35

117 24 6
                                    

Para penyihir saling pandang ketika melihat Connor, tidak yakin harus mengatakan apa setelah mendengar penjelasan Cecilia. Dia hanya menjelaskan sekilas untuk saat ini, terlebih mengenai fakta bahwa sosok Jaromir sebelumnya adalah penyamaran kakaknya semata. Sementara untuk alasan lebih lanjut akan Connor ceritakan nanti saat mereka bertemu Mr. Xanderson, agar cerita tidak perlu diulang berkali-kali.

"Uh, Mr. Connor," Bastian duluan menyapa. Dia mengulurkan tangan ke arah Connor. "Senang bisa bertemu Anda."

"Ayolah, tidak perlu formal begitu," sergah Connor sambil membalas jabat tangan Bastian. "Aku masih bertengkar dengan ayahku. Belum tentu dia menerimaku kembali."

Cecilia menyikut kakaknya, yang ditanggapi dengan ringisan dari Connor.

"Menurut kalian, kita harus memberi tahu raja?" tanya Cecilia.

Bastian mengangguk. "Aku akan menulis surat kepada raja mengenai ini. Lebih cepat beliau mengetahuinya, akan lebih baik pula."

"Dan kami akan mengurus sisanya," ujar Aeryn. "Kami akan mendampingi kalian saat bertemu Mr. Xanderson nanti."

"Terima kasih atas bantuannya." Connor bernapas lega. "Aku tidak ingin menyembunyikan diri lebih lama lagi." Dia merangkul Cecilia sembari memberi tepukan pelan di kepala sang adik.

Cecilia menguap lebar dan bersandar pada kakaknya. Seharusnya mereka tidur lebih awal semalam. Cecilia khawatir hari ini dia akan tumbang gara-gara mengantuk.

"Kalau begitu, sebaiknya kita masuk ke kelas," ucap Edwin. "Sudah hampir waktunya mulai."

Mereka pergi ke kelas masing-masing. Connor mengantar Cecilia hingga ke pintu depan kelas tahun kelima. Tak lupa dia merapikan rambut sang adik.

"Tunjukkan sedikit semangat, ingatlah untuk tersenyum." Connor menepuk pipi Cecilia perlahan.

Cecilia mengangguk kecil, melawan kantuk yang terus menderanya. "Kau juga. Selamat menghadapi serbuan pertanyaan dari para murid."

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

Cecilia bersandar pada salah satu tiang di kandang kuda, menahan lelah yang menderanya.

Urusan Connor masih perlu diperbincangkan di ruang kepala sekolah. Saat ini mereka sedang meluruskan segala sesuatu mengenai identitas Connor.

Kendati Cecilia memahami alasan kakaknya berbuat demikian, sejujurnya semua ini cukup merepotkan. Demi dewi, semoga saja Raja Avinas dan Magistra Richard Mamond tidak mencurigai Connor seperti Mr. Xanderson. Sang kepala sekolah tampaknya cukup syok dengan adanya penyembunyian identitas semacam ini.

Selagi menunggu, Cecilia menghubungkan pikirannya pada Elm. Dia belum sempat bicara pada naga itu. Di dalam dirinya ada keinginan yang cukup besar untuk memusuhi Elm karena naga itu sudah tahu segalanya. Tak disangka para naga pohon pun begitu ahli dalam bersandiwara.

Kau sudah tahu Jaromir adalah Connor, Cecilia bicara tanpa salam pembuka.

Elm terdiam agak lama, lalu menjawab, Tidak ada gunanya dia menyembunyikan wajah. Dari aromanya pun aku sudah tahu. Selain itu, ilusi Freya tidak berpengaruh pada naga.

Dan kau memutuskan untuk tidak memberi tahuku? tanya Cecilia, merasa sakit hati.

Mau bagaimana lagi, Cecil? Elm bertanya balik. Dia memohon padaku.

Cecilia mendesah pelan. Kupikir aku sahabatmu, Elm.

Begitu pula Connor, Elm membalas. Aku minta maaf, tapi dia memang butuh waktu. Aku tidak menyangka dia memutuskan untuk memberi tahumu.

Daughter of Naterliva [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang