TWELVE | HB'ME?

178 60 33
                                    

Ting nung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ting nung

Bel rumah berbunyi membuat Fauzan yang tengah bermain PS bersama ayahnya segera menghentikan aktifitasnya dan berjalan menuju pintu utama.

Dibukanya pintu itu hingga memperlihatkan Vanessa yang tersenyum dengan membawa kantung plastik ditangannya.

"Eca? Lo sendiri ke sini? Harusnya kan lo ada di rumah sakit. Lo kabur?"

Vanessa menggeleng. "Nggak, kan Eca udah sehat jadi udah dibolehin pulang sama dokter ganteng,"jelasnya seraya tersenyum manis.

Raut wajah Fauzan yang semula mnandakan kekhawatiran seketika berubah menjadi datar.

"Ganteng dia apa gue?"

Vanessa nampak tengah berfikir. "Kayaknya dokter Elga deh."

"Ca, jangan bikin gue emosi bisa?" ujarnya dingin.

Vanessa hanya terkekeh kecil. "Minggir dong, Eca mau masuk. Pegel tau berdiri mulu."

Setelah mengatakan itu, Vanessa mendorong Fauzan pelan agar sedikit mundur memberi celah dirinya untuk masuk. Fauzan mendengkus kesal melihat Vanessa yang berlari kecil ke arah ayahnya. Namun begitu, ia memilih menyusul gadis itu tak lupa untuk menutup pintu kembali.

"Loh, Eca bawa apa?" tanya Bagas seraya menghentikan aktifitasnya dan kini memilih berhadapan dengan Vanessa.

Dilihatnya gadis itu memberikan satu corndog padanya membuat Bagas menerimanya dengan senang hati.

"Baik bener kamu, Ca."

"Ih ayah bisa aja deh, jadi malu."

Fauzan yang baru saja datang segera mengambil satu burger dari kantung plastik membuat Vanessa menatap lelaki itu sangar.

"Bangsat itu makanan gue!"

Fauzan membekap mulut Vanessa yang sangat licin itu. "Mulutnya gak boleh ngumpat!"

"Mphh.. mhhh.. lwepwash!"

Fauzan melepaskan tangannya yang barusan membekap mulut gadis itu.

Vanessa terlihat sedang mengatur nafasnya. "Huh anj- astaghfirullah jangan gitu."

"Kamu pasti yang ngajarin Eca ngomong kasar kan?" tuding Bagas pada Fauzan membuat Fauzan membulatkan matanya kaget.

"Nggak."

"Bohong kamu, siapa lagi jika bukan kamu yang suka ngomong kasar. Eca juga pasti ngikut lah."

Vanessa hanya cekikikan melihat Fauzan yang disalahkan. Ia pikir Bagas akan marah padanya karena ia mengumpat, tapi ternyata malah Fauzan yang disalahkan.

Fauzan yang melihat itu membuatnya menatap Vanessa sekilas.

"Untung sayang."

***

"Ca, kamu nginep sini aja ya?" pinta Fauzan serius.

Vanessa terdiam sejenak. "Gak mau, Eca pengen liat keadaan ayah."

Fauzan menggeleng keras. "Gue gak mau liat lo disakitin lagi sama ayah lo."

"Ayah kemarin cuma hilap, Eca yakin ayah gak bakal ngelakuin hal itu lagi."

Fauzan menggenggam kedua lengan Vanessa erat. Lelaki itu menatap Vanessa teduh. "Kali ini aja, Ca. Nginep di sini, biarin gue nemenin lo."

Vanessa yang tak tega dengan Fauzan memilih mengangguk mengiyakan. Melihat itu membuat wajah Fauzan berubah menjadi senang. Ia mengangkup pipi Vanessa.

"Ayo, tidur."

Vanessa mengangguk kemudian berjalan beriringan menuju kamar Fauzan bersama dnegan lelaki itu.

Sesampainya di kamar keduanya sama-sama merebahkan tubuhnya. Fauzan memilih memeluk tubuh Vanessa erat. Dikecupnya puncuk kepala gadis itu lama olehnya.

"Ojan sayang sama Eca."

Mendengar hal itu membuat hati Vanessa berbunga-bunga, terlebih lagi lelaki itu mengecup puncuk kepalanya lama membuat hatinya semakin menghangat. Ia balas memeluk lelaki itu dan menaruh kepalanya di atas dada bidang lelaki itu seraya tersenyum tipis.

"Eca lebih sayang Ojan."

TBC

Voment please?

Jangan jadi pembaca gelap ya, share juga cerita ini ke temen-temen kalian

Makasih ya udah mau baca ceritaku, sukses rl buat kalian, semangat terus-!!

NEXT GAK NI?

How About Me? [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now