42

102 27 10
                                    

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Bastian.

"Apanya?" Aeryn balas bertanya.

"Ayolah. Mendadak Cecilia menyuruh kita menari bersama. Tidakkah itu aneh?"

Aeryn mengedikkan bahu. "Aku juga tidak tahu," jawabnya, pelan. Sesaat dia terlihat merenungkan sesuatu, hampir-hampir tidak fokus pada tarian mereka. Langkahnya menjadi tidak mantap dan dia hampir terjatuh karenanya.

Bastian menangkap tubuh gadis itu. Aroma apel samar tercium darinya. Aeryn buru-buru menjauhkan diri dan melanjutkan gerakan tari, seakan tidak terjadi apa-apa. Bastian harus meyakinkan diri bahwa jantungnya masih berada di rongga dada dan tidak melompat keluar barusan.

Apa-apaan itu? Bastian meruntuki pikirannya sendiri.

"Aku minta maaf," Aeryn berkata pelan. "Akhir-akhir ini sikapku kekanakan."

"Akhir-akhir ini?" tanya Bastian. "Kau sudah mengabaikanku selama nyaris sebulan, kemudian sebulan berikutnya kau bersikap seolah tidak terjadi apa pun!"

Dahi Aeryn mengerut. "Masa?"

"Ya!"

"Baiklah, aku memang kekanakan. Entahlah, Bastian, kurasa aku hanya merasa tidak enak pada Cecilia."

Kejengkelan Bastian sedikit mereda. "Kau tahu dia tidak memusingkan hal semacam itu."

"Ya, tapi kau harus peka sedikit," Aeryn membalas. Gadis itu menghela napas panjang dan menoleh ke samping. Bastian mengikuti pandangannya, melihat Cecilia dan Espen menari di samping mereka. Gerakan keduanya kikuk, penuh kesalahan dalam mengambil langkah, tetapi Cecilia tersenyum hingga hampir tertawa.

"Kau bisa menari bersamanya setelah ini," celetuk Aeryn.

"Entahlah, menurutmu Cecilia menginginkannya?"

"Mana aku tahu?" Aeryn kembali menoleh ke samping. "Yah, kalau menurutku, sepertinya dia baik-baik saja dengan pemuda itu, tidakkah demikian?"

Bastian tersenyum kecil. Dia tidak yakin Cecilia akan tersenyum lepas jika menari bersamanya dengan dengan kekikukan semacam itu.

"Yah," balas Bastian. Tatapannya kembali pada Aeryn, tepat ketika gadis itu menatapnya juga.

"Kau ingat makanan yang tahun lalu pernah kita coba?" tanya gadis itu. "Kurasa tadi aku melihat kios penjualnya. Mau coba? Anggap saja sebagai permintaan maaf karena sikap tidak jelasku."

Bastian ingin menggeleng, tetapi ketika dia mendengar gelak tawa Cecilia. Sesuatu seolah menyihir kepala Bastian detik itu juga.

Mungkin tidak apa-apa, pikirnya.

"Boleh juga," akhirnya Bastian membalas. Sebuah cengiran terulas di wajah Aeryn. Tanpa menyelesaikan tarian, gadis itu sudah menarik Bastian pergi.

≿━━━━༺❀༻━━━━≾≾

Espen segera menjauh ketika tarian selesai, tak ingin diseret ke arena tari lagi. Cecilia menoleh ke arah Bastian dan Aeryn, tetapi mereka berdua pun tak terlihat. Kini satu-satunya orang yang berdiri di dekatnya hanyalah Edwin Mamond, yang masih asyik menyantap makanannya.

Cecilia baru saja hendak menyusul Espen, tetapi seorang berlari tergopoh-gopoh ke arahnya.

"Pe-permisi," perempuan muda itu tergagap. "Kau Miss Cecilia Lockwood, bukan?"

"Betul." Cecilia mengamati jubah hijau perempuan itu, kemudian ke wajah paniknya lagi. "Apa yang terjadi?"

"Tolong," dia memelas sambil meraih tangan Cecilia. "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Kami hanya sedang membantu membersihkan sebuah kios dan seseorang melukai temanku. Aku tidak tahu berapa lama lagi dia akan bertahan."

Daughter of Naterliva [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang