CHAPTER 42 : SATU DARI TIGA RATUS ENAM PULUH LIMA HARI

144 6 0
                                    


~AOZORA~

Aku mematut diri di depan cermin sudah hampir satu jam. Lebih tepatnya bengong karena masih bisa bernapas dan memijak bumi ini dengan seluruh tubuh yang utuh. Aku memandang ke luar jendela rumah. Rendra dan Rissa berhasil membujuk ibuku untuk memilihkan kamar di lantai satu, menghindari hobi lamaku kambuh—mencoba lompat maksudku. Oh ya, aku sekarang memanggilnya 'ibu'. Mungkin karena aneh kalau aku memanggilnya Sora.

"Ya ampun! Masih di sini dong dia!"

Jeritan tertahan terdengar dari pintu yang terbuka. Rissa masuk dengan langkah cepat diikuti Rendra di belakangnya. Rissa dan Rendra memang punya akses khusus ke kamarku, untuk menghindari hal-hal aneh—seperti menemukanku dalam kondisi bersimbah darah di bathtub atau semacamnya.

"Bro, lo nggak lupa kan acaranya jam berapa?" tukas Rendra.

Aku mendengkus. "Iya ini udah mau jalan! Kalian ribut amat deh, lebay!" sungutku, berjalan ke arah pintu, melewati Rissa dan Rendra.

"Wangi banget ya ampun! Siap untuk patah hati?" goda Rissa yang mengekoriku.

Sialan.

"Patah hatinya sih udah lama. Dari awal, cewek itu nggak pernah berpaling ke Ao soalnya!" ledek Rendra, yang segera mendapat bogem di lengannya dariku.

"Sialan lo! Harusnya kalian tuh ada nemenin gue buat ngehibur gue, bukan ngeledekin kayak gini!" sungutku, disambut tawa mereka berdua.

Hari ini Virgo menikah. Dengan Indra tentunya, siapa lagi. Setelah acara bridal shower ala-ala yang cukup menguras emosi di rooftop waktu itu, aku memang sudah siap melepasnya. Virgo memang menyelamatkanku dan aku harus menyelamatkannya dengan membiarkan dia bahagia. Itu janjiku dulu ketika awal kami saling mengenal. Ah, rasanya baru kemarin aku mengenalnya.

Papan bunga yang begitu banyak menyambut kami ketiga mobil Rendra masuk ke area parkir gedung SMESCO di Pancoran. Aku geli sendiri membayangkan bagaimana Virgo mengomel dengan biaya pernikahan yang membengkak karena menuruti keinginan orang tuanya dan orang tua Indra untuk membuat pesta yang megah. Pipinya pasti menggemaskan kalau sedang marah. Eh tunggu dulu ....

Uh, uh, uh, hentikan Ao! Virgo bukan milikmu! Dia jadi istri orang hari ini!

"Wah, selera pengantinnya keren juga nih. Minimalis tapi kelihatan mewah banget!" komentar Rissa ketika kami masuk ke hall utama.

Aku setuju dengan Rissa. Mengingat sifat Virgo yang perfeksionis sih, Indra pasti kalah debat perkara persiapan pernikahan ini. Warna dekorasinya didominasi merah muda, putih, dan cokelat hangat, ditambah dengan emas yang kelihatan mewah.

Kami memilih duduk di salah satu kursi yang disediakan untuk akad nikah, menunggu acaranya dimulai yang seharusnya sekitar lima belas menit lagi. Cukup banyak tamu yang datang, mungkin dari kalangan keluarga. Awalnya aku mau datang waktu resepsi saja, tapi Rissa berkeras kami datang mulai dari akad. Katanya prosesi akad itu lebih sakral dari resepsi, makanya dia ingin aku datang di momen terpenting Virgo.

Baru sebentar aku melamun, seorang lelaki yang tampaknya menjadi MC maju ke panggung dan mengumumkan mundurnya acara sekitar lima belas menit. Masih ada setengah jam kurang sampai acara benar-benar dimulai. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar hall, untuk mencari udara segar. Saat itulah, aku melewati sebuah ruangan yang di pintunya tampak ramai berkumpul banyak orang.

"Ao!"

Tiba-tiba namaku dipanggil oleh seseorang dari ruangan itu. Itu Indra, melambaikan tangannya padaku. Aku hanya tersenyum dan melambaikan tanganku canggung. Ketika aku berniat pergi dari tempat itu, Indra memanggilku lagi dan menghampiriku. Indra berpakaian serba putih dengan aksen emas di kain tradisional bawahannya. Dia mengenakan adat jawa.

Rooftop Secret [TAMAT]Where stories live. Discover now