CHAPTER 15 : NONGKRONG DINI HARI

23 6 0
                                    


~VIRGO~

Aku benar-benar tidak menyangka Ao sunguh-sungguh menangis di teater. Padahal aku berniat membuatnya sedikit bersemangat dengan datang ke acara yang menyenangkan. Meski tak kupungkiri, aku memang mencari teman nonton. Harapanku untuk Ao kembali bersemangat setelah mendengar lagu terakhir ternyata harus kandas. Yang ada dia malah menangis sampai hidungnya memerah dan matanya seperti orang teler.

"Aku lapar," rengekku begitu kami keluar dari teater.

"Aku malas makan di sini," jawab Ao sekenanya. Mungkin dia masih merasa kesal harus menutup-nutupi wajahnya yang memerah karena menangis.

"Jangan ngambek gitu, sih ... maaf ya?"

Ao menatapku, masih terlihat kesal. "Bungkus aja. Makan di rumah."

Aku menurut. Sedikit merasa bersalah karena malah membuat mood Ao hancur berantakan. Semoga setelah ini dia nggak makin semangat bunuh diri.

"Aku antar ke kos ya?" tawarku, karena Ao masih diam saja seusai kami selesai membeli makanan dan berjalan ke lantai dasar. Mengingat tadi kami berangkat ke Fx Sudirman sendiri-sendiri, mungkin Ao tidak tahu aku membawa mobil.

Alih-alih menjawab pertanyaanku, dia malah menatapku bingung. "Kupikir kita makan bareng. Mau langsung pulang, ya?"

Mataku membulat. "Oh, makan bareng jadinya? Aku pikir kamu marah banget sama aku sampai-sampai nggak mau makan bareng." Pandanganku teralih pada kantong plastik yang berisi nasi goreng dan kwetiauw yang kami beli di kafetaria. "Terus mau makan dimana? Kosmu?"

"Heh!" Ao menyentil jidatku sekuat tenaga, membuatku melotot. "Kan sudah kubilang tempo hari jangan sesantai itu ngajakin laki-laki ke kamar! Duh, apa harus kuberi tahu Indra kalau calon istrinya ini suka banget keluyuran ke kamar cowok?"

Aku mencubit lengan Ao sekeras yang kubisa. "Sembarangan! Kalau ngomong tuh dijaga dong mulutnya! Ya udah sekarang mau makan dimana? Cepat, keburu pingsan kelaparan nih!"

"Taman aja."

Ao tidak mengada-ada ketika mengatakan ingin makan di taman. Setelah dia memaksa menggantikanku menyetir, dia membelokkan mobil ke arah Menteng. Padahal setahuku taman kota biasanya tutup setelah lewat pukul sepuluh malam. Aku melirik ke arlojiku dan sepuluh menit lagi sudah pukul sepuluh malam.

"Kita beneran makan di taman nih? Udah tutup tahu!" Aku mengomel ketika Ao memarkir mobilnya di gedung parkir Taman Menteng.

"Udah buruan turun, yuk. Malas sebenarnya ke sini, tempat mesum bocah-bocah." Ao menarik lenganku buru-buru begitu selesai memarkir mobil. Langsung bisa kulihat maksud dari ucapan Ao ketika melewati beberapa mobil dengan siluet orang di dalamnya. Memang sih, gedung parkir ini terkenal dengan cerita para remaja yang suka memadu kasih, tapi tak kusangka memang benar begitu adanya.

Rupanya Ao berbelok ke arah gang kecil di jalan HOS Cokroaminoto, tepatnya di sebelah hotel IBIS Budget. Sepanjang gang kecil dengan papan nama bertuliskan Jalan Sidoarjo itu masih terbilang ramai padahal sudah cukup larut malam. Banyak gerobak dan penjaja makanan dengan lampu-lampu yang berpendar terang—bahkan sedikit menyilaukan di jalan kecil itu, lengkap dengan meja dan bangku kayu panjang.

Ao mendahuluiku dan mencari meja yang kosong karena ternyata masih cukup banyak orang nongkrong di situ untuk makan malam dan mengobrol. Kami menemukan meja panjang yang hanya berisi dua orang dan Ao mendapatkan izin mereka untuk duduk di meja yang sama.

"Kamu mau pesan apa?"

Aku terkejut dengan pertanyaan Ao. "Kan kita udah punya ini," ujarku sambil mengangkat plastik makanan kami.

Rooftop Secret [TAMAT]Where stories live. Discover now