CHAPTER 28 : WAKTU BERSAMA AYAH

22 6 0
                                    


~AOZORA~

Sebenarnya jauh di dalam hati aku membenci Ariyo Bustami karena kebaikan hatinya. Bagaimana tidak, kalau dia tidak repot-repot mengangkatku sebagai anak dan merawatku sejak kecil, mungkin aku akan tumbuh di panti asuhan atau beruntungnya aku mati sejak bayi. Maksudku, itu jauh lebih baik ketimbang diam-diam mengalami penindasan. Coba Jeremy lebih keras memukulku, mungkin aku lebih cepat mati dan tidak perlu tersiksa untuk hidup lebih lama.

"Sudah dua hari dan yang kau lakukan hanya melamun."

Aku sudah tahu dia akan mengomeliku, jadi tak perlu repot-repot menjawab. Lagipula langit sore ini cukup menyenangkan untuk dipandangi. Abu-abu dan membuat sesak. Persis seperti isi kepala dan dadaku yang akhir-akhir ini terasa lebih penuh.

"Ao, aku sengaja membawamu ke sini agar terhindar dari Jeremy. Lalu kau sama sekali tidak bersikap seperti anak baik."

Aku mendengkus. "Sudah tahu kelakuan Jeremy dan kau masih bersikap baik padaku? Sengaja ya, membuatku sekarat seperti ini?" ledekku.

Ariyo Bustami menghela napas panjang. Dia benar-benar terlihat sudah berumur. "Makanya, duduk di hadapanku dan kita bicara tanpa kau bersikap manja."

Aku bergeming dan dia kembali mendesah tidak sabar. "Ao, aku meninggalkan pekerjaanku di Jakarta dan pergi ke Bogor demi memberi kita waktu yang cukup untuk bicara. Tanpa Jeremy, tanpa Yana, tanpa siapa pun yang akan mengganggu. Seluruh pengawal berjaga di luar. Tidak ada yang menguping. Apalagi yang kau perlukan?"

Akhirnya dengan malas-malasan aku beranjak dari kursi malas di dekat jendela dan duduk di sofa bersamanya. Meski rasa-rasanya setiap sakit dan nyeri yang kurasakan di tubuhku karena perbuatan Jeremy membuatku makin tidak tahan melihat wajah Ariyo terlalu lama. Menyebalkan!

"Dengar, Jeremy kemarin marah-marah karena aku memberimu dua perusahaan terbaik milikku. Benar saja, ada laporan kalau kau dipukuli Jeremy dan masuk rumah sakit. Sebenarnya ...." Ariyo memberi jeda pada kalimatnya, membuatku gelisah. " ... Aku tahu semua apa yang Jeremy lakukan padamu selama ini. Maksudku, aku tidak tahu dulu waktu kau kecil kau ditindas Jeremy. Aku baru tahu ketika kau pergi dari rumah dan mulai menjauhi kami."

"Terlambat, untungnya aku nggak keburu mati," tukasku sinis.

Tak kuduga, Ariyo malah menatapku dengan raut wajah yang menyiratkan kekecewaan dan kesedihan secara bersamaan. Apa maksudnya itu?

"Maafkan Ayah, Aozora ...."

Ucapan itu terlalu lirih, tapi cukup membuatku bergidik karenanya. Dia nggak kesambet sesuatu kan? Maksudku, ini kan memang rumah keluarga yang sudah lama tidak ditinggali.

"Kau tidak mengenal Sora, ibumu, tapi dia bukanlah cinta sesaat. Aku hanya diberikan waktu untuk mencintainya begitu singkat. Meski begitu, dia memberikanku tanggung jawab yang luar biasa, yaitu merawatmu. Jangan melihatku begitu, aku ingin kau tahu seperti apa sosok ibumu. Tolong, sekali ini dengarkan saja dulu," ujar Ariyo, ekspresinya melunak.

Kini aku bisa melihat kalau dia bukan orang yang gila kerja dan gila kekuasaan seperti biasanya. Dia terlihat seperti orang yang sama sekali berbeda dengan yang sering tampil di televisi maupun halaman surat kabar ibu kota. Dia memang Ariyo Bustami yang sama, tapi sedang berganti peran. Bagiku, dia tampak seperti lelaki tua yang ingin beristirahat sejenak karena dunia yang membuatnya begitu kelelahan. Dia tampak seperti sosok ayah.

Uh, uh, kau berpikir apa sih, Aozora! Jangan bodoh! Dia yang membuatmu begini!

"Aku bertemu Sora ketika mengikuti agenda partaiku yang tengah bertemu sponsor di Osaka. Waktu itu aku masih menjabat sebagai sekretaris partai yang jelas saja tidak punya waktu lebih untuk sekedar jalan-jalan ketika kunjungan bisnis itu. Karena mengurus satu dan lain hal aku pulang dua hari lebih lambat dari rombongan. Di hari kepulanganku, aku bertemu dengan salah satu sekretaris dari para pebisnis besar itu. Namanya Osaki Sora."

Rooftop Secret [TAMAT]Where stories live. Discover now