannya ngejilat atasan mulu!"

"Hei, hei!" Tiba-tiba Alesha hadir di antara kami berdua dengan perut buncitnya. Dia menyilangkan tangan di depan dada dengan pandangan menuntut kepada kami berdua. "Please deh, ini udah pada gedhe masih juga berantem kayak anak kecil rebutan mainan!"

Aku yang sudah dalam mode baku hantam dengan Bram akhirnya memilih pergi setelah membanting credit file di meja. Alesha masih meneriakkan namaku, tapi aku memilih mendinginkan kepala ke luar. Sialan si Bram, kenapa sih makhluk kayak dia harus hidup di sekitarku! Menyusahkan saja.

Tanpa kusadari kakiku melangkah ke rooftop yang terik siang itu. Meski tanganku sibuk mengetikkan curhatan ke Indra, tapi pikiranku tidak bisa bohong. Aku mengkhawatirkan Ao. Pesan ke lelaki itu masih centang satu, ditelepon juga nggak aktif. Oh astaga Virgo, seharusnya kau memikirkan masalahmu sendiri, daripada memikirkan kondisi orang lain yang bahkan belum lama kau kenal.

"Ya Tuhan, kenapa rumit banget sih!"

**

Indra terlihat lelah sekali hari ini. Sebenarnya aku mengajaknya bertemu untuk makan malam karena aku ingin mengutarakan seluruh hatiku, sesuai permintaan Ao tempo hari. Namun, melihat kondisi Indra, rasa-rasanya aku ingin menunda mengatakan hal ini.

"Tumben kamu diem aja hari ini, babe?" tanya Indra ketika makanan kami hampir habis dan aku hanya menanggapi seadanya curhatan dia. Umm, sebenarnya siapa yang harusnya curhat sih hari ini?

Aku akhirnya memilih tersenyum saja. "Salah ya kalau aku nggak ngeluh satu hari aja?"

Indra tergelak. "Nggak kok, aku takut kamu kenapa-napa aja sih, tiba-tiba jadi pendiem."

"Kalau aku memang kenapa-napa gimana, Ndra?"

Tiba-tiba wajah Indra berubah pucat setelah sebelumnya jelas-jelas terkejut. Dia meraih tanganku dan menggenggamnya. "Kenapa? Kamu sakit?"

Rooftop Secret [TAMAT]Where stories live. Discover now