THIRTY-TWO | HB'ME?

102 33 38
                                    

Di sofa terdapat Deffano dan Vanessa yang tengah menonton televisi seraya memakan cemilannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sofa terdapat Deffano dan Vanessa yang tengah menonton televisi seraya memakan cemilannya. Lain dengan Deffano yang terus menatap Vanessa dalam. Namun, yang ditatap pun gak sadar karena masih fokus menonton televisi.

"Ca," panggilnya lembut.

"Hm." Gadis itu berdehem tanpa menoleh pada lelaki itu. Hal itu membuat Deffano mendengkus kesal.

"Sayang," panggilnya lagi dan hanya dibalas deheman oleh gadis itu.

Deffano mencebikkan bibirnya kesal. "Cuekin aja terus."

Vanessa yang tersadar pun menoleh pada Deffano. "Kenapa?" tanyanya polos.

Deffano terdiam sejenak kemudian memepetkan tubuhnya pada Vanessa. Lelaki itu memajukan wajahnya membuat jantung Vanessa berdegup sangat kencang. Deffano terkekeh geli lalu mendekatkan wajahnya pada telinga gadis itu dan membisikan sesuatu di sana.

"Mau bikin debay gak?"

Vanessa menatap Deffano sesekali mengerjapkan matanya lucu lalu mengangguk antusias. "Mauu! Eca pengen banget punya debay, biar bisa diajak main."

Deffano terdiam. "Yaudah nanti kita bikin debay."

Vanessa mencebikkan bibirnya kesal. "Eca mau sekarang."

Deffano tersenyum tipis. "Bikin debay itu sebaiknya dilakuin sesudah nikah, Ca."

Vanessa mengangguk paham. "Yaudah kita nikah aja."

Deffano meneguk salivannya susah payah. Begitu polos kah gadisnya itu? Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Vanessa. Padahal dari awal ia hanya bercanda.

"Besok, ya?"

Vanessa nampak berfikir. Tak lama gadis itu pun mengangguk. "Yaudah besok aja deh."

Deffano terseyum hangat. Tangannya terangkat untuk mengacak pelan rambut gadis itu gemas.

***

Seperti janji Deffano kemarin pada Vanessa, pasal pernikahan akan diselenggarakan besok malam. Dan benar saja, Deffano benar-benar menyiapkan dekorasi di gedung dengan sangat mewah.

"Yeay akhirnya nanti malem kita nikah juga."

Vanessa berlari kecil menelusuri beberapa ruangan yang sudah di dekor mewah itu.

Seketika, Zero menepuk pelan bahu Deffano membuat lelaki itu menoleh pada sang empu. Dilihatnya lelaki itu menggelengkan kepalanya nampak tak percaya dengan apa yang Zero lihat.

"Gak nyangka gue lo nikahin dia secepatt ini."

Deffano menghela nafasnya panjang. "Tadinya gue cuma iseng ngajak dia nikah, eh dia malah pengen nikah beneran katanya mau bikin debay."

Ketiganya tercengang. Mereka terdiam mencerna apa yang barusan Deffano katakan.

"Maksud lo-"

Deffano mengangguk seolah paham apa yang mereka pikirkan.

Alge menggeleng pelan. "Pasti lo kan yang ngajak bikin debay?"

Deffano mengangguk polos membuat ketiganya gemas sendiri.

Zero memutar bola matanya malas. "Pantes aja."

"Lo gak mau nunggu dia tamat sekolah dulu?" Kini giliran Rega yang bertanya.

Deffano mengangkat bahunya acuh. "Bentar lagi juga tamat."

"Semerdeka lo dah."

"Def, sini deh," ajak Vanessa yang tak jauh dari sana.

Deffano melangkahkan kakinya mendekati Vanessa yang terlihat gembira. Setelahnya, Vanessa menarik pelan lengan kekar milik Deffano membawanya ke suatu tempat.

"Ini dari Deffano buat Eca?"

Deffano menatap Vanessa teduh seraya tersenyum hangat. Di depan sana ada nama keduanya di sertai hiasan lampu tumbler yang berukuran besar dan berbentuk love. Sangat terlihat cantik sekali.

"Suka?"

Vanessa mengangguk masih dengan tersenyum manis. "Suka! Eca suka banget."

Deffano tersenyum lega. "Baguslah."

"Ayo kita ke butik kita fitting baju."

Vanessa mengangguk kemudian Deffano menggenggam lengan Vanessa dan keluar dari gedung yang menjulang tinggi itu.

***

"Ehh anak mama, sini sayang." Wanita itu terlihat antusias saat melihat kedatangan Vanessa dan Deffano. Ia mengajak Vanessa untuk memilih gaun pengantin.

Wanita itu adalah ibu dari Deffano. 7 bulan yang lalu ia sudah memperkenalkan Vanessa dengan keluarganya. Maka dari itu, Gina- mama Deffano sayang terlihat akrab sekali dengan Vanessa.

"Kamu ambil aja yang kamu suka."

Vanessa mengangguk pelan. "Eca mau coba yang itu, Ma. Kayaknya bagus deh."

Gina mengikuti arah yang ditunjukan oleh Vanessa. Hal itu membuat Gina tersenyum tipis. Pasalnya, gaun yang dipilih Vanessa sangat sederhana. Namun, terlihat indah.

"Kamu bisa aja pilih baju."

Vanessa terkekeh pelan. "Eca gitu loh."

Gina menyodorkan baju itu pada Vanessa membuat Vanessa menerimanya. "Eca ganti dulu ya, Def," pamitnya pada Deffano yang tengah memainkan ponselnya.

Lelaki itu menegakkan kepalannya menatap Vanessa kemudian tersenyum hangat. "Iya."

Tak lama Vanessa keluar dengan gaun pengantin yang terlihat pas di tubuhnya. Deffano yang sedari tadi asik memainkan ponselnya pun mengalihkan pandangannya menatap gadisnya. Lelaki itu terdiam mematung di tempat saat melihat Vanessa yang memakai gaun indah itu. Tubuh gadis itu sudah seperti bak model guitar spanyol. Gaun itu terlihat sangat pas ditubuhnya di padukan dengan wajah berparas cantik milik Vanessa membuatnya semakin terlihat mempesona sampai ia terpukau melihatnya.

Gina pun sempat terpukau melihat calon menantunya itu. Bisa saja ankanya memilih calon istri yang cantik seperti Vanessa.

Gina menggelengkan kepalanya tak percaya. "Calon mantu mama cantik banget deh."

Vanessa tersipu malu saat Gina menyebutnya dengan sebutan calon mantu.

"Gimana? Bagus gak, Def?"

Deffano masih terdiam mematung dengan pandangan yang tak lepas dari Vanessa.

"Def," panggilnya lagi membuat Deffano tersadar dan menatap Vanessa dengan tatapan bertanya.

"Bagus nggak?"

Deffano mengangguk. "Bagus karena lo cantik."

Seketika semburat merah menjalar dipipi Vanessa. Gadis itu tersipu malu dan berusaha mati-matian menyembunyikan wajahnya yang memerah menahan malu. Gina dan Deffano sampai berhasil dibuat gemas akan tingkah Vanessa.

TBC

Voment please?

Jangan jadi pembaca gelap ya, share juga cerita ini ke temen-temen kalian

Makasih ya udah mau baca ceritaku, sukses rl buat kalian, semangat terus-!!

NEXT GAK NI?

How About Me? [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now