FORTY-FIVE | HB'ME?

113 38 39
                                    

Sambil dengerin lagunya yuu
🦋
Happy reading

Deffano memeluk tubuh istrinya yang sudah tertidur pulas

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Deffano memeluk tubuh istrinya yang sudah tertidur pulas. Tanpa sadar air matanya mengalir deras. Ia mengeraskan rahangnya menahan kuat isak tangisnya.

"Maaf."

Lelaki itu terus saja merapalkan kata maaf seraya menenggelamkan wajahnya di lipatan ceruk leher Vanessa.

Beruntung Vanessa tak terusik dari tidurnya. Mungkin gadis itu lelah. Tak lama Deffano pun ikut memejamkan matanya. Namun, Deffano seakan merasakan ada suatu hal yang menjanggal dibagian matanya. Lantas, ia kembali membuka matanya perlahan dan bertapa terkejutnya ia melihat Fauzan.

"L-lo? Kenapa gue bisa liat lo?"

"Gue buka mata batin lo, tapi hanya terbatas."

Deffano melepaskan pelukan pada istrinya itu dan memilih bangun terduduk di atas kasur.

"Lo ngapain ke sini?"

Fauzan mendengkus. "Lo gak kangen sama gue?"

"Gak," ketus Deffano.

Fauzan menaik turunkan alisnya menggoda. "Yakin?"

Deffano berdecak sebal. "Kalo ditanya gue kangen apa nggaknya sama lo pasti gue kangen, Zan."

"Gue sama anggota blackdrick bakal berusaha cari tau dalang dibalik kecelakaan yang lo alami."

Fauzan tersenyum tipis. "Mending gak usah, Def. Diluar sana bahaya buat lo dan orang disekitar lo."

"Lo gak mau kan terjadi sesuatu sama Eca, hm?"

Deffano memilih diam. Ia tidak ingin keluarganya terbawa-bawa, termasuk istirnya. Namun, ia juga masih penasaran dengan dalang dibalik kecelakaan Fauzan.

"Gue gak bisa berhenti di tengah jalan."

Fauzan menghela nafas panjang. "Lo gak perlu nyelidikin kasus ini lagi, percuma, Def. Gue udah mati, gak akan bisa ngubah apapun. Sekarang tugas lo jagain Vanessa, jagain istri lo. Jangan ikut-ikutan brengsek kayak gue."

"Kalo lo tetep kekeh mau nyelidikin kasus itu, lo siap-siap aja bakal sedih saat lo tau siapa dalang dibalik insiden kecelakaan yang gue alamin."

Deffano mengernyit heran seakan tak paham apa yang dimaksud oleh Fauzan. "Maksud lo?"

Deffano terkejut saat Fauzan hilang entah kemana. "Sial, gue gak paham Fauzan!"

"Bahasa lo ketinggian."

"Fauzan muncul gak lo?!"

Deffano mengusap wajahnya gusar. Ia menatap Vanessa yang masih tertidur. Ia memilih merebahkan tubuhnya di samping istirnya lalu memeluk pinggang gadis itu erat. Namun sialnya, ia tak bisa tidur akibat ucapan Fauzan tadi. Sepertinya Fauzan sudah mengetahui kasus itu, ia juga pernah mendengar dari Vanessa jika kakek Fauzan itu cenayang. Ia berusaha memejamkan matanya. Dan tak lama kantuk pun menyerangnya hingga ia pun tertidur dengan pulas.

Fauzan kembali muncul menatap sepasang suami istri yang tengah tertidur itu dengan tatapan teduhnya.

"Maaf kalo besok gue gak bisa lindungin kalian lagi."

Bertepatan dengan itu, kalung yang berada di leher Vanessa menyala membuat tubuh Fauzan melayang ke udara hingga menghembus atap dan menghilang entah kemana.

***

Kini Deffano dan Vanessa tengah makan di kantin karena bel istirahat sudah berbunyi sedari tadi.

"Makan kamu banyak banget, Ca," ujar Deffano saat melihat Vanessa yang memesan bakso dua porsi.

"Eca laper si, nanti nambah lagi ya?"

Deffano menatap istrinya cengo. Vanessa sudah makan 2 porsi bakso dan sekarang ingin menambah lagi? Yang benar saja?

Setelah menuruti apa yang Vanessa mau, akhirnya bakso terkahir pun habis tak tersisa dimakan Vanessa.

Vanessa mengelus perutnya kenyang. Ia menyenderkan punggungnya ke kursi. Melihat itu membuat Deffano semakin dibuat bingung.

"Kamu kok gendutan?"

Vanessa mendelik kesal ke arah suaminya itu. "Kamu ngatain aku gendut?"

Deffano sempat terkejut dan gelagapan takut-takut Vanessa marah. Ia menggeleng keras. "B-bukan gitu maksudnya. Anu—"

"Anu apa sih ambigu," sela Vanessa.

Vanessa yang merasa mual segera berlari menjauhi Deffano. Sontak saja melihat hal itu membuat Deffano mengernyit heran. Ia bergegas menyusul Vanessa yang berlari ke arah toilet.

Sesampainya di toilet, Deffano melihat Vanessa yang muntah. Deffano menghampiri istrinya lalu membantu memijat tenguk Vanessa.

"Sayang hei, kamu kenapa?"

"Hiks.. mual, Def."

Deffano terkejut saat mendengar isakan kecil lolos dari bibir Vanessa. Ia mendekap tubuh istirnya erat sesekali mengelus rambut Vanessa sayang.

"Kita ke dokter, ya?"

Vanessa menggeleng. "Eca mau seafood sama corndog."

Deffano melepaskan pelukannya lalu menatap Vanessa dengan pandangan yang tak terbaca. "Kok mood kamu berubah-ubah gitu? Kamu sakit? Atau lagi pms?"

Vanessa menggeleng dan malah menarik lengan Deffano membawanya keluar dari kampus. "Def, ayo kita beli seafood."

"Tapi sayang, abis ini kamu ada kelas," ujar Deffano yang berhenti saat sudah di luar toilet.

Vanessa menatap Deffano dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Melihat itu membuat Deffano gelagapan dan segera mengelus rambut Vanessa lembut.

"Yaudah ayo kita beli seafood."

"Corndog nya juga!"

Deffano tersenyum hangat dan mengangguk. Ia mengenggam lengan Vanessa erat membuat Vanessa tersenyum senang dan berjalan beriringan bersama Deffano. Banyak pasang mata yang melihat itu merasa iri, ada juga yang terkagum-kagum karena kedua sejoli itu yang terlihat sangat serasi. Pasangan yang body goals sekali.

TBC

Voment please?

Jangan jadi pembaca gelap ya, share juga cerita ini ke temen-temen kalian

Makasih ya udah mau baca ceritaku, sukses rl buat kalian, semangat terus-!!

NEXT GAK NI?

How About Me? [TELAH TERBIT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt