1

719 62 9
                                    

Seekor rusa jantan baru saja lolos dari pemburu. Lucunya, sebatang panah menancap di tanduk si rusa alih-alih tubuhnya.

Manusia kurang ajar, si rusa menggerutu saat Cecilia membantu mencabut panah tersebut. Aku hanya berjalan santai dan dia pikir bisa menjadikanku santapan keluarganya. Katakan, Manusia, kau makan daging rusa?

"Tidak." Cecilia mengusap tanduk yang cukup besar itu; sumber kegagahan dan kekuatan sang rusa. Dia yakin, sang pemburu akan mendapat keuntungan besar kalau saja panahnya tidak meleset. "Aku tidak makan daging."

Cecilia berhenti memakan daging hewan ketika dia tujuh tahun. Waktu itu dia sudah cukup mahir dalam berkomunikasi dengan hewan dan ketika berbicara dengan sapi di pasar, tanpa sengaja Cecilia bilang bahwa makanan favoritnya adalah sup iga sapi. Tentu, itu bukan hal yang tepat untuk dikatakan, tapi makanan itu adalah hal pertama yang terlintas di kepalanya. Hewan itu langsung menyiapkan kepala untuk menghancurkan pagar kandang dan nyaris menyeruduk Cecilia kalau saja dia tidak buru-buru kabur.

Luar biasa! Si rusa memuji. Jadi kau makan rumput sepertiku? Tak pernah kulihat manusia makan rumput. Omong-omong apakah kau membawa sesuatu?

Cecilia mengeluarkan roti dari keranjang yang dia bawa. Aroma manis dari roti yang masih hangat itu cukup menarik perhatian si rusa. Cecilia memberinya makan seperempat potong, lalu hewan itu memutuskan bahwa roti tersebut tidak cukup enak. Si rusa pun berjalan pergi.

Cecilia berjalan hingga ke titik pertemuannya dengan Elm. Tempat ini adalah yang terindah ketika bulan Mei tiba, karena deretan pohon apel akan mengeluarkan kuntum bunga putih kemerahmudaan, memenuhi tanah dengan kelopak kecilnya yang anggun. Di musim dingin, semua pohon terlihat sama keringnya, kecuali deretan pinus dan redwood di dalam hutan yang masih terlihat cukup rimbun kendati diselimuti timbunan salju.

Biasanya Elm datang dengan cara yang tenang. Hari ini dia terbang ke arah Cecilia seakan hendak menyerang gadis itu. Suara kuakannya mengagetkan tupai yang sedang berkeliaran di tanah. Hewan-hewan mungil itu segera memanjat naik sewaktu suara Elm bertambah dekat.

CECIL! Naga kecil itu menyerukan namanya. Elm terbang memutari Cecil agar tidak menabrak gadis itu sekaligus untuk memperlambat laju terbangnya. Sebelum si naga jatuh, Cecilia duluan menangkapnya.

Tawa kecil lolos dari mulut Cecilia. "Aku tahu kau bersemangat untuk makan roti manis, tapi kenapa kau—"

Ikut aku! suruhnya. Ayo, ayo!

"Ikut ke ma—Elm, tunggu!" Cecilia mengangkat gaunnya sedikit dan berjalan lebih cepat demi menyusul si naga. "Kau mau ke mana? Sarang naga daun di sebelah sana, bukan?"

Elm tidak membalas. Kalau naga itu tidak lagi mengingat soal makanan, maka kemungkinan besar masalahnya cukup serius.

"Ada hewan yang terluka?" tanya Cecilia.

Tidak, tapi ini agak penting, si naga membalas.

Cecilia mengamati keadaan sekitar, mencoba mencari sesuatu yang tidak normal dari Hutan Dyriad pada hari itu. "Kalau kita akan pergi jauh, setidaknya biarkan aku memanggil Felipe."

Kuda galak itu? Tidak, terima kasih. Sejak dulu dia ingin menginjakku.

"Yah, Felipe memang kelihatan galak," celetuk Cecilia. "Tapi dia baik, asalkan kau tidak balas menghinanya.'

Elm menoleh galak ke belakang. Jadi sekarang aku yang salah?

Kali ini Cecilia memilih mengatupkan mulut rapat-rapat. Kadang dia lupa betapa mudahnya naga daun tersinggung. Untunglah Elm terbang maju lagi dan bersedia menyudahi percakapan barusan.

Daughter of Naterliva [#1]Where stories live. Discover now