30

124 27 7
                                    

Adakalanya kekayaan tidak mampu menepis rasa sepi. Pernyataan tersebut dibuktikan oleh ketiga orang di hadapan Cecilia, yang merupakan pelopor kelompok pemuja Naterliva.

Dean Schiller merupakan seorang pengusaha karpet ternama di bagian timur Neryma. Dari yang Cecilia ketahui, karpetnya sudah diekspor hingga ke kerajaan tetangga, bahkan sanggup bersaing dengan karpet buatan Asmernia. Semua karpet di kediaman Lockwood pun dipesan langsung dari pria ini. Mr. Schiller-lah yang pertama kali merencanakan terbentuknya kelompok Naterliva.

Mr. Schiller mengajak serta Miss Artellia Billos, pengusaha rumah makan yang cukup dikenal di beberapa kota. Cecilia pernah mencoba pergi ke rumah makannya beberapa kali. Perempuan itu tidak ragu dalam mengolah bahan masakan dan rempah dari seluruh penjuru Arvelia, menjadikan masakannya memiliki cita rasa khas dan beragam.

Terakhir ada Albertus Galienar, yang membuka usaha pandai besi sekaligus yang termuda di antara dua rekannya. Usia Mr. Galienar mungkin tidak jauh beda dari Bastian, tapi kemampuannya dalam menempa membuat banyak bangsawan memesan senjata dari Mr. Galienar untuk prajurit mereka.

Ketiga orang itu tidak ada bedanya dari pengelana dengan uang terbatas, terlebih jika dilihat dari penampilan mereka yang seragam dan sedikit lusuh. Padahal kenyataannya, mereka bertiga punya kekayaan berlimpah.

"Semoga kedatangan kami tidak mengganggu Anda, Miss Lockwood," Mr. Schiller berucap sopan.

"Tidak perlu formal begini, Tuan dan Nona. Silakan minum tehnya."

"Terima kasih sudah bersedia menemui kami," kini Miss Billos berucap. "Kami pikir tidak baik bila mengganggu Anda pada hari ini, apalagi Anda baru saja mengajar di sekolah."

Cecilia melambaikan tangan, menepis kata-kata barusan. "Kumohon jangan sungkan. Saya tidak menyangka akan kedatangan tamu dari kelompok Naterliva."

"Sejak festival musim semi, kelompok ini berkembang kian pesat, Miss Lockwood," jelas Mr. Schiller. "Aku sendiri ikut hadir ketika kau berada di kuil. Melihat kekuatanmu langsung menyegarkan imanku. Artellia juga hadir di sana. Sayangnya, Albertus belum sempat menyaksikan mukjizat secara langsung."

Albertus Galienar mengangguk. "Sungguh disayangkan. Untunglah Dean mengajakku berpastisipasi dalam hal ini."

"Saya sangat menghargai tindakan kalian selama ini," ungkap Cecilia. "Kemungkinan pihak pemerintah Neryma akan butuh waktu sebelum mengizinkan pembangunan kuil Naterliva."

"Saya sependapat dengan Anda, Miss Lockwood. Karena itulah kami mengusahakan yang terbaik agar Dewi Naterliva mendapatkan tempat yang layak lagi dalam masyarakat kita," jawab Mr. Schiller. "Alasan itu pula yang membawa kami ke sini. Kami bertiga bertanya-tanya apakah Anda punya waktu akhir pekan nanti?"

"Kami berniat mengundang Anda ke kediaman Dean, supaya Anda bisa bertemu para pengikut Naterliva lainnya," sambung Miss Billos.

"Ah...," Cecilia mengangguk ragu. Masalahnya dia punya waktu di akhir pekan. Akan tetapi dia tidak terlalu ingin menemui orang lain saat ini. "Aku—"

Embusan napas bernada kesal menandai kehadiran Papa. "Apa lagi ini?" Matanya memicing ke ketiga orang di hadapannya. "Oh, Mr. Schiller?"

"Mr. Lockwood." Dean Schiller memberi anggukan sapaan. "Lama tidak berjumpa."

"Aku dengar dari orang-orang kau bergabung dengan kelompok aneh ini. Demi langit, ternyata itu benar." Papa bersedekap.

"Bukan sekadar pengikut, Mr. Lockwood. Aku juga yang mencetuskan semua ini," dia berujar tanpa terlihat tersinggung sedikit pun. Justru sebuah senyum mengembang di wajahnya. "Kau tahu sendiri sejak kematian istriku, hidup terasa membosankan. Mukjizat yang ditunjukkan putrimu benar-benar memberiku harapan akan kuasa dewa-dewi." Pria itu menghela napas lega.

Daughter of Naterliva [#1]Where stories live. Discover now