TWENTY-ONE | HB'ME?

153 55 84
                                    

Kini Vanessa tengah menonton televisi seraya memakan cemilannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kini Vanessa tengah menonton televisi seraya memakan cemilannya. Berbeda dengan Fauzan yang menaruh kepalanya di atas paha gadis itu dan terus menatap wajah cantik Vanessa dengan sesekali tersenyum manis. Ia tak pernah bosan memandangi wajah itu. Ia justru ketagihan, rasanya ia ingin menikahi Vanessa sekarang juga.

Tiba-tiba deringan di ponselnya berbunyi tanda ada yang menghubunginya. Lantas, ia segera mengangkatnya.

"Halo, ada apa ayah?"

"....."

"Ojan lagi sama Eca, kenapa?"

"....."

Fauzan mendesah pelan. "Harus sekarang banget?" Ucapan Fauzan membuat Vanessa yang semula menatap televisi pun kini beralih menatap fauzan bingung.

"....."

"Iya, bentar lagi aku pulang."

"....."

"Hm, waalaikumsalam."

"Ada apa, kok mukanya lesu?"

Lagi-lagi Fauzan menghela nafas berat. "Disuruh pulang sama ayah."

Vanessa mengernyitkan dahinya bingung. "Terus kok mukanya lesu?"

"Kan Ojan pengen berduaan lebih lama sama, Eca."

Vanessa terkekeh geli. "Kan bisa nanti besok."

Fauzan hanya mengangguk malas lalu menyambar kunci motornya. "Ojan pulang dulu, jangan lupa bilangin sama bunda."

Vanessa mengangguk. "Hati-hati, jangan ngebut."

Fauzan mengangguk. "Iya bawel."

Setelah mengatakan itu Fauzan berlalu dari sana. Vanessa hanya terkekeh geli seraya memandangi punggung Fauzan yang mulai menjauh.

***

Fauzan mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Saat pulang ke rumahnya tadi, ia dikejutkan dengan hal yang tak terduga. Lantas, ia memilih pergi menemui keempat temannya.

Di sepanjang perjalanan ia terus mengumpat kasar karena terlanjur kesal.

"Brengs**!"

"Gue mau Eca, cuma mau Eca."

"Gak bakal ada yang bisa gantiin posisi dia dihati gue."

"Anj***!"

"Argh sia***!"

Brum

Lelaki itu semakin melajukan motornya dengan cepat hingga ia tak sadar jika sudah sampai di basecamp.

Fauzan menuruni motornya dengan kesal. Ia masuk ke dalam pintu rahasia yang pernah ia tunjukan pada Vanessa. Nafasnya memburu, dadanya naik turun. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat. Sungguh ia benci hal itu.

Keempat temannya dikagetkan dengan Fauzan yang tiba-tiba saja menghempaskan kasar tubuh dirinya sendiri ke atas sofa.

"Zan, lo kenapa dah."

"Pusing gue pusing!"

Deffano merasa adayang menjanggal pun mendekat ke arah Fauzan.

"Lo ada masalah?"

Fauzan mengangguk. "Masalah udah selesai dateng lagi masalah yang lain, cape gue arghh b*ngs*t!"

"Zan," panggil Alge.

"Paan?"

"Mau bunuh orang gak?"

Fauzan mengangguk antusias. "Tapi gue pengennya bunuh lo, Al."

Alge bergidik ngeri. Ia memilih duduk kembali di samping Zero dan Rega.

Fauzan memilih memejamkan matanya. Ia memilih untuk tidak menceritakan yang sebenarnya terjadi pada keempat temannya itu. Bisa saja jika mereka tahu yang sebenarnya terjadi, salah satu dari mereka akan memberitahu Vanessa. Ia hanya tidak ingin Vanessa mengetahuinya. Biarlah ia menyembunyikannya saja sendiri.

TBC

Kira-kira apa yang sebenarnya terjadi? Penasaran? Tetap stay yaa, follow juga akun wattpad saya.

Double up tiap hari jika tidak berhalangan

Akhirnya ketemu juga ni ide. Berhari-hari gw nyari konflik permasalahan buat Vanessa sama Fauzan. Susah banget, udah buntu. Untung aja idenya muncul ya walaupun waktu mau tidur. Jadi kebangun lagi deh demi nulis.

Sedikit cerita, w kalo udah dapet ide tapi gak megang ponsel terus nulisnya di tunda-tunda, nanti bakalan kabur idenya serius deh. Ada yang sama? Terus ni ya, ide suka muncul pas mau tidur, sama di kamar mandi. Huaa kenapa harus di kamar mandi gitu? Kenapa gak pas lagi nyantai gitu loh, atau nggk pas lagi megang hp gitu. Kesel gue, tapi gw masih bersyukur sih dapet ide lagi.

Voment please?

Jangan jadi pembaca gelap ya, share juga cerita ini ke temen-temen kalian

Makasih ya udah mau baca ceritaku, sukses rl buat kalian, semangat terus-!!

NEXT GAK NI?

How About Me? [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now