CHAPTER 26 : PEMBICARAAN DUA PRIA DEWASA

21 7 0
                                    


~AOZORA~

Aku merasa sangat biasa saja ketika membuka mata. Yang ada di pikiranku juga sama saja. Aku masih gagal mati. Kupikir tiduran di sofa dengan baju basah, bisa membuatku hipotermia, dehidrasi, atau semacamnya. Bahkan aku sampai ketiduran, tapi malah terbangun di ranjang rumah sakit, lagi. Aku bertanya-tanya apakah penjaga kos masih mau menyewakan kamarnya untukku setelah ini.

Pintu kamar rawat inapku terbuka tiba-tiba. Aku berpikir entah Ariyo atau buruknya, Jeremy yang datang, tapi malah sosok cewek yang nggak kuduga-duga akan berada di sini. Di belakangnya mengekor sosok yang juga kukenali sebagai salah satu penyebab emosiku labil akhir-akhir ini. Yah, memang selalu labil, sih.

"Loh, Virgo?"

Virgo yang baru mencapai tepian ranjangku, tanpa berpikir dua kali, menempeleng kepalaku. Dengan sangat keras, sampai aku terkejut sendiri.

"Eh, kok main kasar!" seruku tidak terima.

"Jadi orang tuh begonya jangan nggak masuk akal gini dong, Ao!" sergahnya dengan wajah yang menurutku benar-benar murka. Ini kedua kalinya, Virgo marah yang benar-benar marah. Maksudku, waktu dia keceplosan mau resign dan aku jadi super drama, dia terlihat masih seperti manusia. Kali ini, aku bahkan tak berani menatap ke dalam matanya langsung. Dia sama mengerikannya dengan Jeremy sekarang.

"Babe, jangan mukulin orang baru sadar dari pingsan dong!" Indra yang berdiri di belakang Virgo, menahan pundak tunangannya.

"Kok kalian ada di sini? Sebentar, sebentar ...." Aku berusaha bangkit, tapi kepalaku berdenyut hebat dan lenganku tak kuasa menahan beban tubuhku.

"Nggak usah bangun dulu!" tukas Virgo, masih dengan wajah bengisnya. Tiba-tiba dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan dan mulai memeriksa kondisiku, menghentikan percakapan kami. Virgo dan Indra menunggu di sudut ruangan.

Selepas dokter selesai mengecek kondisiku, Indra ikut keluar bersama mereka dan tampak berbicara serius, meninggalkanku dan Virgo yang masih dalam mode membantainya.

"Lemes? Pusing? Makanya jangan bego jadi orang!" ujar Virgo, tanpa repot-repot menyembunyikan emosinya. "Dasar pembohong! Mana janji nggak mau mati sebelum aku bahagia? Mana, Ao, mana!"

Mendadak diserang dengan pertanyaan bertubi-tubi seperti itu, aku berpikir apa yang cocok diucapkan pada Virgo sebelum cewek itu beneran mengeluarkan tanduknya. "Bentar Vir, emangnya aku pingsan berapa hari?"

"Dua tahun! Udah lahir nih anakku, nungguin kamu bangun!"

"Hah? Seriusan?"

"Dua hari, bego!" Virgo kembali memukul lenganku dengan sungguh-sungguh.

Aku mengaduh pelan. "Kok kamu jadi cewek kasar gini sih!"

"Ya gimana! Kamu pikir gimana perasaanku pas nemuin kamu hampir jadi mayat di sofa? Kegirangan terus bikin instastory 'eh guys gue nemuin cowok hampir mati loh', gitu?"

Aku terdiam. Ini bukan kali pertama aku hampir mati, lalu berakhir di rumah sakit. Bukan kali pertama juga pingsan selama dua hari, malah biasanya nggak sadarkan diri sampai tiga hari lebih. Namun, ini pertama kalinya Virgo melihatku dalam kondisi mengerikan seperti itu. Bahkan mungkin ini pertama kalinya Virgo melihat orang sekarat, yang nyawanya ada di tiap detik kebimbangannya membuat keputusan.

"I'm sorry ...."

"For what!"

"Semuanya. Seharusnya kita tidak pernah bertemu dan sampai detik ini, aku hanya menyusahkanmu. Ini bukan pertemanan yang baik, seharusnya kamu membiarkanku mati waktu itu, Vir. Maafkan aku ...."

Rooftop Secret [TAMAT]Where stories live. Discover now