FORTY-SIX | HB'ME?

142 44 89
                                    

Sepulang dari kampus, Vanessa terus merasa mual

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang dari kampus, Vanessa terus merasa mual. Deffano sampai khawatir dan akhirnya membawa Vanessa ke rumah sakit.

Dokter yang bernama Indah tersenyum hangat seraya mebatap kedua pasutri yang ada di hadapannya itu.

"Selamat, istri anda sedang hamil dan itu artinya anda sudah menjadi calon ayah."

Deg!

Vanessa pikir magh nya sedang kambuh. Namun, ternyata dugaannya salah.

Deffano masih terdiam mematung ditempat. Ia menatap Vanessa dengan mata yang sudah berair.

"Ca."

Grep

Deffano menarik Vanessa ke dalam dekapannya. Ia mengelus rambut Vanessa lembut dengan menangis terharu.

"Makasih sayang."

Lelaki itu terus merapalkan kata itu membuat mata Vanessa semakin berair.

Dokter Indah tersenyum hangat melihat itu. Matanya ikut berair karena terharu.

Deffano melepaskan pelukannya dan menatap Vanessa teduh. Ia kembali bersuara tanpa mau mengalihkan pandangannya dari Vanessa.

"Usia kandungannya berapa, Dok?"

"Usia kandungannya sudah menginjak 3 hari."

"Jika Vanessa mual itu hal yang wajar. Selamat untuk kalian berdua, nanti kalian bisa pergi ke dokter kandungan untuk mengetahui perkembangan janin dalam kandungan lebih lanjut."

Vanessa mengangguk seraya tersenyum. "Baik, Dok. Terimakasih. Kami permisi dulu." Dokter Indah mengangguk.

Keduanya berlalu pergi dari sana untuk pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Vanessa berlari menuju kamarnya karena ia sudah merindukan kasur empuknya itu.

"Sayang jangan lari!"

Vanessa berhenti berlari kemudian menunggu Deffano menghampirinya.

Vanessa terseyum kikuk. "Lupa."

Deffano menggeleng kecil. Ia memeluk pinggang Vanessa dan berjalan beriringan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Sayang," panggil Vanessa saat Deffano tengah mengerjakan makalah.

Deffano menatap Vanessa teduh. "Kenapa, hm?"

"Maafin aku ya kalo nyusahin kamu, nanti pasti aku rewel."

Setetes air matanya jatuh mengenai pipinya membuat Deffano terkejut melihatnya.

"Hei sayang, kok ngomongnya gitu, hm? Aku gak masalah kok. Kamu jangan nangis dong nanti cantiknya ilang."

Vanessa terpkasa menghentikan tangisnya. Ia memilih tertidur membelakangi Deffano. Vanessa menangis kembali. Namun berusaha tak mengeluarkan isak tangisnya agar tak mengganggu Deffano yang tengah mengerjakan makalahnya.

Deffano menghela nafas pelan. Ia mematikan laptopnya kemudian menaruhnya di atas nakas. Setelahnya ia pun merebahkan tubuhnya di samping Vanessa lalu membalikkan badan istirnya agar Vanessa mau menghadapnya.

"Hei sayang, ngadep sini dong."

"Gak mauu, aku mau nangis dulu."

Deffano terkekeh geli. Menurutnya Vanessa sangatlah menggemaskan. Ia kembali membalikkan tubuh Vanessa agar menghadapnya.

"Iya sini dulu, kalo mau nangis peluk aku biar enak."

Mau tak mau Vanessa membalikkan badannya menghadap Deffano. Melihat wajah Vanessa yang memerah membuat Deffano gemas sendiri. Ia paham jika mood wanita yang hamil akan cepat sekali berubah-ubah.

Deffano mendekap tubuh Vanessa erat membuat Vanessa membalas dekapan suaminya dan terisak hebat di dalam sana.

Deffano mengelus rambut Vanessa lembut sesekali mengecup puncuk kepala gadis itu lembut.

"Kamu kenapa nangis, hm? Aku ada buat salah?"

Vanessa menggeleng pelan. "Gatau pengen nangis aja hiks..."

Deffano menepuk-nepuk pelan punggung Vanessa. "Ututu gemesin banget istri aku."

"Kamu gak malu sama baby nya, hm?"

"Baby aja gak nangis masa kamu nangis," goda Deffano membuat Vanessa meredakan tangisnya.

"Ihhh, Def!"

"Yaudah mangkannya jangan nangis, sekarang kamu tidur. Aku puk-puk punggung kamu."

Vanessa mengangguk. Ia memejamkan matanya dan memilih posisi nyaman dengan mendusel di dada bidang Deffano.

Deffano tersenyum tipis. Ia kembali menepuk pelan punggung Vanessa berharap istirnya itu tertidur pulas.

Ia bersyukur sangat-sangat bersyukur kepada Tuhan. Rasanya ia tak menyangka dengan fakta ini. Ia bertekad akan menjaga Vanessa dan janin yang ada di kandungan istrinya itu.

Dikecupnya hangat puncuk kepala Vanessa olehnya. "I love you, Ca."

TBC

Seneng banget lohh! Akhirnya anak saya si Vanessa hamil jugaa.. maaf ya adegan nganunya saya skip😭

Menuju ending nihh, gak nyangka dehh wkwk
Stay terus, yaww

Voment please?

Jangan jadi pembaca gelap ya, share juga cerita ini ke temen-temen kalian

Makasih ya udah mau baca ceritaku, sukses rl buat kalian, semangat terus-!!

NEXT GAK NI?

How About Me? [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang