CHAPTER 27 : SESUATU YANG TIDAK DICERITAKAN

24 6 0
                                    


~VIRGO~

"Kamu kesambet apa sih tiba-tiba super protektif gini?"

Mendengarnya, Indra hanya mengernyit padaku. "Jadi selama ini kamu menganggapku nggak protektif sama kamu ya? Memangnya nggak boleh aku mengantar tunanganku sendiri?"

"Yah penasaran aja, soalnya waktu makan malam bareng aja bisa tiba-tiba batal karena acara kantormu. Kenapa sekarang tiba-tiba nggak ikut karaokean bareng?"

Indra semakin menunjukkan wajah kesalnya. "Kamu kan tahu aku nggak suka karaoke. Lagian, kalau ke sini emang harus kukawal." Tiba-tiba Indra mencondongkan tubuhnya ke arahku. "Aku memang nggak masalah kamu makan siang sama Aozora, tapi hati-hati ya sayang, semua laki-laki itu buaya. Emang kadang ada buaya yang pinter nyamar jadi domba menggemaskan!"

Aku tergelak mendengarnya. "Serigala kali, kenapa jadi buaya!"

"Pokoknya nggak usah dekat-dekat yang nggak perlu sama laki-laki itu!"

Aku hanya mengedikkan bahu sambil diam-diam tersenyum. Lorong rumah sakit sore itu sedikit ramai karena di luar hujan kembali turun dengan derasnya sejak pukul empat sore tadi. Hujan pula yang membuatku sampai ke rumah sakit lebih lama dari perkiraan dan mepet dengan berakhirnya jam berkunjung. Untungnya masih ada waktu setengah jam untuk membesuk Ao.

Ketika kami sampai di kamar 1124, bukannya melihat Ao yang kemungkinan besar sedang bengong, tetapi malah perawat yang sedang mengganti sprei. Indra sama bingungnya denganku, lebih dulu menghampiri perawat yang sedang membereskan ruangan itu.

"Sus, pasien yang di kamar ini ke mana? Lagi diperiksa dokter ya?"

Perawat itu menatap kami bergantian dengan alis terangkat. "Pasien di kamar ini sedang pengecekan di ruang MRI. Tapi sepertinya tadi sudah ada keluarga yang mendampingi."

"Siapa nama pasiennya, sus?" Indra bertanya lebih dulu sebelum aku sempat menyimpulkan yang tidak-tidak. Aku memang sempat berpikir ada yang salah di kepala Aozora.

"Bapak Norman. Anda berdua keluarganya?"

"Norman? Bukannya Aozora?" celetukku tanpa bisa kutahan.

Perawat itu kebingungan sejenak, lalu wajahnya yang semula berkerut menjadi sedikit cerah. "Oh, maksud Ibu, pasien yang sebelumnya, ya? Yang mas-mas itu sudah keluar sejak tadi pagi, Bu. Dibawa keluarganya."

"Hah! Kok dia mau!" seruku tanpa bisa kucegah. Perawat itu tampak terkejut dan tiba-tiba merasa ketakutan karena reaksiku. "Eh, maksud saya, apa keluarganya itu ... ummm ... orang terkenal gitu, sus? Atau orang penting gitu?"

Indra menoleh ke arahku kebingungan, begitu juga dengan sang perawat. "Yang datang sepertinya bukan orang tuanya. Lebih seperti asisten atau mungkin pengawal pribadi. Tapi memang kemarin sore ada bapak-bapak yang familiar gitu datang membesuk."

"Ta—"

"Oh gitu, oke deh, makasih ya informasinya. Kami permisi dulu." Indra buru-buru menarikku pergi, sebelum aku memprotes lebih lanjut. Dia bahkan tidak berbicara barang sedikit pun sampai kami tiba di parkiran mobil. Tanpa membantah, aku mengikutinya masuk ke dalam mobil dan perlahan kami kembali menembus hujan.

"Jadi, siapa sebenarnya Aozora ini, Babe? First thing first, ceritakan semuanya biar aku bisa membantumu," tukas Indra cepat, seperti tidak ingin aku menyela atau memprotesnya.

"Kalau begitu kita sambil mengarah ke Patal Senayan ya, indekos Ao."

Indra memandangku dengan kening berkerut, tapi dia menurut dan mengarahkan mobilnya ke tempat yang kuminta. Aku tahu dia akan marah karena aku tidak lengkap menceritakan semuanya tentang Aozora. Waktu itu aku memang berniat mengetes tingkat kecemburuan Indra yang ternyata nol besar. Kali ini, mungkin sebaiknya aku mencari seseorang lagi untuk membantu Ao bangkit dari keterpurukannya.

Rooftop Secret [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang