29

141 28 5
                                    

Cecilia sudah tahu kalau bukan hanya dirinya yang terkena amukan sang ayah. Hanya saja, Bastian punya dukungan langsung dari teman-temannya. Pria itu juga tidak mengungkit masalah lain yang irelevan dengan semua ini.

"Papa sempat marah," jelas Cecilia saat mereka membahas masalah itu di sekolah, "tetapi pada akhirnya dia mengizinkan. Bagaimana dengan ayahmu?"

"Tidak jauh berbeda. Sempat marah-marah juga." Bastian malah menunjukkan senyum polosnya. "Akan tetapi, aku senang mendengar Mr. Lockwood memberimu izin. Ayah akan memberi reaksi yang lebih buruk jika Mr. Lockwood menentang semua ini."

"Berarti kita selamat dari amukan ayah masing-masing?"

Bastian sedikit mengedik. "Bisa dibilang begitu. Sebenarnya, Ayah menyuruhku mengunjungi Mr. Lockwood hari ini, berharap agar aku bisa menjelaskan beberapa hal dari sudut pandangku."

"Tentu," Cecilia mempersilakan. Keduanya berhenti di depan kelas tahun kelima yang masih kosong. Espen sudah masuk duluan, disusul dua penyihir pengawas. Freya dan Jaromir pergi ke kelas mereka, diikuti Aeryn.

Cecilia menyelipkan helaian rambutnya ke balik telinga. "Omong-omong, bunga pohon apel sedang bermekaran di hutan. Mungkin kalau kau sudah bicara dengan Papa, kita bisa piknik ke sana. Biasanya suasananya sangat teduh. Hari ini, aku juga membuat pai madu."

"Jadi, semacam kencan?"

Cecilia berdeham pelan. "Tidak begitu juga, tapi, aku ... pokoknya ...," kata-kata berhamburan di kepala Cecilia, menolak untuk disusun. "Mungkin?"

Bastian tersenyum kecil. "Tentu. Kurasa memang lebih baik jika kita punya waktu bicara."

Cecilia mengangguk kecil. "Jadi, sampai jumpa nanti?"

"Sampai jumpa." Bastian sedikit menganggukkan kepala sebagai tanda perpisahan. Cecilia membalas gestur itu, lalu masuk ke dalam kelas.

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

Kencan hari ini adalah yang tersenyap.

"Apa kau keberatan jika kita hanya diam?" bisik Cecilia, tidak ingin mengganggu ketenangan hutan. "Aku terbiasa diam saja, kecuali kalau Elm datang."

"Tidak apa-apa," Bastian balas berbisik. Dia menyantap painya. "Tempat ini menyenangkan, terutama bagiku yang menghadapi hal-hal monoton setiap harinya."

Percakapan Bastian dan Papa berjalan cukup lancar, walau wajah Papa masam sepanjang waktu dan dia sempat menceramahi Bastian. Wajah Bastian sudah terlampau pucat saking tegangnya dia. Sekarang, pemuda itu berhak menikmati suasana hutan demi menenangkan syarafnya.

Beberapa kali mereka kedatangan tamu. Para tupai mengintip isi keranjang, berharap menemukan makanan. Cecilia membawa raspberry yang dipetik dari halaman belakang rumahnya dan membagi beberapa butir kepada tupai-tupai itu. Seekor rusa jantan sempat melintas, mengamati Bastian dan Cecilia dalam diam, lalu pergi.

"Tak lama lagi musim panas," ujar Cecilia. "Apa yang biasanya kau lakukan, Magistra Ollenard?"

"Biasanya aku dan teman-temanku akan ke pantai. Aeryn punya vila pribadi di pesisir Elmor, jadi di sanalah kami bermalam selama beberapa hari sambil menikmati waktu libur."

"Seperti apa vila keluarga March?" tanya Cecilia.

"Lokasinya di atas sebuah tebing. Ketika berjalan keluar, kau akan langsung berhadapan dengan pemandangan lautan. Suara ombak terdengar siang-malam. Ketika badai melanda, kau bisa merasakan amukan laut di luar sana dan embusan angin yang serasa bisa menerbangkanmu." Bastian mengingat-ingat lagi. "Bangunannya sendiri tidak terlalu megah, tetapi dibuat agar nyaman ditempati bersama-sama."

Daughter of Naterliva [#1]Where stories live. Discover now