19

107 23 1
                                    

"Freya, kau adalah kebanggaan klan Elosvari."

Sentuhan tangan Inati selembut kapas, terlepas dari tangannya yang penuh goresan luka dan kapalan. Jemari mungil sang ibu yang tangguh itu kini mengusap air mata Freya.

"Mereka akan mengataimu macam-macam," Inati berbisik. "Mereka telah menemukan celah menghancurkan keluarga kita. Tapi, kau tidak akan menyerah begitu saja, bukan?"

Freya menggeleng, ikut mengusap air mata yang masih bercucuran. "Tidak, Inati."

Inati mendaratkan kecupan di dahi Freya. "Terimalah lamaran Shadrick."

Mata Freya membulat. "Inati bilang sendiri kalau-"

"Aku tahu," Inati menyela. "Abati-mu juga tidak sudi melihat putri kebanggaannya menikahi Shadrick. Namun kau tahu ini harus dilakukan."

"Setelah semua yang dia lakukan?" desis Freya. "Nama keluarga kita akan langsung terinjak!"

Inati mendesis lembut, menyuruh Freya diam. "Tidak ada satu pun hal yang bisa menodai nama keluarga Elosvari. Bahkan kelahiran adikmu yang memalukan itu pun tidak cukup untuk melakukannya. Kau mau tahu apa yang bisa merusak nama keluarga kita?" Inati mendekatkan bibir ke telinga Freya. "Ketika kau menyerah, saat itulah nama keluarga kita hancur."

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

Sudah sepuluh hari sejak Frenthia Vaelos Teresta. Setelah para penyihir melakukan interogasi kedua pada tiga hari yang lalu, akhirnya raja memanggil Freya ke kediaman sementaranya di Neryma.

Hanya dirinya yang diminta hadir. Mungkin raja berpikir akan lebih mudah bernegosiasi dengan satu orang dibandingkan empat. Dia tidak lagi memasuki ruang kerja sang raja untuk diinterogasi. Alih-alih, Raja Avinas mengundangnya dalam jamuan minum teh.

"Aku sudah berdiskusi dengan jajaran pemerintahan, bahkan mengundang para menteri untuk datang ke Neryma," katanya. "Miss Elosvari, kau pernah bilang kalau orang dari tempatmu tidak bisa sembarangan pergi tanpa izin pemimpin. Apakah memungkinkan jika Marcus Wickham didatangkan kemari?"

"Saya khawatir hal tersebut tidak memungkinkan, Yang Mulia," jawab Freya. "Yang Mulia tahu sendiri bahwa saya dikirimkan bukan untuk berhasil, tapi supaya gagal dan dipermalukan."

"Aku juga punya kecemasan terkait itu," kata Raja Avinas. "Kalau pemimpinmu ingin kau gagal, bukankah sebaiknya kami tidak ikut campur? Apa jadinya kalau beliau marah dan menganggap Ellesvore bersekongkol denganmu?"

"Hal pertama yang bisa saya pastikan adalah, beliau tidak mungkin melakukan tindakan secara terang-terangan. Naga merupakan sosok yang diagungkan dan punya posisi kuat di tempat kami, sehingga mereka akan menjadi pendukung kami."

Raja Avinas bersandar pada bangkunya dengan kedua tangan saling mempertemukan jari. "Lalu? Itu bukan alasan yang cukup bukan? Taktik tersembunyi pun bisa dilancarkan untuk menghabisi lawan. Sebagai raja, aku tidak ingin kerajaanku menjadi sasaran semua itu."

"Anda juga tahu kalau saya ditunangkan pada seorang putra mahkota," tambah Freya. "Artinya kekuasaan sudah berada dalam jangkauan saya. Bila dukungan kaum naga berhasil diraih, otomatis orang-orang lainnya akan mengikuti. Ditambah reputasi keluarga Elosvari yang cukup disegani sejak dulu. Dengan dukungan sebanyak itu, pemilihan ulang untuk pemegang kekuasaan bisa saja dilakukan."

"Artinya?"

"Artinya kekuasaan bisa saja berpindah tangan, Yang Mulia." Freya tersenyum. "Anda tidak perlu mencemaskan apa pun kalau saya menjadi pemegang kekuasaan tersebut. Malahan, saya rasa Ellesvore akan mendapatkan keuntungan berupa sekutu yang tidak diduga-duga kerajaan lain. Selama ini, terdapat ketegangan di antara Ellesvore dan Merphyres, bukan?"

Sang raja masih menyembunyikan keterkejutannya. "Dari mana kau mengetahui semua itu?"

"Kita bisa menjalin kesepakatan diam-diam," tawar Freya, mengalihkan pembicaraan. "Anda tinggal membantu saya melakukan hal sederhana yang akan amat berarti bagi para naga. Ke depannya, saya bisa mengusahakan kerja sama dengan Ellesvore."

Jelas kalau Raja Avinas mulai tertarik. Kendati demikian, pria itu masih penuh kehati-hatian.

"Omong-omong, saya melihat banyak orang menyerukan soal Naterliva sepanjang perjalanan kemari," ujar Freya.

"Kau benar. Semenjak Miss Lockwood muncul ke publik dan menjadi bukti nyata mukjizat Naterliva, tampaknya rakyat ikut terpengaruh." Raja Avinas menyesap tehnya.

"Bagaimana dengan Anda, Yang Mulia? Apa Anda percaya?"

"Tidak sepenuhnya." Pria itu meletakkan cangkir ke meja. "Kekuatan itu bisa saja berasal dari sumber lain. Bisa saja naga itu berbohong. Lagi pula, reaksi rakyat terbagi menjadi dua kubu, antara orang yang mendukung Naterliva dan mengutuk sang dewi. Pihak kontra menuntut agar Marcus Wickham di bawa kemari untuk diadili."

"Bisa saya pastikan, Marcus Wickham pun ingin menebus dosa-dosa masa lalunya," Freya berkata. "Tapi kalau Anda tidak bisa membantu saya, maka saya juga tidak bisa mengusahakan kedatangan Marcus Wickham."

Freya membiarkan kekuatannya melakukan sisa pekerjaan. Dia sudah bersumpah untuk tidak melukai siapa pun dengan kekuatan ini, tetapi dia boleh saja mendorong sang raja untuk percaya padanya.

Freya hanya memberi sedikit ilusi mengenai gambaran masa depan yang diharapkan Raja Avinas. Hubungan Ellesvore dengan para naga akan membaik sehingga menciptakan rasa aman secara keseluruhan bagi para penduduk. Belum lagi, kehadiran seorang Putri Naterliva di tengah mereka akan menjadi sumber kekuatan yang tidak diduga-duga, menambah keamanan bagi kerajaan ini.

"Tidak ada ruginya bila Anda membantu saya," Freya berujar lembut. Tangan-tangan tak kasatmata dari kekuatannya mengotak-atik isi pikiran sang raja, memberi pria itu ketenangan sekaligus keyakinan. "Saya pun tidak menuntut perubahan besar-besaran pada masyarakat. Kita bisa melakukannya secara perlahan. Semua pilihan ada pada Anda, Yang Mulia."

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

Freya membaca ulang kertas perjanjian di tangannya untuk kesekian kali.

Mereka memperoleh izin.

Raja Avinas memang tidak bertindak gegabah-karena Freya tidak ingin memasukkan sihirnya terlalu dalam. Pria itu memberi kesempatan mengajar dengan rentang waktu hingga bulan Desember di sebuah sekolah negeri di Wirlow. Hanya dua kelas yang boleh mereka ajari. Masing-masing kelas akan diawasi dua penyihir. Waktu mengajar pun hanya terbatas selama setengah jam, tiga hari dalam seminggu.

Ini permulaan yang lebih bagus dari dugaan Freya. Dia bahkan tidak perlu repot-repot mengobrak-abrik pikiran sang raja. Dengan sedikit bujukan dan sihir, tanpa melibatkan kekerasan, rencananya sudah bisa dimulai.

"Naterliva yang Agung telah kembali!"

Sekumpulan orang dalam jubah hijau tua berdiri di alun-alun kota, memegang papan tanda bertuliskan macam-macam hal mengenai Naterliva.

"Sekarang saatnya bertobat. Bertobatlah, saudara-saudari, sebelum murka sang Dewi melanda Ellesvore!"

Beberapa orang menganggap seruan itu dengan serius dan berhenti untuk mendengar orasi panjang lebar mengenai sang Dewi. Sisanya masih mengabaikan kumpulan orang itu, memilih mengerjakan urusan masing-masing.

Ini belum sepenuhnya cukup. Reputasi penerima berkat Naterliva sudah ternodai oleh Marcus Wickham, tetapi Cecilia bisa mengubah citra yang tercoreng itu.

Freya menghela napas. Kelihatannya, ada lebih banyak hal yang harus dia kerjakan.

Daughter of Naterliva [#1]Where stories live. Discover now