FORTY-TWO | HB'ME?

93 34 16
                                    

Vanessa dan Deffano sama-sama memicing kala memandang salah satu foto usang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanessa dan Deffano sama-sama memicing kala memandang salah satu foto usang itu. Betapa terkejutnya Vanessa saat melihat foto yang terdapat wajah ayahnya yang sama persis seperti dimimpinya. Lengannya pun ada tanda gangster. Namun, yang masih menjadi pertanyaan, apakah ayahnya itu sudah meninggal atau belum? Jika memang belum meninggal, kemana perginya sang ayah? Namun, jika sudah meninggal, kenapa ayah mendatangi mimpinya dan mengajaknya pergi?

Tiba-tiba Fauzan muncul dan duduk tepat di samping Vanessa.

"Itu memang ayah lo, lo sempat mau dibawa ke alamnya tadi, untung lo cepet-cepet mundur waktu tangan ayah lo mau narik tangan lo," jelas Fauzan seakan tau apa yang ada dalam benak Vanessa.

Vanessa mematung. "Kenapa ayah mau bawa Eca ke alamnya? Alam? Maksdu lo alam—"

Fauzan menganggukan kepalanya membuat Vanessa bungkam. Apakah ayahnya sudah benar-benar meninggalkan? Lalu sebelum Fauzan kecelakaan, mengapa ayahnya sempat memunculkan wujudnya dihadapan Fauzan? Hanya untuk menitipkan sebuah kalung? Lalu mengapa ayahnya mengajaknya ke alamnya?

"Ayah lo kangen sama lo, dia gak bisa munculin wujudnya karena lo hanya bisa tau orang yang terikat dalam kalung itu, itu hanya gue. Gue juga gak tau kenapa, maka dari itu ayah lo mau bawa lo ke alamnya biar bisa bersama sama lo. Gue dikasih tau sama kakek gue."

"Kakek Ojan di mana?"

"Ada di samping gue, dia selalu ngikutin kemanapun gue pergi dan bantu lindungi lo, Deffano dan keluarga lo. Tapi sayangnya lo gak bakal bisa liat kakek. Karena hanya gue yang terikat di kalung itu."

"Terus kenapa Ojan bisa terikat di kalung ini?" Vanessa memegang kalungnya dan menatapnya bingung.

"Gue gak tau."

Deffano dan keluarganya menatap Vanessa dengan tatapan bertanya. Vanessa yang paham segera menjelaskan kembali apa yang Fauzan jelaskan barusan.

"Kakek bilang sama gue suruh sampaikan ini sama lo. Besok bakal ada yang ngincar lo lagi bawa senjata api. Lo jangan lari ke hutan, mereka sengaja ngejebak lo biar masuk ke hutan dan terkahir mereka bunuh lo. Saat lo dikejar, lo bakal nemu pertigaan jalan. Terserah mau ke kanan atau ke kiri yang pasti jangan lurus, karena itu arah menuju hutan."

"Kakek cenayang ya?" Fauzan mengangguk menganggapnya.

Vanessa mengangguk paham. Ia bersyukur ada banyak orang yang melindunginya.

"Kalo lo udah gak kuat lari dan musuh ayah lo itu masih ngejar lo, lo penjamin mata sambil megang kalung itu lo bakal pergi kemana pun yang lo."

"Kalo Eca mau ke rumah bunda Eca bakal sampe di sini?"

Fauzan mengangguk. "Inget, hal itu dilakuin waktu lo lagi dalam bahaya, ngerti?"

Vanessa mengangguk mengerti. Ia berterima kasih pada Fauzan dan kakeknya. Meski ia tak bisa melihat kakeknya. Namun, tidak salahnya untuk berterima kasih bukan?

"Terus kenapa Ojan gak muncul setelah Eca pingsan?"

Fauzan terdiam dan memilih bungkam. Ia juga tak tahu mengapa dirinya tak bisa menemui Vanessa tempo hari yang lalu seperti ada yang menguncinya.

TBC

Voment please?

Jangan jadi pembaca gelap ya, share juga cerita ini ke temen-temen kalian

Makasih ya udah mau baca ceritaku, sukses rl buat kalian, semangat terus-!!

NEXT GAK NI?

How About Me? [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang