CHAPTER 39 : MEMULAI SEMUANYA KEMBALI

24 6 0
                                    


~VIRGO~

Indra demam sudah dua hari sejak dia terjun ke sungai untuk menyelamatkan Ao. Tangan Indra terbentur bebatuan dan berdarah, aku sempat mengira dia terkena tetanus karena luka itu. Namun kata dokter Indra demam biasa dan lukanya sudah dirawat. Aku menungguinya di rumah. Meski ada Mami yang menjaganya, aku tetap ingin berada di sampingnya. Sesekali aku ke rumah sakit, menjenguk Ao yang tak kunjung sadar.

Di hari ketiga Indra sudah membaik dan dia ingin aku pulang untuk beristirahat. Aku memutuskan untuk mampir ke rumah sakit ketika menyadari sekarang masuk jam besuk. Saskia mengambil cuti lima hari untuk menjaga Ao di masa kritisnya. Sepertinya gadis itu masih merasa bersalah pada Ao dan ingin meminta maaf apa pun caranya. Meski Ariyo Bustami dan beberapa bodyguard-nya yang berteman dengan Ao sering berkunjung, tapi Saskia-lah yang menungguinya siang dan malam.

Aozora jatuh ke sungai karena terpeleset di batu yang licin. Kukira dia benar-benar berniat melompat, tapi mungkin dia memang berniat begitu meski dia terpeleset lebih dulu. Kepalanya membentuk dasar sungai yang tidak terlalu dalam, membuatnya pingsan dan terseret arus. Kata dokter, benturan di kepala membuatnya tidak sadarkan diri dan sempat kritis ketika sampai di rumah sakit terdekat. Perjalanan dari Cisarua ke rumah sakit terdekat cukup sulit dan jauh, sehingga kondisi Ao semakin memburuk dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya. Indra saja yang terluka di tangan sudah pucat sekali ketika sampai di rumah sakit.

"Saskia? Kok di luar?"

Aku kebingungan ketika mendapati Saskia yang tengah berdiri di depan pintu kamar Ao sambil menggigiti kukunya. Melihatku, dia menghambur begitu saja sambil terisak.

"Vir, Ao tiba-tiba bangun tapi kata dokter, d-dia ... malah nggak stabil ... te-terus ...."

Aku melepaskan tangan Saskia dan berlari masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi petugas medis yang tengah memasang alat pacu jantung. Seorang perawat mendatangiku dan memintaku untuk keluar ruangan. Namun yang kulakukan hanya memanggil nama Aozora berkali-kali sambil berlinang air mata.

Tidak, dia tidak boleh mati. Tidak, sebelum aku menikah. Tidak, sebelum dia juga bahagia.

"Ao! Kamu sudah berjanji nggak mati sebelum aku bahagia!"

**

"Virgo! Sumpah ya lo resign juga akhirnya! Kenapa nggak nungguin gue balik kantor sih!"

Alesha langsung menghambur ke arahku begitu dia sampai ke kafe. Beberapa orang bahkan memperhatikan kelakuan Alesha yang heboh dan berisik. Alesha terlihat lelah sekali dengan kantung mata yang makin menghitam dan wajah kuyunya. Meski dia cukup pandai menutupinya dengan make up, tapi aku bisa melihat perjuangan seorang Ibu di sana. Alesha baru melahirkan tiga minggu yang lalu dan aku bahkan belum sempat menjenguknya.

"Nungguin lo masuk, gue bisa mati muda!" Aku menyodorkan buku menu padanya setelah memesan makanan untukku sendiri. Aku hanya memesan minuman sambil menunggu Alesha datang tadi.

"Gue baru denger cerita yang Bram itu. Asli dia brengsek bener!"

"Told you. Ada setan paling jahanam ahli pelet di ruangan kita, gimana nggak nyawa gue terancam? Sawan gue ditemplokin dia mulu!" ujarku sambil terkekeh membayangkan kenekatan memukul Bram tempo hari. Aku benar-benar tidak menyesalinya.

"Setan jahanam ahli pelet apaan!"

"Ih lo nggak tahu kalau Bram mau nikah? Gimana coba ada cewek yang mau sama dia kalau nggak karena dipelet atau kepepet?"

Alesha terbahak sampai mengeluarkan air mata. "Sama siapa dia nikah? Asli, mau banget tuh orang hidup tersiksa."

"Itu ada team leader dari Retail Product Group. Atasannya Aozora juga ternyata. Asli lah dah kayak pernikahan bisnis mereka tuh. Eh!" Aku tiba-tiba teringat tujuan bertemu Alesha hari ini. Kuambil sebuah kotak kecil dari samping kursi dan menyerahkannya kepda Alesha. "By the way, nggak cuma Bram yang mau kawin. Gue juga. Lo datang dong! Deket kok di Jakarta aja."

Rooftop Secret [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang