ONE | HOW ABOUT ME?

599 134 229
                                    

Seorang lelaki tersenyum tipis kala melihat seorang gadis yang tengah berlari kecil seraya bersenandung ria

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Seorang lelaki tersenyum tipis kala melihat seorang gadis yang tengah berlari kecil seraya bersenandung ria. Lantas, ia bergegas menghampirinya. Di genggamannya lengan gadis itu olehnya membuat gadis itu berhenti berlari dan kini digantikan oleh langkah biasanya. Gadis itu menoleh menatap lelaki yang kini tengah menggenggam lengannya.

Dilihat dari samping, lelaki itu mempunyai rahang yang tegas dan jangan lupakan pahatan yang sempurna membuatnya semakin terpesona. Tanpa sadar senyuman terpatri dari bibirnya. Melihat senyuman itu membuat lelaki itu terpukau, senyuman manis yang dimiliki oleh gadis yang kini berada di sampingnya itu adalah senyuman yang paling ia sukai.

Langkah keduanya terhenti dan keduanya saling memandang satu sama lain.

Pria itu mengangkat lengan yang satunya untuk mengelus rambut gadis itu sayang.

"Lo cantik," ujarnya seraya tersenyum.

Dia Fauzan Reynand Fathaniel, seorang pria yang mempunyai paras yang tampan dan sikap friendlynya terhadap orang-orang membuat orang yang melihatnya akan terpukau dengan pesona yang lelaki itu miliki.

"Eca tau Eca cantik," ujar gadis itu kepedean. Dia Vanessa Artharendra. Sosok gadis berparas cantik dengan sejuta pesona yang ia miliki membuatnya mempunyai daya tarik tersendiri. Namun, ia juga sosok gadis yang penuh dengan kesunyian di dalam gelapnya malam. Hadirnya seorang kakak yang paling ia sayangi serta Fauzan yang kini menyandang status sebagai sahabatnya sedari kecil, membuat hidupnya lebih berwarna. Ya, mungkin keduanyalah yang membuat hidupnya tidak selalu gelap, meski di sana ada kesedihan yang tersembunyi.

Fauzan terkekeh pelan. "Lo masih inget waktu kecil gue rebut mainan lo?"

Flashback*

Seorang gadis kecil tengah bermain ayunan dengan robot ditangannya. Jika anak perempuan pada umumnya menyukai barbie, lain dengannya yang tidak menyukai barbie. Entah kenapa, ia malah menyukai robot mainan seperti yang sekarang ia genggam.

Ia terus mengayunkan kakinya agar ayunan itu terdorong ke belakang dan-

Wush!

Ia tersenyum senang sesekali bersenandung kecil seraya menggerakkan robot mainan itu dengan tak menentu arah.

Tak lama, seorang pria datang mengambil alih robot mainan itu dari tangan Vanessa. Sontak gadis itu terkejut dan menapakkan kakinya ke tanah membuat ayunan itu terhenti. Ia menatap seorang bocah lelaki yang barusan merebut robot mainannya.

"Balikin! Itu main aku." Vanessa terus berusaha menggapai mainannya dan saat itu juga lelaki itu menjauhkan robot tersebut dari jangkauan Vanessa dan tersenyum kemenangan karena Vanessa yang mulai menyerah.

Dilihatnya gadis itu melipatkan tangannya di depan dadanya lalu membuang pandangannya ke arah lain seakan tak mau berlama-lama menatap pria asing itu.

"Ini mainan cowok, kenapa kamu dari kemarin-kemarin suka banget main beginian?" tanya bocah lelaki itu.

Vanessa menatapnya dengan penuh selidik. "Kamu nguntit ya?"

Sial ia terciduk, lelaki itu berusaha mengontrol kegugupannya dan memilih duduk di ayunan tepat di samping gadis itu.

"Kenalin, aku Fauzan."

"Eca," ucap Vanessa seadanya.

Lelaki itu tersenyum lalu menyodorkan robot mainan itu pada Vanessa. "Ini aku balikin robotnya, kalo mau main ajak aku, ya?"

Vanessa menerimanya dengan senang hati dan kembali menatap Fauzan. "Okee Ojan."

Fauzan tersenyum manis. Entah mengapa mendengar panggilan dari Vanessa seperti itu membuat hatinya menghangat.

"Mau jadi sahabat aku?" tanya Fauzan membuat Vanessa mengangguk antusias.

"Boleh, Yeay akhirnya Eca punya temen juga," pekik gadis itu kesenangan.

"Loh, emang selama ini kamu gak punya temen?"

Vanessa menggeleng kecil. "Eca males beradaptasi, soalnya Eca takut mereka cuma mau temenan sama Eca karena mandang hartanya doang."

"Emang ayah kamu kerja apa?"

"Ayah seorang CEO di PT. Art'ndra."

"Buset, itu kan perusahaan kedua di Indonesia yang terkenal itu."

"Kamu tau?"

"Tau lah, ayah aku pernah menjalin bisnis sama perusahaan itu, itu juga aku denger waktu ikut sama ayah di pertemuan bisnis perusahaan," balas Fauzan.

"Ayah kamu ternyata pengusaha sukses juga ya," ujar gadis itu seraya terkekeh.

Fauzan ikut terkekeh. "Semoga aja suatu hari nanti kita bisa jadi orang sukses kayak ayah kita sekarang.

"Aamiin."

*Flashback off

Vanessa terkekeh mengingat hal itu. "Lo si penguntit handal." Gadis itu tertawa lepas. Melihat itu membuat Fauzan mengulas senyuman manis di bibirnya. Entah mengapa melihat Vanessa yang tertawa seperti itu membuat hatinya terasa tenang dibandingkan dengan Vanessa yang hanya diam tak mengeluarkan suara sepatah kata pun. Ia harap kejadian itu tidak akan terulang lagi, sungguh ia benci Vanessa yang terlihat menyimpan kesedihannya seorang diri.

TBC

Voment please?

Jangan jadi pembaca gelap ya, share juga cerita ini ke temen-temen kalian

Makasih ya udah mau baca ceritaku, sukses rl buat kalian, semangat terus-!!

NEXT GAK NI?

How About Me? [TELAH TERBIT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora