THIRTY-THREE | HB'ME?

107 35 34
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Vanessa binti Adrian Artharendra dengan maskawin tersebut dibayar tunai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Saya terima nikah dan kawinnya Vanessa binti Adrian Artharendra dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillahhirabbil'alamin."

Penghulu mulai mengucapkan doa membuat semua menadahkan kedua tangannya diatas dada mengamini. Setelahnya, Vanessa dipanggil agar duduk di sebelah Deffano untuk menandatangani buku nikah.

Setelahnya penghulu menyuruh mereka agar bertukar cincin. Deffano mulai memakaikan cincin yang ia beli itu pada jari manis Vanessa. Begitu juga Vanessa. Setelahnya Deffano tersenyum seraya menatap Vanessa teduh. Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Vanessa bermaksud untuk mencium kening gadis yang sudah resmi menjadi istrinya.

Dikecup lama kening Vanessa olehnya mampu membuat hati Vanessa menghangat. Setelah itu Vanessa mencium punggung tangan Deffano lembut. Setelahnya Deffano menatap Vanessa teduh lalu tersenyum hangat.

"I love you, Ca."

"I love you more, Deffano."

***

Kini keduanya tengah berada di kursi pelaminan. Mereka menyambut tamu undangan yang akan bersalam.

"Ciee udah halal nih, gue jadi pengen nikah juga deh," celetuk Risa saat giliran gadis itu tiba.

"Pokoknya harus live malam ini okeh?"

Deffano menatap Risa tajam membuat nyali gadis itu menciut.

"Oke Risaa, nanti Eca live bareng Deffano."

Risa mengangguk ragu dan langsung mengacir menemui kekasihnya, Alge karena ia tak mau kena semprot oleh Deffano.

"Habede bro!" ujar Zero.

"Hawede kak," koreksi Vanessa membuat Zero terkekeh.

"Bini lo cakep banget dah, sabi lah gue embat."

Deffano menatap Zero tajam yang ditatap pun gelagapan.

"Berjanda adek bang."

Kini giliran Rega. "Hwd bro, jangan lupa link kasih gue."

"Ogah, gak sudi gue tubuh istri gue diliat lo pada," ketus Deffano membuat Rega terkekeh geli.

"Ihh kak Rega kalo senyum gitu mirip piyak deh, kenapa baru kali ini Eca liat kak Rega ketawa gitu ya."

Deffano menutup mata gadis itu agar tak menatap Rega. Lelaki itu mengkode agar Rega cepat pergi dari sana.

"Ihh Def! Awas ihh Eca mau liat pangeran tampan."

Deffano mendengkus kesal lalu melepaskan tangannya. "Lo udah punya gue juga. Gue kurang ganteng apa coba."

Vanessa terkekeh geli melihat Deffano yang merajuk. Ia mencium pipi lelaki itu membuat Deffano tercengang. Lelaki itu masih terdiam mematung di tempat. Tak lama ia menoleh menatap Vanessa yang sedang tertawa kecil.

"Awas lo, Ca. Gue makan lo."

"Hih apaan sih, mulut lo aja kecil mana bisa makan Eca."

"Gak usah lo-gue. Sekarang pakenya aku-kamu."

"Ay ay kapten!"

"Coba praktekin Eca mau liat kamu makan Eca."

Deffano menatap Vanessa jengah. Ternyata kepolosan gadis itu semakin menjadi. "Nanti malem."

Vanessa mengangguk dan kembali menyambut tamu undangan.

***

Vanessa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini terlalu lelah baginya. Namun, begitu menyenangkan.

Akhirnya ia bisa menikah dengan Deffano. Lelaki yang ia cintai. Ia jadi tak sabar membuat debay bersama lelaki itu, pasti akan terasa menyenangkan, pikirnya seraya tersenyum tipis.

Deffano yang tengah membuka jasnya pun dibingungkan dengan Vanessa yang senyum-senyum sendiri.

"Ca, lo waras kan?"

Vanessa mendengkus kesal. "Katanya aku-kamu tapi masih lo-gue."

Deffano terkekeh geli. Setelah melepas jasnya, ia menaiki kasur dan menindih Vanessa. Sontak saja hal itu berhasil membuat Vanessa yang tengah kesal pun kini terkejut saat Deffano menindihnya.

Jantungnya tiba-tiba berdegup sangat kencang. Perutnya sudah seperti digelitiki kupu-kupu. Nafasnya tercekat kala wajah Deffano mendekat ke wajahnya hingga aroma nafas mint dari lelaki itu menerpa wajah cantiknya membuat degupan jantungnya semakin kencang.

Ia mendorong Deffano agar menjauh membuat lelaki itu berhasil terdorong dan alhasil kini Vanessa bisa bernafas lega. Melihat itu membuat Deffano terkekeh geli. Wajah gadis itu terlihat sangat merah.

"Kok merah gitu?" godanya membuat Vanessa menutup wajahnya dengan kedua tangannya agar Deffano tak menggodanya terus-menerus.

"Ihhh, Def jangan gitu. Eca malu!"

Deffano terkekeh geli. Ia menaruh kepalanya di ceruk leher istrinya dan memeluk gadis itu erat. Vanessa sempat tertegun. Namun begitu, ia tetap membalas pelukan itu sesekali mengusap rambut Deffano lembut. Tak lama keduanya pun sama-sama terpejam karena lelah.

TBC

Saya skip saja adegan nganunya, karena saya gak bisa bikin hal semacam itu. Gak baik juga😭 maapin yak

Voment please?

Jangan jadi pembaca gelap ya, share juga cerita ini ke temen-temen kalian

Makasih ya udah mau baca ceritaku, sukses rl buat kalian, semangat terus-!!

NEXT GAK NI?

How About Me? [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now