CHAPTER 8 : LUKA YANG DITABURI GARAM

47 12 0
                                    


~AOZORA~

Seharusnya aku makan malam dengan Virgo, tapi aku membatalkannya. Hanya demi Saskia, sang mantan yang aku ragu masih menaruh rasa yang sama atau nggak. Sebenarnya aku penasaran kenapa tiba-tiba dia kembali setelah menghilang begitu saja—melupakan janjinya padaku. Mungkin ada rasa ingin balas dendam padanya. Sedikit saja.

Saskia malam itu tak jauh berbeda dengan Saskia yang kutemui siang tadi. Dia masih cantik dan ceria—bahkan sedikit menggoda. Sial, seharusnya aku tidak membatalkan acaraku dengan Virgo. Atau aku kabur saja ya sekarang?

"Lo masih nggak suka sushi?" Saskia mengucapkannya setelah melahap satu potong sashimi salmon, serta merta menghentikan gerakan jariku membuka aplikasi taksi online di ponsel untuk rencana kabur yang dramatis.

"Gue bisa makan kok, cuma better cari yang matang aja."

"Yah, maaf ya. Gue kira lo udah bisa makan, soalnya lo nggak nolak gue ajak ke sini."

Aku mengedarkan pandangan sekilas pada restoran sushi di Senopati yang cukup ramai malam itu. Meski aku sangat tidak ingin makan saat ini. Rasa lapar tak pernah lagi hinggap di perutku sejak aku memutuskan lompat tempo hari—yang berakhir digagalkan Virgo.

"Nggak apa-apa, gue kan makan juga ini," ujarku menunjuk ramen yang belum kusentuh.

"Tell me, Ao, how's life?"

Seriously, dia nanya kehidupan banget? Ini cewek amnesia apa gimana? Batinku meronta marah ingin mengeluarkan caci maki, tapi mulutku dengan baiknya berkompromi malam ini.

"Lo kelihatan makin ganteng aja. Udah kawin belum? Apa gantungin status pacar lo?"

Aku menatap perempuan di depanku ini dengan takjub. Gila, orang ini cari masalah! Ngomongnya sambil ngeliatin sushi lagi, bukan aku.

Mungkin karena nggak mendapatkan jawaban dariku, Saskia mengalihkan pandangannya dari sushinya kepadaku, "Ao, kok diem aja?"

"Uh ...." Aku gelagapan sendiri. "I don't know how to answer that."

Saskia tergelak, "Gemes banget! Jangan bilang lo masih nggak bisa move on dari gue?"

"Yeah, maybe ...."

Uh, uh, Ao kau baru saja membunuh dirimu sendiri. Dari mana sih keberanian bilang kayak gitu. Jelas-jelas jawaban itu adalah hal yang paling anti disebutkan kalau ketemu sama mantan. Ao, kau mengaku dirimu playboy, tapi begini saja kau payah.

"Um, maksud gue, gue belum punya pacar," koreksiku, yang sepertinya tidak memperbaiki keadaan sama sekali. Saskia masih memandangku dalam diam, tatapannya menyiratkan perasaan bersalah—mungkin karena dulu meninggalkanku. Telat banget sadarnya.

"I do really sorry. Waktu itu ninggalin lo gitu aja ...."

Okay, here comes your answer, Ao. Setelah bertahun-tahun, apakah akhirnya aku tahu alasan Saskia meninggalkanku? Rasanya ingin menyiram cewek ini dengan air di muka umum.

"Gue udah lama pengen dapetin beasiswa itu ... Jadi gue akan berangkat apa pun alasan dan rintangannya."

"Meskipun gue udah bilang nggak keberatan untuk LDR? Lo tetep mutusin gue, Sa, lo nggak mendengarkan gue," ujarku, tanpa bisa kucegah. Kini aku terdengar seperti cewek manja yang merengek pada orang tuanya untuk dibelikan mobil dua pintu terbaru untuk bergaya.

"Ao, lo tahu gue nggak bisa LDR. Gue takut, gue krisis kepercayaan diri." Saskia meletakkan sumpitnya dan sepenuhnya memberikan perhatian padaku. "Gue tahu, gue harus bilang ini cepat atau lambat. Gue takut, gue nggak bisa menjaga lo."

Rooftop Secret [TAMAT]Where stories live. Discover now