NINE | HOW ABOUT ME?

203 75 43
                                    

"Huh, adem banget ya kak," seru Vanessa yang sudah menaiki bianglala bersama Varesya, dan kini keduanya sudah berada di bagian atas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Huh, adem banget ya kak," seru Vanessa yang sudah menaiki bianglala bersama Varesya, dan kini keduanya sudah berada di bagian atas.

Vanessa semakin dibuat tersenyum merekah melihat pemandangan kota yang sangat indah itu. Sama halnya dengan Varesya.

"Seneng banget deh bisa naik bianglala sama kakak," ujarnya membuat Varesya terkekeh.

"Gue lebih seneng, Nes."

"Kakak cantik, Eca suka mata kakak."

"Mata lo lebih bagus, Nes. Bulu mata lo juga lentik, gue malah pengen punya mata kayak lo," ujar Resya serius.

"Ihh kakak bisa aja, Eca jadi malu kan. Jadi pengen sombong deh." Keduanya sama-sama terkekeh.

"Lo lucu banget sih, Nes." Resya tertawa lepas membuat Vanessa ikut tertawa kecil.

"Baru nyadar ya lo."

***

"Om?"

Kini Fauzan sudah berada di depan rumah Vanessa untuk mengajak Vanessa jalan-jalan. Namun, ia dibingungkan dengan Adrian yang tengah berada di teras rumah. Apakah pria itu tidak pergi ke kantor?

"Mau nyari anak itu?" tanya Adrian dingin.

Fauzan semakin dibuat bingung dengan nada dingin dari Adrian. Lantas, ia hanya mengangguk mengiyakan.

"Anak sialan itu membawa anak saya pergi tanpa adanya izin dari saya," dengusnya kesal.

Fauzan mengernyitkan dahinya heran. "Lah, mereka kan udah pada gede om, wajar aja si kalo mereka jalan-jalan berdua. Mungkin mereka lupa ngasih tau om."

"Diam kamu! Kamu tidak tahu apa-apa."

"Tau kok, kan saya sekarang lagi ngerasain rasanya jadi anak muda."

Adrian menatap tajam lelaki itu. Tanpa mengatakan sepatah katapun lagi, pria paruh baya itu beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam rumah meninggalkan Fauzan yang cengo.

***

Saat sedang membeli corndog bersama adiknya, seseorang memanggil namanya membuat keduanya sontak menoleh pad sumber suara.

"Resya?"

Deg!

Vanessa melihat dua insan berbeda jenis itu bergantian. Pandangannya teralihkan pada wajah Varesya terlihat kaget saat melihat lelaki itu. Sepertinya ada yang tidak beres.

"Lo siapanya kakak gue?"

"Gue—"

Belum sempat mendengar ucapan lelaki itu, Varesya terlebih dahulu menarik lengan Vanessa membawanya untuk menjauh dari pria itu.

"Kak," Vanessa mengentikan langkahnya membuat langkah Resya ikut terhenti.

Vanessa menatap Resya dalam seolah meminta penjelasan dari gadis itu.

Resya menghela nafas berat. "Dia mantan gue."

Vanessa merasa tak enak hati saat melihat Resya yang terlihat menundukkan kepalanya dalam. Perlahan tangannya terangkat untuk mengelus bahu Vanessa lembut.

"Maafin Eca kak."

Resya menegakkan kepalanya seraya menggeleng. "Kita pulang aja yu, udah malem."

Sesampainya di rumah. Keduanya segera masuk ke dalam rumah dan betapa terkejutnya mereka melihat wajah datar sang ayah.

Vanessa menundukkan kepalanya dalam. Nampaknya Adrian marah padanya karena tidak meminta izin terlebih dahulu jika akan pergi bersama sang kakak.

"Udah berani kamu ya pergi seenaknya ngajak anak saya lagi."

Vanessa menegakkan kepalanya hingga kini menatap mata tajam sang ayah. "Emang gak boleh ya? Eca kan juga anak ayah, apa Eca harus izin kalo mau pergi jalan-jalan sama kakak?"

"Sure, kamu tidak boleh keluar senenaknya apalagi sampai bawa-bawa anak saya!"

"T-tapi kan Eca cuma jalan-jalan sama kak Resya, bukan bawa kabur kak Res—"

Plak!

"Sudah berani melawan kamu, ha?!"

"Pantas kamu berbicara seperti itu pada saya?"

"Kamu cuma anak pembawa sial yang numpang di rumah saya!"

Bugh

Bruk

"Akh!"

"AYAH!"

"ECA!"

Vanessa tersungkur ke lantai akibat bogeman mentah yang diberikan oleh Adrian serta tendangan yang cukup keras dibagian perutnya ia dapatkan dari Adrian. Gadis itu meringis kesakitan seraya memegangi perutnya ngilu.

"Awshh.. sakit ayah."

Matanya berair seraya menatap sang ayah. Dilihatnya Fauzan menghampirinya dan mendekapnya erat berharap melindungi gadis itu dari serangan Adrian.

"Kenapa ayah tampar Eca, hiks..."

"Kenapa ayah tendang Eca?"

"Sebenci itu kah ayah sama Eca? Eca salah apa ayah, hiks.. Eca salah apa hiks.. hiks..."

Fauzan terus mendekap tubuh rapuh gadis itu erat. Hatinya sangat sakit saat mendengar isakan kecil lolos dari bibir gadis itu. Hingga kesadaran gadis itu perlahan menghilang membuat matanya terpejam dengan indah.

"Ca, hei? Eca bangun."

"Eca! Bangun, Ca."

Tak mau berlama-lama, lelaki itu memilih menggendong tubuh gadis itu ala bridal style membawanya ke luar rumah.

Kini hanya tersisa Varesya dan bi Didis yang menatap Adrian tak percaya.

"Aku benci sama ayah." Setelah mengatakan hal itu, gadis itu berlalu dari sana meninggalkan Adrian yang tengah menatap lengannya dengan tangan yang sedikit gemetar.

"ARGH!"

Ia pun kini tak percaya dengan apa yang telah dirinya lakukan terhadap Vanessa. Namun setelah mendengar Varesya yang membencinya membuatnya semakin membenci Vanessa. Karena anak itu Varesya semakin membencinya.

TBC

Voment please?

Jangan jadi pembaca gelap ya, share juga cerita ini ke temen-temen kalian

Makasih ya udah mau baca ceritaku, sukses rl buat kalian, semangat terus-!!

NEXT GAK NI?

How About Me? [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now